8 | Antara Gelisah dan Patah

2K 279 27
                                    

"Udah gue bilang, jangan sok-sokan jauhin gue. Karena kalau diibaratin itu gue jadi jantung lo jadi hati, saling melengkapi bukannya malah adu benci."

—Sa Gema Arkanza

___________________

Gema masih sedikit terisak, batin tenangnya bergejolak. Runtuh sudah angan-angan miliknya tentang bunda. Sosok yang merelakan rahimnya sebagai perantara ia lahir di dunia.

Sekejap ringis dari mulutnya reflek berseteru dengan dua alis yang berusaha menyatu. Semula ingin bangkit kini urung akan hal itu, memilih memejamkan mata merasakan sakit yang membekap pilu.

Tetes-tetes air mata Gema sekarang sudah mengering, menyisakan kisah beku dalam hening.

Lama tak ingin berdiri kokoh memijak bumi, uluran tangan berotot menjadi sambutan kala ia membuka mata.

"Wake up Gem!" Tangan Saka terulur. Binar mata yang detik lalu redup, perlahan terbuka sempurna. Mengacuhkan pandang mata yang menyoraki dirinya agar bangkit dari masalah yang ada.

Saka berdecak menyamakan posisinya dengan posisi Gema, sama-sama terduduk bersandar di dinding yang menjadi saksi bisu perlakuan Lingga.

Terlebih dulu Saka menyatukan jemarinya di depan lutut. "Kenapa lo nggak cerita sama gue, kalau lo berangkat bareng keluarga lo?" tanya Saka lalu mengumpulkan oksigen melanjutkan kata. "Apa lo nganggep gue nggak bisa nyembunyiin rahasia?"

Gema mengembalikan ekspresi sandiwara. Tersenyum lebar layaknya tidak ada hal yang sedang mengoyak batin miliknya.

Gema bangkit, lalu melakukan hal yang sama pada Saka. Mengulurkan tangan sebagai pengalihan.

"Udah jam segini, ayok anterin gue beli bakso di depan. Gue traktir dah." Gema menarik tangan Saka, sang empu pemilik pergelangan hanya sebal tiada tara.

Saka tidak menepis, hanya melepas dengan halus tarikan dari Gema. "Lo belum jawab pertanyaan dari gue, Gem."

Seraya langkah-langkah itu membelah rerumputan hijau di taman Gema menjawab, "Tenang, gue janji ngejelasin. Tapi nanti," ucapnya tanpa menghentikan gerak maju dua kaki.

"Janji! Jangan ngingkari lagi lo! Kebiasaan buruk lo 'kan kayak gitu."

"Udah, jangan banyak ngoceh. Lambung gue udah demo ngajak si usus buat kerja sama."

Sambil berjalan, Gema membetulkan seragamnya yang sedikit berantakan, agar tidak disangka berandalan. Berbeda dengan Saka yang hanya mengayunkan kaki dengan ringan seolah tiada beban.

"Kadang diri ini juga butuh hiburan di tengah-tengah kesedihan."

Dua mangkuk bakso di hadapan Saka dan Gema sudah tandas. Kini hanya tinggal meminum segelas es jeruk, lalu menghela napas bebas.

"Alhamdulillah ...." Gema menggeser mangkuk di depannya. Mengintruksikan Saka agar bersyukur dengan nikmat Tuhan yang tidak dapat didustakan.

Saka mengaduk-aduk minum miliknya sebelum ia bertanya tentang apa yang terjadi pada Gema.

"Udah makan, udah kenyang. Tinggal satu yang belum," ucap Saka menjeda sedikit lama.

"Apa?"

"Ya Rabb, udah lupa aja ni anak. Tadi katanya lo mau jelasin."

Dalam Dekapmu [SELESAI]Where stories live. Discover now