38 | Something Unforgettable

377 60 26
                                    

"Mereka pemuja setan."

"Hah?!" pekik Wooyeon tidak percaya. Kenapa ia harus dihujani fakta-fakta mengejutkan?

"Lo jangan bercanda... gue ga percaya omongan lo!" bantah Wooyeon. Gadis itu berjalan mundur dua langkah.

Tetapi Jeno malah berjalan empat langkah mendekat. "Percaya sama gue! Gue liat sendiri tempat pemujaannya!" pungkas Jeno, suaranya naik satu oktaf.

Wooyeon menatap iris mata Jeno si pirang yang bergetar, pupil mata Jeno sama sekali membesar saat mengatakan itu. Menandakan bahwa lelaki itu berkata jujur.

Mereka saling adu pandang, sekali lagi Wooyeon dihadapkan situasi rumit.

Gadis bersurai sebahu itu akhirnya menyudahi adu tatap, ia memejamkan mata seraya menghela napas. Mencoba menetralkan adrenalin yang bergejolak akibat serangan fakta.

"Okey, di telepon lo bilang lo ga bisa balik ke dunia asal 'kan? Terus kenapa sekarang lo malah bahas yang lain?"

"Lo harus inget terakhir kali gue di rumah ini sama lo. Waktu itu kata lo kita harus ke basement kalo gue mau balik ke dunia asal. Gue menerapkan cara yang sama, kali aja bisa 'kan, tapi..."

Tautan alis Wooyeon makin dalam, Wooyeon sadar kalau Jeno si pirang tak tahu-menahu tentang cara perpindahan antardunia yang simpel itu. Berpindah dari tempat gelap ke tempat terang.

"Tapi apa?" tukas Wooyeon.

"Tapi pas gue coba ke sana malem-malem, pintunya lagi kebuka sendiri, ya udah gue buka lebih lebar tuh," balas Jeno, ia menggigit bibir bawahnya dan meneruskan, "apa yang gue liat malah orang tua temen lo itu lagi nyembah tanda salip kebalik di dinding. Ruangan basement ga gelap lagi, dindingnya dicat merah, ada barang-barang aneh dan bau anyir di sana. Sebelum mereka sadar gue ngintip mereka, gue pelan-pelan tutup pintunya... trus gue ngumpet di kamar."

Manik mata Wooyeon membulat. Pikirannya kosong sesaat. Ia tak bisa berkata-kata.

"Gue inget setiap kali gue balik ke dunia asal, gue selalu di tempat gelap. Karena kehabisan cara, ya udah gue coba Yeon... tapi tetep aja ga berhasil, gue matiin lampu kamar trus gue merem, habis itu ga terjadi apa-apa... gue nyalain lagi deh lampunya. Trus gue ga sengaja liat hape nganggur, gue pake tuh, ternyata ada kontak lo, ya gue telepon, nah seperti yang gue bilang tadi, lo ditelepon ga bisa-bisa, akhirnya gue telepon orang lain dan malah nyambung ke lo."

Penjelasan panjang lebar dari Jeno semakin membungkam Wooyeon. Sesuai dugaannya dan perkataan Taeyong surai merah. Karena gadis bersurai sebahu ini terlalu banyak berinteraksi dengan Jeno si pirang, lelaki itu tak dapat kembali ke dunia asal, terjadi disorder. Setelah 24 jam, barulah Jeno si pirang dapat kembali.

"Yeon, Wooyeon!" Jeno melambaikan tangan di depan wajah Wooyeon. Gadis itu terlihat melamun.

"Bantuin gue balik ke asal Yeon! Lo pasti bisa 'kan?!" ujar Jeno sembari menempatkan kedua tangannya di bahu Wooyeon.

Hening. Jeno menunggu jawaban Wooyeon, Wooyeon bingung menjawab Jeno. Keduanya kembali saling tatap, tak peduli keadaan sekitar.

Sepasang insan Tuhan yang dilaknat-Nya datang mengendap-endap.










Suara berat yang lirih berkata, "Kalian ga bisa lari ke mana-mana."








Sebuah tangan besar membekap mulut Wooyeon dari belakang, kemudian leher gadis itu dikunci dengan siku tangan. Wooyeon diseret ke belakang dengan paksa. Sejalan dengan itu leher Wooyeon terasa sakit serta ngilu akibat jarum besi yang menusuk lehernya. Suatu cairan disuntikkan di sana.

Untunglah indra penciuman Wooyeon masih berfungsi, tercium semerbak bau tembakau yang menyengat pada tubuh orang yang menyeretnya.

Manik mata Wooyeon melihat keadaan Jeno tak jauh berbeda darinya, hanya saja orang yang memperlakukan Jeno demikian adalah seorang wanita setengah baya.

Kesadaran Wooyeon mulai menipis dan pandangan matanya agak kabur.

Kalau saja Wooyeon tadi sempat memberi perlawanan lewat sikutan sebelum orang yang menyeretnya ini menyuntikkan sesuatu. Bisa dipastikan Wooyeon dapat menghajar orang ini.

Wanita setengah baya yang menyeret tubuh Jeno meneriakkan sesuatu pada orang yang menyeret Wooyeon. Dari gerakan bibirnya, Wooyeon dapat membaca, 'Di mana kuncinya?'

Tubuh Wooyeon semakin melemah dan kesadarannya semakin memudar. Di ambang kesadaran ini, Wooyeon dapat menyimpulkan dua hal, sesuatu yang disuntikkan di lehernya adalah obat bius dan pasangan yang menyerang dirinya serta si pirang konyol adalah kedua orang tua Jeno.

Bersambung

A/N: Lama tidak menyapa kalian wahai readers-ku yang budiman :*
Kali ini aku mau mengucapkan terima kasih banyak, pencapaian buku ini, 10K views, adalah berita yang menggembirakan bagi saya :)
Tetap stay tuned di chapter-chapter selanjutnyaa, as always jangan lupa vote dan comment-nya yaa, stay healthy untuk kalian semuaa, love youu

SUA | Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang