Bab 7

49.7K 3.1K 45
                                    

Kepala Alika sudah pusing dan tak karuan sama sekali. Pasokan oksigen dalam tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit. Desakan Darren yang awalnya berada di depan kini berubah menjadi di atas tubuhnya. Kekuatan tangannya yang semula berenergi untuk memberontak kini tampak lunglai dan hanya mampu memberikan tepukan ringan bagi Darren.

Lagi-lagi Darren salah mengartikan gerakan tangan Alika itu terlihat seperti menggoda, mengelus-elus, dan membuat Darren semakin terangsang. Tahu-tahu saja handuk yang dipakai Alika sudah lenyap entah ke mana. Kemeja yang Darren gunakan pun sudah lepas dari tubuh tegapnya.

Darren melepaskan tautan bibir keduanya. Namun, matanya masih tampak kabur karena dikuasai gairah. Alika pun bisa melihatnya dan dia tidak munafik kalau sempat merasakan godaan itu menguasai tubuhnya. Rasanya tak rela jika harus lepas padahal dia tengah menikmatinya.

Seakan mengerti dengan tatapan Alika yang tampak semakin sayu, Darren kembali mencumbu perempuan itu dengan brutal. Tiga tahun tak pernah lagi berbagi saliva membuat keduanya dilanda kerinduan yang amat dipenuhi gairah. Kalau boleh jujur, Alika tak pernah mengizinkan laki-laki lain menyentuhnya. Dan sejujurnya, Darren telah lama berpuasa dalam artian tak melakukan hubungan badan dengan perempuan lain setelah putus dengan Alika.

Darren pernah mencoba, namun selalu berhenti ditengah jalan. Bukan karena dia tidak bergairah, hanya saja setiap melihat perempuan mendesah di bawahnya Darren justru terbayang-bayang wajah Alika yang bercucuran air mata. Alhasil, setelah dia dipuaskan oleh perempuan-perempuan itu dia akan berhenti tanpa balik memberikan kepuasan.

"Ah!"

Alika merasakan dadanya dijilat, dikecup, dan dihisap berulang kali. Rasa ngilu dan nikmat bercampur menjadi satu. Tanda kemerahan yang sengaja ditinggalkan seolah mengejeknya untuk melanjutkan pada tahap yang selanjutnya. Dan sepertinya tidak ada tanda-tanda Darren akan berhenti.

"Ouh! Darren!" lenguh Alika kesekian kalinya. Tanpa diduga, Alika sudah mendapatkan kepuasan dua kali yang dilakukan dengan tangan dan mulut Darren.

"Dar—ah! Cukup! Aku—ah!"

Munafik memang, tapi Alika ingin kewarasannya kembali. Alika menyiapkan tenaga pada kaki kanannya, bila waktunya tepat dia akan menghentikan Darren dengan sebuah tendangan. Namun, sebelum Alika merealisasikan niatnya itu Darren sudah lebih dulu berhenti.

Kepala Darren ditumpukan pada ceruk leher Alika. Napas lelaki itu masih menggebu-gebu jelas terasa menghembus sisi leher Alika. Dada Darren yang jelas-jelas menimpahnya membuat Alika bisa merasakan detak jantung Darren yang menggila.

Darren secara perlahan mengangkat kepalanya. Ia menatap Alika dengan ekspresi datar, meskipun Alika bisa melihat sisa-sisa kabut gairah di mata lelaki itu. Tanpa diduga-duga Darren mengecup lembut bibir Alika, setelah itu dilanjutkan dengan kecupan di kening.

Darren beranjak bangun. Dia juga membantu Alika bangun dan menyampirkan handuk di tubuh Alika. Dengan gerakan kikuk Darren membungkus tubuh Alika. Akibat terlalu gugup dan berakhir kegagalan, akhirnya Darren menyerah.

"Ini, handuk kamu, hm, sebaiknya dipakai dulu."

Darren mengalihkan pandangannya bersamaan dengan Alika yang bergegas memakai handuknya. Untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, Alika langsung meraih pakaian yang sudah dia siapkan sebelum mandi. Tanpa buang waktu Alika memakai pakaiannya.

Alika memerhatikan Darren yang masih berdiam diri dengan napas yang mulai teratur. "Itu, kamu nggak apa-apa?"

Alika bukannya ingin kembali membangkitkan gairah laki-laki itu, hanya saja dia merasa kasihan melihat Darren.

"Sulit, Al." Darren memejamkan matanya. "Rasanya hampir meledak."

Alika meringis kasihan. Lelaki itu pasti sedang berjuang menenangkan diri.

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang