14 | Menemui Gema

2.9K 287 16
                                    

"Kali ini rengkuh hangatmu menguar dalam atma. Namum sayang, Tuhan tidak menakdirkan mataku terbuka sempurna menyaksikan itu semua."

—Sa Gema Arkanza
___________________________

"Tolong, kali ini saja.  Aku udah coba ikhlas nerima dia. Semua ada di tangan kamu. Setidaknya kita bawa kembali dia ke sini karena kemauan Fata." Tirta membawa Lingga yang sudah terisak hebat ke dalam dekapannya.

"Aku udah coba nerima dia Mas, tapi wajahnya selalu ngingetin aku sama sosok yang dulu udah nodai aku," lirih Lingga sudah tak mampu membendung air mata miliknya yang jatuh begitu saja.

Tirta kembali mengusap punggung Lingga yang bergetar. "Kita sama-sama belajar, dia juga anak kamu Lingga ... dia pernah ada dalam rahim kamu. Sama seperti Fata yang sembilan bulan juga ada dalam rahim kamu. Aku nggak bisa bayangin, dia bertahan hidup di luar sana sendiri Lingga, tanpa kamu yang jelas-jelas Ibu kandungnya."

Lingga mengeratkan pelukan, meraung-raung setelah Tirta menyentak kuat dirinya. Ia sadar, Terlalu banyak luka yang sudah ia torehkan pada Gema.

"Coba buka hati kamu satu kali ini aja Lingga. Aku dengan ikhlas akan mencoba, kita sama-sama bangun keluarga kita yang utuh. Tanpa harus membuat salah satu dari bagiannya hilang."

Bisakah waktu diulang?

Lingga tidak berniat menjawab ajakan Tirta. Bara api yang membakar batinnya sedang menyala perlahan padam. Menyisakan abu pekat yang memupuk air di pelupuk mata. Ia hanya mampu terisak, dan terus mengingat kesalahan yang sudah ia lakukan.

Menyeret tubuh ringkih Gema

Menginjak tangannya

Menampar

Menjatuhkan harapan Gema

Mematahkan semua keinginan Gema

Kalau sudah begini, ia hanya mampu memejamkan mata sebentar. Bersandar pada dada bidang sang suami, berharap ada kesempatan kedua untuk Ia perbaiki.

Satu kata ibarat pujangga. "Penyesalan akan tiba pada akhir cerita."

Tanpa harus memikirkan Lingga dan Tirta yang kini sedang berusaha meyakinkan diri masing-masing membawa Gema kembali. Di kamarnya, Fata merenung. Melipat kedua tangannya di bawah kepala. Menatap hamparan bintang-bintang di angkasa melewati atap kamar miliknya yang sudah diatur tembus pandang.

Sejak ia ketahuan merokok oleh Tirta, Fata menyudahi ritual andalannya. Berhenti merokok, mengganti dengan salat tahajud. Memang benar, lebih tenang. Lebih cepat dalam menyelesaikan masalah yang ia miliki.

Batinnya melayang bersamaan dengan napas miliknya yang teratur. Malam ini mungkin bisa ia salat tahajud sendiri, tapi esok ia berharap akan ada sosok Gema menjadi makmum di satu saf belakangnya.

Besok adalah hari ulang tahunnya. Fata tidak meminta muluk-muluk. Hanya ingin Gema hadir saat itu juga. Saling meniup lilin bersama, lalu memeluk tubuh sang adik yang terlihat ringkih. Angan-angan miliknya sedang melayang, menerka-nerka apa yang akan terjadi esok. Namun, alam mimpi sudah dengan dulu menguasai. Membawa Fata mengitari lingkaran alam bawah sadar yang ia cari-cari.

Dalam Dekapmu [SELESAI]Where stories live. Discover now