VI : Inside the Cars.

10.4K 1.3K 80
                                    

Dimobil Haruto.

Tidak banyak percakapan diantara mereka, sudah hampir setengah perjalanan dan mereka berdua tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Haruto sibuk menyetir- sebelumnya Junkyu menawarkan diri supaya dia aja yang mengemudi tapi ditolak Haruto.

Sementara pandangan Junkyu berada diluar- mengamati jalanan yang menurutnya lebih menarik- Haruto berdehem pelan, mencoba menarik atensi Junkyu dan gagal.

"Bang," panggilnya- menoleh sekilas kepada Junkyu yang duduk disampingnya.

"Hm," gumam Junkyu sebagai jawaban. Tidak tertarik sama sekali.

"Masa gue dicuekkin, udah kayak go car."

Junkyu menghela nafas pelan, kemudian menegakkan badannya. "Kenapa?" tanyanya tanpa menatap Haruto.

"Ngobrol kek."

"Ya ini kan ngobrol."

"Jangan gini dong, bang..." pinta Haruto memelas- sesekali menoleh ke Junkyu, mengamati lelaki yang tiga bulan ini menarik hatinya.

Iya. Salah satu yang naksir sama Junkyu itu Haruto.

"Kan gue udah bilang, lo biasa aja biar gue yang gerak. Endingnya lo nolak atau nerima gue ya itu urusan belakangan." Jelasnya setelah Junkyu diam, "cuman gue gak mau lo jadi gini seakan lo cut off gue right away, padahal lo bilang kemarin terserah gue. Gue juga gak bakalan cross the line kok. Gue cuman mau lo tau kalo gue naksir lo, jadi kalo lo liat gue ngasih atensi dan afeksi gue kelo ya artinya gue lagi berusaha," Haruto membasahi bibirnya sejenak lalu melanjutkan, "gue cuman mau lo liat gue ber-effort dan gue mau lo liat gue sebagai Haruto bukan kolega atau adek kelas lo."

"Gu-"

"Gue gak perduli ada yang berusaha buat ngambil hati lo juga," potong Haruto, "itu urusan dia sama lo, urusan gue cuman bikin lo naksir gue balik."

Junkyu memainkan jari-jarinya. Ini alasan Junkyu gak mau pulang sama Haruto. Karena dia udah ngehindari Haruto berhari-hari belakangan ini dan alasannya ya karena bingung.

Lampu merah- kesempatan Haruto untuk menatap mata Junkyu, dengan senyuman terpantri diwajahnya ia melanjutkan ucapannya, "kalo lo akhirnya pilih dia, gue juga ngga pa-pa," tangannya mengusap ibu jari Junkyu- hanya ibu jarinya. "Seenggaknya gue udah nyoba kan?"

Junkyu mengamati tangan Haruto yang terlihat seperti menggenggam tangannya, kemudian menatap Haruto.

"Oke. Don't cross the line ya, Ruto.." pintanya pelan.

Haruto mengangguk lalu mengacak surai Junkyu pelan. "Siap," katanya.

Dimobil Junkyu.

Sementara dimobil yang lain Hyunsuk malah sibuk ngomelin Jihoon dan Jihoon yang berkali-kali mengucapkan kata maaf.

Jihoon gak masalah sih diomelin gini, tandanya Hyunsuk khawatir dan mau merhatiin dia. Lagian Hyunsuk gemes kok ngomelnya.

“Ih gak tau ah! Sebel aku pokoknya!” omelnya sambil mengerucutkan bibirnya.

“Udah dong ngomelnya,” pinta Jihoon, “cium nih!”

Lampu merah.

Hyunsuk menoleh dan menatap Jihoon nyalang, “GAK ADA CIUM CIUM! AKU SEBEL TAU GAK. KALO MISALNYA PARAH GIMANA?”

“Tapi kan gak parah?”

“Ngejawab terooooossssss!”

Jihoon malah ketawa, “kamu kayak ibu-ibu, tau.”

“Tonjok nih!” ancam Hyunsuk sambil menunjukkan tinjunya.

“Cium nih!” ancam Jihoon balik sambil memajukan bibirnya.

“Males.”

Lampu kembali hijau dan netra Hyunsuk kembali fokus kejalanan.

“Makasih ya,” ucap Jihoon pelan- terlampau pelan malah. Tapi untungnya Hyunsuk denger.

“Makasih buat?”

“Buat ngomelin saya, khawatirin saya, perhatiin saya—” jelas Jihoon tanpa menatap Hyunsuk— malu. “Rasanya udah lama banget saya gak diginiin sama orang lain selain Haruto.”

Dada Hyunsuk rasanya ngilu. Dimata orang lain, pasti ngeliat Jihoon ini makhluk yang beruntung tanpa kekurangan sedikit pun. Soalnya Jihoon kaya, dan ganteng. Hal-hal yang diinginin sama kebanyakkan manusia, Jihoon punya. Tapi yang gak mereka tau, sebenernya Jihoon gak sebahagia yang mereka liat.

“Sama-sama..” jawab Hyunsuk pelan dan Jihoon tersenyum.





Sesampainya diapartemen Jihoon. Sang pemilik apartemen langsung menidurkan badannya dikasurnya dan tiba-tiba merasakan satu lengan melingkari perutnya.

Tanpa membuka mata, Jihoon tau itu Hyunsuk.

“Kenapa?” tanya Jihoon tanpa membalikkan badannya.

Hyunsuk menenggelamkan wajahnya dileher Jihoon, menggeleng pelan. “Pengen peluk kakak aja,” jelasnya.

Jihoon tersenyum dan tangannya mengusap punggung tangan Hyunsuk lembut.

“Pasti capek ya...”

“Capek.”

“Pasti kakak kesel...”

“Iya. Kesel.”

Hyunsuk mengecup leher Jihoon pelan, “jangan kesel-kesel lagi! Kalo mau tidur, moodnya harus bagus biar nyenyak!” timpalnya.

Jihoon membalikkan badannya kemudian menangkup kedua pipi Hyunsuk dan menatapnya tepat dimata. “Udah baik kok moodnya,” Jihoon mengecup bibir Hyunsuk sekilas. “Makasih ya,”

Hyunsuk mengangguk- tatapannya menyendu. Merasa kasihan dengan Jihoon.

“Tidur yuk.”

“Selamat tidur, kakak.”

“Selamat tidur, kecil.”

Sugary Dad [COMPLETED]Where stories live. Discover now