55 | Sua

205 32 9
                                    

"Maria's perfect prey..."

Wooyeon menampik tangan wanita itu dengan kasar. Perlahan gadis itu berjalan mundur.

Sang wanita menyeringai. "Eric, Tiffany, cepat lakukan apa yang harus kalian lakukan. Lalu, kau dan Sara ikut aku," komandonya. Ia melengos ke arah kanan Wooyeon dan berjalan menuju pintu masuk ruangan ini.

"Di-dia mau apa?" gagap Wooyeon kepada Eric, ia memberi jeda sebentar, lalu melanjutkan, "gue paham kalo mereka bertiga itu para tetua yang lo bilang, tapi... bahkan kita belom cerita apa-apa, kenapa mereka kayak sok tau?"

Manik mata Wooyeon tak beralih dari sosok wanita itu. Jarak panggung singgasana dengan pintu masuk lumayan jauh dan sampai saat ini baik Sara maupun Wooyeon belum beranjak mengikutinya.

Eric menatap nanar gadis bersurai sebahu itu. "I'm sorry, i don't have any idea... maybe we just have to follow their guide," balas Eric.

Wooyeon melempar pandang kepada Eric. Ia menautkan kedua alis dalam-dalam. "Gue bakal gapapa 'kan? Orang itu ga bakal aneh-aneh 'kan?" awas Wooyeon.

Belum sempat Eric menjawab, lengan kiri lelaki itu ditarik paksa oleh Tiffany. "Kenapa buang-buang waktu sih! Udahlah ayo!" tegurnya. Genggaman Eric lepas dari pergelangan tangan Wooyeon. Tiffany menjauhkan Eric dari Wooyeon, wanita itu membawanya ke sisi kiri ruangan, ada tirai besar di sana. Mereka pun masuk ke dalamnya.

Sepeninggal Eric, Wooyeon tetap membatu. Sudut matanya menangkap Sara yang berjalan mendekati. Gadis itupun menoleh ke arah Tiffany.

Sara tersenyum dan memamerkan deretan giginya yang rapi. "Gapapa, kami nggak gigit kok, yuk?" wanita itu menjulurkan tangannya kepada Wooyeon.

BRAAAK

Suara pintu masuk yang ditutup dengan dibanting memekakkan telinga, Wooyeon dan Sara sampai terkesiap.

"Krystal memang gitu, nanti ceritakan semua ya," kata Sara sambil sumringah. Tanpa izin, Sara mengalungkan tangannya di lengan Wooyeon, setelah itu ia menyeret gadis itu agar mengikuti langkahnya.

Ketika keduanya sampai di depan pintu masuk, Sara berhenti sejenak. Ia memandang Wooyeon dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Kenapa?" tanya Wooyeon.

Sara mengangkat satu alisnya, kemudian ia terkekeh. Wanita berkulit pucat itu tak meloloskan sepatah katapun untuk menjawab Wooyeon, ia memilih membuka pintu.

Sosok mengintimidasi menyambut keduanya di luar ruangan. Wanita yang bernama Krystal itu sedang melipat kedua tangannya di antara dada dan perut.

Begitu mendapati kehadiran Sara beserta Wooyeon, Krystal berjalan ke arah jam tiga. "Follow me," ujarnya agak lirih.

Wooyeon dan Sara sempat beradu tatap, tetapi dengan cepat mereka sudahi, kemudian mengekori Krystal.

Ternyata di ruang tunggu ini ada dua pintu; pertama, pintu Wooyeon datang tadi; kedua, pintu lain yang berhadapan dengannya. Pintu kedua lah tujuan Krystal.

Wanita bersurai panjang sepunggung itu meraih handel pintu dan mendorongnya.

Ketiga insan itu hilang ditelan pintu.

Sekali lagi Wooyeon terkesima. Namun, interior ruangan ini mirip seperti ruangan yang Wooyeon masuki setelah berpisah dengan Eric di lorong. Ruangan yang penuh dengan para pelayan itu—membantunya berganti pakaian dan mendandaninya agar terlihat rapi serta tidak basah kuyup. Beruntunglah di sini tak ada seorang pun kecuali mereka bertiga.

"Hei," panggil Krystal.

Wooyeon terlalu sibuk memandangi sekitarnya hingga lupa akan situasinya saat ini. Sara dan Krystal saja sudah tidak ada di dekatnya.

SUA | Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang