Bab 18

34.5K 2.3K 15
                                    

Sehabis mengantar Alika pulang, lalu menjemputnya lagi untuk bekerja, Darren merasakan hari-harinya sangat berwarna. Keseharian Darren mulai saat ini akan jauh lebih menyenangkan karena sosok Alika yang mendampinginya. Hubungan keduanya memang bukan lagi teman, bukan juga sepasang kekasih. Darren tidak tahu jelas hubungan mereka disebut apa, namun mereka sudah dalam zona nyaman. Di mana keduanya sepakat dengan hubungan mereka yang baru.

Hari ini cuaca sedikit mendung, padahal sejam yang lalu langit sangat cerah. Mendung di langit tentunya berbanding terbalik dengan suasana hati Darren. Apalagi ketika dia diizinkan untuk menghampiri perempuan itu di ruangannya selepas praktek. Akhir-akhir ini Darren sering kali mengapeli Alika di ruangannya.

Tok tok

"Permisa, eh, maksudnya permisi. Izin masuk, ya." Darren melongokan kepalanya. "Kok kosong? Alika masih praktekkah?"

Laki-laki itu melangkah masuk untuk melihat lebih jelas. Karena tak ada tanda-tanda kehidupan, Darren membuka ponselnya untuk mencaritahu keberadaan Alika. Setelah mengirim pesan singkat berisi pertanyaan di mana perempuan itu, Darren mengambil duduk di ranjang kosong dekat pintu. Laki-laki itu merebahkan tubuhnya setelah lelah bekerja seharian penuh.

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Karena penasaran, Darren menyuruh orang itu masuk. Tak lama Suster Eni masuk dengan ekspresi terkejut.

"Lho? Saya nggak salah ruangan kan Dok?"

"Suster Eni cari Dokter Alika, ya?"

"Ya, Dok."

"Benar kok. Suster Eni nggak salah ruangan."

"Terus Dokter sedang apa di sini?"

Darren menggaruk pangkal hidungnya gugup. "Mm, itu ... saya numpang istirahat."

Bukannya percaya, Dokter Eni justru menatap penuh curiga. "Memangnya ruangan Dokter kenapa? Terus harus di sini banget, ya, istirahatnya?"

Darren melirik dengan ekspresi jengah. Kok banyak tanya sih? Sir-sir guelah mau istirahat di mana. Yang penting bukan di kamar lo!

"Ruangan saya dipake Dokter Aden," kilah Darren.

"Lho, bukannya Dokter Aden lagi tugas, ya, di UGD?"

Darren kicep. Nah lo! Mau alasan apalagi?

"Masa sih? Tadi dia bilang mau numpang istirahat di ruangan saya. Makanya saya izinkan, terus saya istirahat di sini karena nggak mau mengganggu dia."

Suster Eni mengangguk-angguk paham.

"Lah, Suster Eni ada urusan apa di sini?"

"Mau minta tanda tangan Dokter Alika. Tadi ada yang minta rujukan."

"Mungkin Dokter Alika masih tugas."

"Ya, sudah kalau begitu. Saya pergi dulu, nanti kembali lagi."

"Oke."

Suster Eni menutup kembali pintu ruangan itu. Sedangkan Darren kembali berbaring di ranjang. Namun, tak lama pintu ruangan kembali terbuka. Kali ini si pemilik ruangan yang masuk ke dalam.

"Lho, kamu kok di sini?"

Darren menoleh dengan bibir tersenyum lebar. "Kangen sama kamu."

"Gombal terus!"

Darren tergelak. "Habisnya bibirku udah terprogram otomatis kalau di depan kamu."

"Terprogram apa maksudnya?"

"Otomatis membuat kamu malu-malu manja setelah aku puji dan mendesah setelah aku cium."

"Halah, itu mah sudah isi kepala kamu."

Oh, My Ex! (END) Where stories live. Discover now