80 | Tried Hard to Disbelief

107 19 5
                                    

Salahkan saja ketiga Sang Sepuh, pengikutnya, yang membuat kegaduhan dengan menjatuhkan barang-barang antik nan suci milik Seungwan-Dongwook di atas nakas persembahan.

Eric terlonjak kaget, mendelik dan mengeluarkan suara terkesiap seraya mengambil napas banyak-banyak.

Ingatannya melambung pada kejadian yang terakhir kali ia lakukan kala masih tersadar.

Padahal sedikit lagi Eric dapat membunuh Maria, iblis keji itu. Sampai, kepala belakangnya dipukul keras oleh pot bunga.

Ketiga sesepuh perlahan-lahan menghapus eksistensi, seiring dengan itu nyeri pada luka menganga Eric, mulai menyerubungi sekitaran area yang terluka. Ia meringis sambil memejamkan kedua netra. Badannya terikat kuat oleh tali bagai sulur beringin, ia terkulai di atas lantai beton yang dingin.

Untuk bergerak seinci pun tak mampu Eric lakukan.

Daripada itu semua, Eric lebih kaget lagi akan kehadiran Jeno di seberangnya, yang duduk terikat tali nan menatap pemuda Son itu dengan tajam.

Bungkam, kedua insan Tuhan itu tak dapat membuka percakapan.

Tak tahu pula apa yang harus mereka bahas. Percakapan terakhir mereka pun tak jelas. Namun, yang paling mengerti situasi, diutamakan untuk angkat suara lebih dahulu.

Meskipun Eric sudah tahu apa yang harus dilakukannya, dirinya mendapati Jeno bergeming. Demikian, hanya satu fakta yang mendasari semua kejadian ini.

Lelaki kelahiran 2000 di seberang Eric sana, hanya mampu memusatkan pikiran pada di mana keberadaan mereka. Kepercayaannya pada Ayah-Ibu meronta-ronta.

Bau tempat ini sama sekali mirip dengan aroma tubuh Ayah-Ibu. Anyir darah dipadu dupa dan debu. Bau yang samar, tetapi lebih kuat dari parfum atau wewangian yang menutupinya.

Apakah di sini itu di sana yang terlarang?

Di tempat yang tak pernah ia masukki, tempat yang selalu terkunci, dan tempat berasalnya bau itu.

Sebelum mendapati eksistensi Eric, lelaki itu sudah sadar dari alam mimpi. Seraya mengedarkan pandang, ia menyadari ada salip terbalik yang menggantung di dinding.

Apakah tempat ini adalah tempat yang selama ini disembunyikan oleh pasutri itu dari anak mereka sendiri?

Jeno semakin yakin tempat ini adalah rumahnya dan ia sangat yakin tempat ini memiliki unsur-unsur negatif serta supernatural. Barang-barang dapat jatuh dengan sendirinya, ialah bukti. Walaupun, ia tak tahu itu perbuatan ketiga Sang Sesepuh.

Namun, mengapa saat ini mereka lengah dan membiarkannya ikut dikurung bersama Eric?

"Jeno." Sepatah kata lolos dari lisan Eric, membelah lautan sunyi di antara mereka.

"Kalo lo mau jelasin sikon, tolong jelasin secara singat-padat-jelas," tutur Jeno.

Sang lawan bicara meneguk saliva, sedikit ragu, tetapi ia telah mengambil keputusan bulat. "Kita bisa membicarakan hal itu nanti. Karena, seperti apapun aku jelaskan, kamu mungkin tidak percaya. Hal itu terlalu rumit. Tetapi, ada satu hal yang pasti, yaitu Wooyeon dalam bahaya," ucapnya, tiga kata terakhir penuh penekanan.

"Dan, apakah kamu tahu ini di mana?" imbuh Eric.

"Di rumah gue, tepatnya di basement, ga usah tanya kenapa gue tau, tapi... siapa yang mau celakain Wooyeon kita hah? Taeyong? Trus apa orangtua gue juga termasuk?" tebak Jeno.

Walakin Eric agak tertegun, kecepatan Jeno membaca situasi hampir menyamai kemampuan gadisnya. Tetapi, bukan itu yang penting sekarang.

"Ya, ketiga orang itu, dan Maria-ah maksudku Siyeon," sahut Eric.

SUA | Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang