Bab 12

38.9K 2.5K 35
                                    

Mata Darren sesekali melirik jalanan yang masih tetap ramai meskipun sudah malam. Tadinya, Darren berniat menginap di rumah sakit. Hitung-hitung menjaga Zayyan. Namun, Farren dengan tegas melarang dia menginap di sana. Dia juga merasa tidak tega kalau Juwita harus pulang sendirian. Jadi, Darren tetap pulang ke rumah bersama Juwita.

"Berangkat tadi Mama naik apa?"

"Naik taksi."

"Nggak diantar supir?"

Juwita menggeleng pelan. Saat ini dia sedang memainkan ponselnya.

"Ma!"

"Apa?"

"Lagi apa sih? Jangan diem aja, nanti aku ngantuk."

"Nyetir yang bener," sahut Juwita kalem.

"Gelap, Ma."

"Oh."

"Basah tuh."

"Iyalah."

"Becek juga nggak ya?"

"Entah."

"Kalau kepeleset gimana, Ma?"

Juwita menghela napas panjang sambil melirik putranya. "Garing banget!"

"Basah lho. Bukan garing."

"Kamu tuh jangan banyak omong, fokus nyetir aja! Pake segala ngomongin basah, wajarlah basah, kan memang lagi  hujan!"

Darren mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gelap juga, Ma."

Juwita lagi-lagi menghela napas panjang. "Balik lagi ke situ?! Kamu mau ngomong apa sih, Dar?"

"Gelap, Ma."

"Biarin. Memangnya kenapa kalau gelap? Toh, banyak lampu di jalan."

"Nanti kalau kepeleset gimana?" ulang Darren.

"Tenang, selama roda mobil kamu masih empat Mama yakin risiko kepeleset agak kecil. Kecuali kalau mobil kamu cuma punya satu roda!"

Darren meringis mendengar celetukan Juwita. Kalau dipikir-pikir bagaimana jadinya kalau roda mobilnya hanya satu, ya? Apakah benar-benar akan terpeleset seperti kata Juwita barusan?

"Lagian kamu diajak pulang dari tadi sore malah jawab mau nginep," lanjut Juwita. "Sekarang udah malam, hujan juga."

"Tenang, Mama pasti aman kok. Mobil aku bisa tetap jalan karena rodanya masih lengkap. Lampu sorotnya juga masih terang."

"Nah, itu, Dar. Mobil kamu kok rasanya berat gitu sih. Dari tadi Mama ngerasa agak aneh aja."

Darren menoleh dengan kening mengernyit. "Maksudnya? Emang Mama bisa angkat mobil aku sampai bilang kalau mobil aku berat?"

Juwita menghela napas. Dia menatap putranya dengan pandangan malas. Lama-lama dia kesal juga mengikuti kebobrokan anaknya. Dia bertanya-tanya gen siapa yang membuat anaknya tampak bobrok seperti ini, gen miliknya atau gen suaminya?

"Bukan gitu dong, Dar. Kesel Mama tuh sama kamu. Dari tadi otak kamu loading mulu. Mama kayak ngobrol sama tembok, nggak nyambung," gerutu Juwita. "Ibaratnya kepala kamu tuh kayak kekurangan sinyal, makanya Mama bicara apa kamu jawab apa. Kan nggak nyambung! Tarik napas dulu, Dar. Supaya kepala kamu dapet sinyal dan kalau Mama ngajak ngobrol kamu langsung paham, nggak aneh kayak dari tadi."

"Dari tadi? Nggak tuh."

"Mama merasa begitu!"

"Oh."

Juwita mendelik kesal, ekspresi wajahnya berubah jutek. "Eh, seriusan lho, Dar. Kapan terakhir kali kamu bawa mobil kamu ke bengkel?"

"Hm ... lupa, Ma. Emangnya kenapa sih, Ma?"

Oh, My Ex! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang