12 | Tanpa Judul nampak Semu

2K 285 17
                                    

"Langkah juangku berhenti di sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Langkah juangku berhenti di sini. Esok atau nanti, mati akan mengampiri. Itu pasti, tinggal seberapa siap kita mempersiapkan amal ibadah sebelum itu semua terjadi."
+62

__________________________

Terbilang masih sangat pagi untuk titik-titik deras hujan menikam bumi tiada henti. Bentang cakrawala yang biasanya menyorot tajam mata, kini juga tak kunjung kembali. Sama seperti Gema, masih terus berusaha berteriak lantang di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi.

Basah kuyup tubuhnya sudah tak lagi terasa. Perih yang menancap kurang dari satu jam lalu, dengan cepat membuat singgasana. Gema, tak lagi ada harap yang meletup-letup bagai magma, juga tak lagi ada bujuk rayu yang sering membuat siapa saja menggeram tak suka.

"Bangkit! lo diciptakan bukan buat jadi manusia lemah!"

Suara asing milik seseorang beradu dengan kilatan petir beserta hujan. Gema tau itu bukan Fata atau Tirta, buru-buru ia memejam tak sempurna memperhatikan cowok yang kini sudah menghalangi deras air hujan yang sudah mengguyur tubuhnya.

"Lo nggak tuli 'kan? Ayo berdiri! Lo itu anak laki-laki, nggak seharusnya lo rapuh kayak gini!"

"Lo mau nunggu Fata nolongin lo? Mustahil!"

Sosok pembawa payung itu sedikit berniat memberi jeda mempertegas ajakannya pada Gema.

"Apa lo juga nunggu Om Tirta bantuin lo bangkit, trus nrima lo dengan ikhlas di keluarganya? Cih, yang ada lo makin ditendang jauh!"

Gema kembali menunduk, melihat tas yang berisi baju-baju miliknya. Kembali mengingat, bagaimana kejamnya Lingga melempar itu semua. Bukan hanya baju, tapi juga raga miliknya.

"Lo bodoh kalau lo terus milih bertahan sama jalan yang jelas-jelas nggak menerima lo masuk di kehidupan mereka, lo bodoh! Lo bodoh Sa Gema?!"

Pemilik suara tersebut adalah Langit, si remaja yang sebelas dua belas dengan sosok Saka. Bedanya, ada pada tatanan rambutnya. Langit lebih memilih membiarkan rambut hitam legam itu sedikit panjang menutup daun telinga.

Gema yang masih mendengar dengan jelas cara Langit memekik keras, membujuk agar dirinya segera bangkit. Bodoh, ia memang bodoh. Langit memang benar, dirinya bodoh sudah bertahan dalam awan kelabu yang belum tentu memberikan kepastian antara berganti panas atau hujan.

Gema menatap nyalang Langit. "Lo siapa ngatur-ngatur hidup gue!" sanggah Gema menyudahi derai air mata.

"Nggak penting banget pertanyaan lo, hujan makin deres. Gue nggak mau lo sekarat gara-gara ngemis kasih sayang ke keluarga Fata," imbuh Langit semakin cemas.

Memutuskan memegang erat payung dengan satu tangan, Langit menarik tubuh Gema, membantu untuk berdiri. Gema yang mendapatkan perlakuan tersebut hanya mampu diam tanpa pemberontakan.

Dalam Dekapmu [SELESAI]Where stories live. Discover now