Bag.21

592 62 2
                                    

2 Tahun Kemudian...

Irene Pov.

USIA kehamilanku sudah menginjak 6 bulan, makin lama perutku semakin membuncit karena adanya kehadiran baby di tengah-tengah kita. Oh iya lupa, aku lupa menceritakannya kepada kalian semua. Setelah beberapa bulan aku dan keluarga Tae berlibur di puncak, aku dilamar langsung oleh Tae di hari tepat ulangtahunku yang ke 27 tahun, sekarang usiaku sudah 29 tahun, dan sekarang usia Tae 30 tahun. Untung dia sudah menikah sebelum kepala tiga, xixixi.

Setelah menikah, kami memutuskan untuk tidak memiliki momongan terlebih dulu, lebih tepatnya seperti ingin menghabiskan waktu berdua lebih lama, masih ingin main-main sama suami sebelum sibuk nantinya mengurus baby kami. Sejak menikah juga aku dibebaskan oleh Tae untuk tetap bekerja atau tidak, namun kata Mamah, sebaiknya aku tetap bekerja sementara waktu. Tae menyetujui hal itu, namun dia cukup memberiku waktu satu tahun untuk bekerja. Dan jadilah, ketika hendak resign kerja, aku dikabarkan hamil.

Tentu semua keluarga sangat senang mendengar kabar kehamilanku. Karena Tae juga anak pertama laki-laki, keturunannya amat sangat diharapkan. Padahal saat aku dan Tae datang bertamu di pernikahan Jungkook dan Lisa, Jimin dan Rose, yang digelar di hari yang sama, aku masih menikmati masa langsingku sebelum nantinya melebar karena hamil, hehehe. Meski begitu Tae tetap mencintaiku dan menerimaku dengan segala bentuk tubuhku.

"Tae?! Ini sarapannya udah siap!", teriakku dari lantai bawah memanggilnya supaya segera turun untuk sarapan.

Entah kenapa sejak hamil, sifat aku dan Tae berbeda 180°. Dulunya yang sangat sweet, lucu, romantis, ketika hamil, aku malah jarang bergelayut manja pada Tae, begitupun dia. Karakternya berubah menjadi dingin, datar, meski tidak marah. Namun perhatiannya masih tetap sama, seperti dulu. Tae sendiri pun tidak tau alasannya mengapa, seperti pembawaan alamiah dari dirinya.

"Iya..", jawabnya tenang seraya mengaitkan kancing jasnya, menuruni satu persatu anak tangga. Kaki jenjangnya berhenti berjalan ketika duduk di kursinya pribadi.

"Hari ini aku masak sop iga, perkedel kornet, ada sambel juga, dan kentang balado. Kamu mau yang mana?".

"Semua tanpa kentang balado", jawabnya datar namun menatapku.

"Oke suami", pertama-tama kuambilkan nasi sesuai porsinya, sop beserta iganya, sedikit sambal, dan perkedel kornet. Aku senang, Tae selalu lahap jika aku yang memasak. Meskipun dia orang konglomerat, tapi Tae bukan pria yang pilih-pilih makanan. Asal dia oke, pasti dimakan. Contohnya seperti ini.

"Hari ini hari senin. Kamu harus cek ke Dokter kandungan", ucapnya tanpa melihatku karena fokus makan.

"Iya, suami. Nanti aku berangkat dianter supir aja".

Mata elangnya jadi tajam menatapku, apa aku salah bicara?.

"Apa gunanya aku disini? Aku akan mengantarmu dulu baru pergi ke kantor".

"Tapi---bukannya setiap hari senin kamu banyak kerjaan di kantor?", tanyaku takut-takut. Takut salah bicara lagi.

"Sebanyak apapun pekerjaan di kantor---kamu dan anak kita tetap prioritas", tuhkan, meskipun datar gitu tapi bikin baper.

Sebisanya aku menahan senyumku dengan melipat mulutku ke dalam, "I-iyaudah. Jangan salahin aku kalo sampai ada masalah di kantor".

Second Married | Bangtanvet (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang