29 | He Vs Them

485 54 3
                                    

Tak butuh waktu lama hingga lampu berkedip-kedip itu akhirnya berhenti.

Setelah terdengar suara ledakan kecil dari setiap lampu baik di lantai dua maupun lantai dasar, keadaanya gelap kembali. Di saat itu pula, Wooyeon berhasil meraih lantai dua tempat Eric berada.

Eric menepikan posisi mereka dekat tembok ke sisi dalam jauh dari tangga.

"Are you alright?!" ujar Eric setengah panik setengah marah.

"I'm okey..." Wooyeon terengah-engah. Gadis itu menumpukan tangan pada kedua lutut, dalam pikirannya, ia masih berusaha memahami apa yang baru saja terjadi.

Eric menyalakan kembali fitur senter dari ponselnya, kemudian dengan gesit menaruh ponsel itu ke lantai dengan arah cahaya senter menghadap ke atas.

"What's happen?" tanya Eric akhirnya. Eric menatap Wooyeon bingung, ekspresi gadis itu tak bisa ia baca.

Selagi Eric menunggu jawaban dari Wooyeon yang bergeming, lagi-lagi terdengar bunyi gaduh dari arah tangga.

Hal itu mengakibatkan kedua insan ini menoleh ke sana.

Setelah dua detik keduanya mencoba menebak dalam hati apa sebab suara itu terjadi.

Wooyeon berkata lirih, "Jeno..."

Gadis itu melangkah ke arah tangga.

"Hey wait!" pekik Eric ketika tangannya terlambat menggapai pergelangan Wooyeon untuk mencegah gadis itu kembali ke tangga.

Wooyeon yang kehabisan akal, akhirnya meneriakkan nama Jeno seraya berjalan ke arah tangga.

Tetapi ia tak mendapat balasan.

"Jeno! Lee Jeno!" panggil Wooyeon lagi, ia menaikkan nada suaranya satu oktaf.

Baru satu anak tangga Wooyeon turuni, nahas, kakinya terpeleset, gadis itu jatuh menggelinding di tangga.

Tragedi tak terduga ini benar-benar mengacaukan rencana pergi Jeno dengan kedua temannya ke pusat perbelanjaan terdekat.

Eric yang diabaikan Wooyeon dengan gegabah menjajakan kakinya pada anak tangga dan mengarahkan cahaya senter pada tangga. Pikirnya, ceroboh sekali tindakan Wooyeon barusan, gadis itu tak memiliki cahaya apapun untuk dijadikan pegangan. Pantas saja jika ia jatuh dari tangga.

"Are everybody alright?!" seru Eric sembari menuruni tangga, berharap menemukan kedua sosok manusia yang dicarinya.

"Anybody? Hello?!" tak ada satupun orang yang menjawab seruan Eric, sedangkan kakinya terus menuruni anak tangga dengan buru-buru namun tetap berhati-hati.

"Turn off that light!"

Langkah Eric berhenti seketika, lalu Eric menyapu keadaan sekeliling dengan cahaya senternya. Mencari dari mana suara itu berasal, karena jelas sekali suara itu milik seorang yang ia kenal.

"I SAID TURN OFF THAT LIGHT YOU PRICK!"

Gara-gara teriakan itu, tak sengaja Eric menjatuhkan ponselnya—sumber cahaya satu-satunya. Sepertinya letak senter pada ponsel menghadap ke bawah, sehingga Eric mendapati kegelapan lagi.

"Wooyeon is that you?! Where are you?!" Eric masih pada posisi berdiri dan kebingungan.

"Under your feet!" pinta suara itu.

Eric berjongkok dan tangannya meraba anak tangga yang menjadi pijakan.

Eric terus meraba hingga suatu tangan menangkap pergelangan tangan kiri lelaki itu. Ia terkesiap. Namun, sama sekali tidak takut jika tangan itu bukanlah milik seseorang yang namanya Eric rapalkan dalam hati.

"Wooyeon?" tebak Eric kepada si pemilik tangan.

"Yes i am, now please help me up and lead me to the first floor, i believe Jeno is there," pinta si pemilik tangan yang tak sengaja menuturkan perintah dalam bahasa inggris.

Tanpa banyak aksi dan keluh bertele-tele, Eric dengan sigap menarik tangan yang mencengkramnya. Namun, mengapa seseorang yang ia tarik ini sangat ringan. Benar-benar ringan hingga Eric hanya merasa mengangkat sehelai kertas.

Situasi gelap gulita ini membuat mata sehat sekalipun menjadi buta. Eric tak tahu apa yang ia tarik, apa benar tubuh Wooyeon seringan ini. Saat Eric berusaha menjangkau bagian tubuh Wooyeon lainnya untuk ia rengkuh, lelaki ini merasakan hal yang janggal.



Tangan Eric tak meraih apapun.





Apa ini artinya.


WOOOSH


Seketika ada angin berhembus kencang yang membuat mata perih, dengan spontan Eric mengusap area mata dengan satu tangan, karena yang satu sibuk memegangi tangan yang Eric yakini milik Wooyeon.

Eric usai mengusap kedua area matanya. Ketika membuka mata, ia mendapati keadaan sekitar menjadi terang benderang—Eric buta sesaat. Eric mengerjap-ngerjapkan netranya.

Ketika netra Eric terbiasa dengan cahaya, sesosok wanita bergaun putih dengan pola bunga yang timbul menyeringai kepadanya.

Menyadari keberadaan wanita yang ganjil itu Eric melempar pandang kepada tangan kirinya yang memegang tangan Wooyeon... atau tangan buntung?!

Eric melempar tangan buntung itu ke lantai tangga. Ia merasa sangat jijik juga takut atas apa yang dipegangnya.

Lalu netranya kembali menatap sosok wanita bergaun putih.

"What do you fuckin' want?!" pungkas Eric dengan lantang.

Wanita itu malah menunjukkan manik mata gelapnya yang menyiratkan seribu tanda tanya. Kemudian menundukkan wajah di balik selusur rambut yang tergerai.

"Warn your soulmate to never visiting this neighborhood."

Sebuah jawaban tak disangka Eric keluar dari lisan wanita itu.

Bagai kilat, selang dua detik sosok wanita bergaun putih di hadapannya hilang.

Dan dengan segala puji syukur, di balik tubuh wanita bergaun putih itu ada sosok gadis yang dicari Eric. Ajaibnya lampu tak lagi mati dan tetap menyala.

Gadis yang dicari Eric berada di pangkal tangga, gadis itu berada di bawah sana bersama sang pemilik rumah yang duduk bersandar pada pilar penyangga tangga.

Eric menuruni anak tangga dengan tergesa, menghampiri kedua temannya.

Peristiwa terseram yang menjadi sejarah ikonik bagi kehidupan Eric di tandai mulai hari ini. Mungkin hal-hal seram ini akan terus berlanjut atau mungkin malah menjadi pertama dan terakhir.

Bersambung

SUA | Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang