9. kritis

53 35 176
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA AKSARA

BAGIAN SEMBILAN
•••

"Na, gawat..."

"Aksa kritis."

Degg

Perasaan Alana seperti sedang menaiki rollercoaster . Baru saja tadi ia sangat senang bertemu Raynelle. Tapi sekarang? Arvin mengabari bahwa kondisi Aksa sedang kritis. Sebenarnya Tuhan sedang membuat alur seperti apa lagi? belum kah cukup kehidupan pertemanannya terombang-ambing.

Alana melemas. Ponselnya sudah diambil alih oleh Deon. Laki-laki itu sama terkejutnya. Benar-benar permainan alam yang menakjubkan.

Tanpa pikir panjang Alana dan Deon segera menuju rumah sakit. Pikiran mereka sama tidak tenangnya. Takut. Jika sesuatu terjadi pada Aksa.

Sesampainya mereka di rumah sakit, keduanya disambut hangat oleh Nasya. Perempuan paruh baya itu terlihat tegar walau mata yang seperti menahan tangis. Damian-ayah Aksa sepertinya belum datang, Alana kemudian mendekat, ikut duduk di samping Nasya. Tangannya mengelus lembut bahu Nasya memberi kekuatan.

Arvin, laki-laki itu sudah sampai duluan. Ia langsung menuju rumah sakit setelah mendapatkan kabar dari Bunda Aksa tentang kondisi Aksa yang tiba-tiba kritis. Ini terjadi tiba-tiba. Sebelumnya kondisi Aksa sangat stabil.

"Kenapa bisa?" tanya Deon. Dirinya sudah tidak sabar mendengar lebih jelas kondisi sahabatnya.

"Gue juga kurang jelas, Yon. Intinya Aksa mulai membaik kemarin, tapi gatau kenapa tiba-tiba ngedrop lagi."

"Berarti Aksa sempet membaik?"

Arvin mengangguk. Ia sempat datang mengunjungi Aksa kemarin. Bertemu dengan Damian dan Nasya, mereka mengatakan jika Aksa mulai membaik. Keduanya terlihat bahagia karena dokter mengatakan Aksa akan siuman sebentar lagi. Tetapi dokter hanya memprediksi, yang memberi kuasa adalah Tuhan.

Semuanya tegang. Terkecuali Nasya, dirinya terlihat sangat tenang dengan dengan bacaan ayat suci Al-Quran dari ponselnya. Nasya tentu panik, hanya ia sudah terbiasa untuk tetap kuat. Ia tidak boleh lemah untuk putranya.

"Bun, gimana keadaan Aksa?" Damian datang dengan tergesa, raut wajah panik terlihat jelas.

Bukannya menjawab, Nasya hanya menatap Damian penuh arti.

Tangisnya pecah saat Damian mulai memeluknya. Benteng pertahanan yang sedari tadi Nasya bangun, kini runtuh di pelukan Damian.

Damian mengelus lembut punggung istrinya. Memberi kekuatan, agar Nasya kuat melewati ini semua. "Bun, anak kita itu anak yang kuat. Abang pasti bisa lewatin masa kritisnya."

"Nangis boleh. Tetapi jangan larut."

"Abang butuh support dari kita. Ayah yakin abang bakal kuat lewatin ini semua. Kita harus doain abang, biar abang bisa cepat balik ke rumah."

Semua yang ada di sana menahan tangis. Terlebih Alana. Gadis itu masih tidak yakin dengan apa yang sudah terjadi. Matanya sudah panas sedari tadi. Tetapi tertahan.

Dua jam Aksa ditangani, hingga akhirnya dokter keluar dari ruang inap Aksa. Air wajahnya tidak bisa ditebak.

"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" Nasya mendekat, meminta kejelasan pada dokter.

AKSARA-he's in a dreamWhere stories live. Discover now