Bag.2

917 90 0
                                    

Author Pov.

Irene merasa tak enak dengan tatapan para pegawai outlet sepatu bermerek itu yang menatapnya sinis karena tidak membeli, pikirnya. Sejujurnya dia bisa membeli satu pasang sepatu disitu yang sedikit harga miring. Tapi dia berpikir kembali, sepatu tidak seberapa dia butuhkan. Lagipula sepatunya sudah banyak. Dan dia juga rajin membersihkan sepatunya jadi selalu seperti terlihat baru. Itulah sebabnya Irene bergegas keluar dari outlet itu dan pergi ke kamar mandi.

"Tujuh juta tiga ratus? Dapat darimana gue uang sebanyak itu dalam waktu seminggu? Tabungan gue aja masih sejuta karna masih baru nabung. Ditambah gaji gue kalo misal bisa dikasbon dulu kekumpul enem juta. Trus sejuta tiga ratus gue dapet darimana?? Haishhh mampus", gumamnya frustasi bingung memikirkan pencarian uang sisanya. Bahkan jika dirinya mengambil semua gajinya, dia tidak punya pegangan sama sekali untuk bayar sewa kontrak dan makan sehari-hari.

"Duhh Tuhaann, temuin jodoh gue sekarang dong. Biar segala tanggungan hidup gue biar dia yang urus. Pake ada masalah kayak gini lagi", lanjutnya bergumam sedih.

Irene keluar dari kamar mandi mall, berjalan menuju lift dengan langkah lemas.

Sesampainya di jalan, Irene mencari taxi untuknya agar bisa pulang kerumah. Saat ini dirinya perlu istirahat jam panjang supaya bisa melupakan masalah ini sejenak dari otaknya.

"Irene?!".

Pemilik nama itu menoleh mendapati seorang pria tampan tersenyum manis dan ramah ke arahnya.

Pemilik nama itu menoleh mendapati seorang pria tampan tersenyum manis dan ramah ke arahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Suho?".

Pria bernama Suho itu menghampirinya dengan berlari kecil, "Hei, udah lama ngga bertemu", ucapnya.

Irene tersenyum kecil, "Iya. Pekerjaan kantor membuatku tak memiliki waktu dengan teman-teman kampus dulu".

"Iya tidak apa. Jangan dipikirkan kata-kataku ya? Aku hanya bercanda. Oh ya, kamu mau kemana?".

Suho adalah teman kuliahnya dulu yang selalu ada untuk Irene dikala wanita itu susah maupun senang. Suho sudah menjadi teman dekatnya yang selalu mengerti dirinya. Kondisi keluarga, rasa kesalnya ketika menempuh pendidikan dulu, semua diketahui Suho. Namun waktu dan jarak memisahkan mereka hingga beberapa tahun tak bertemu. Dan saat ini, semesta mempertemukan mereka.

Suho adalah pria yang baik. Dia bukan orang asli jakarta. Itulah sebabnya dia menggunakan bahasa formal, dan Irene menghormatinya juga.

"Aku---mau pulang sih, Suho".

"Apa---tidak bisa berbincang sebentar sambil minum kopi?", tawarnya pada Irene. Sebetulnya Irene benar-benar capek. Namun dia menghargai Suho. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Dia merasa tak enak jika menolak pria setulus Suho.

Second Married | Bangtanvet (TAMAT)Where stories live. Discover now