6 - Scarletta is mine!

12.5K 865 119
                                    


"Tidak usah terlalu banyak mencampuri urusan perasaan orang di sekitarmu, jika kamu tahu isi hatinya, bisa-bisa kamu ikut terluka."

***

"Darimana kamu Cassean?"

Sean menghentikan langkahnya yang akan menaiki undakan tangga ketika mendengar suara tak asing dari belakang tubuhnya.

Pemuda itu membalikkan tubuh dan mendapati Sagra Damien Mahatma—Ayahnya tengah berdiri masih mengenakan setelan jas cokelat tua sebagai pakaian formalnya.

"Papa udah pulang?" Sean tersenyum dan menghampiri pria paruh baya berkacamata itu lalu memeluknya tanpa balasan serupa.

"Darimana kamu?" Tanyanya lagi menatap wajah putra tunggalnya dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.

"Sean habis dari rumah Pian, Pa."

Untuk hal ini, Sean berbohong tentu saja. Pasalnya, Papanya tidak mengetahui hubungannya dengan Kalaya, bukan Sean tidak ingin memberitahu, tapi Papanya pasti tidak akan suka. Bagi seorang Sagra Mahatma, memiliki hubungan dengan seorang perempuan di usia muda hanya akan menghambat masa depan. Dan itu salah satu alasan mengapa Sean tidak pernah berpacaran selama ini, karena ia takut Papanya akan marah.

Bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat nanti Papanya akan mengetahui hubungannya dengan Kalaya bahkan lebih buruknya meminta mereka berpisah, tetapi sejauh ini Sean cukup bisa menjaga rahasia karena Papanya terlalu sibuk dengan dunianya sendiri dan hanya akan peduli tentang masalah pendidikan Sean.

Di sekolah pun, Om nya-Billy Mahatma yang memang merupakan kepala sekolah di SMA MAHATMA satu pemikiran dengan Sean, dia tidak pernah memiliki niat atau pikiran untuk memberitahu hubungan Sean dengan Kalaya pada Sagra, karena dia sangat tahu bagaimana sifat Kakak pertamanya itu.

Jika semuanya masih dalam batas wajar, Billy merasa aman-aman saja, toh yang ia lihat selama ini Sean selalu memperlakukan Kalaya dengan baik.

"Untuk apa kamu main ke rumah Pian? Main PES lagi? Main Billiard lagi? Atau main golf?" Tanya Sagra dengan tatapan tajam yang menusuk retina Sean.

Dan Sean hanya diam tidak menjawab.

"Jangan terus keluyuran meskipun ini weekend, mentang-mentang Papa jarang di rumah, kamu sering main seenaknya di luar apalagi tidur di apartemen kamu. Ingat, kamu sudah kelas 11, belajar yang benar dan serius, Bu Rosaline menelepon Papa dan bilang olimpiade Matematika kamu akan diadakan dua minggu lagi, dia meminta kamu fokus dan kalau bisa kamu ngambil pelajaran tambahan setelah pulang sekolah—,"

"Pa, Sean gak bisa-,"

"Jangan memotong pembicaraan orangtua! Sudah belajar tidak sopan kamu sama Papa?!" Bentak Sagra dengan tatapan tajamnya.

Sean menelan ludah sambil menundukkan kepalanya. "Maaf, Pa."

"Kamu memang tidak tau diri, sudah untung Papa sekolahkan, kalau enggak, kamu udah Papa tendang dari rumah ini. Sudahlah! Ngomong sama kamu gak ada gunanya. Dan dengar, jangan mengecewakan Papa dengan kelakuan kamu di sekolah ataupun di luar. Jaga sikap kamu."

Setelah mengatakan itu, Sagra segera berlalu menuju ruang kerjanya, mengabaikan dua pasang mata yang baru saja keluar dari kamar utama.

KALASEAN ✔️Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon