18 - Awal yang Baru

10.4K 697 104
                                    


"Kesalahannya memang karena hubungan ini dibangun dari sebuah kepalsuan, maka yang dijalani pun tidak akan ada lagi sebuah kejujuran."

***

"Sean, gue punya ide lebih mudah biar bikin Kalaya percaya sama lo dan gak goyah karena Rion."

"Apa?"

"Lo liat ke arah jam 3. Ada Raya, cewek kedua lo itu ternyata lagi ngerayain keberhasilannya masuk agensi model impiannya dan ngadain pesta dengan traktir temen-temen deketnya di kelab gue. Kita tau Raya seliar apa, tapi di dunia luar, dia gak beda jauh dari kita, orang-orang munafik yang nutupin kebrengsekan dengan sikap yang baik."

"Lo macarin Kalaya tapi lo keliatan nge-treat Raya like a queen, padahal lo tau Raya punya Rion yang dia cintai banget. Baik Rion ataupun Kalaya sama-sama tau 'kan hubungan lo sama Raya?"

"Ya," jawab Sean singkat.

"Itu poinnya. Rion akan selalu nerima Raya meskipun Raya nggak bisa hidup sama satu cowok, karena Raya memperlakukan Rion sebagai pacar yang mencintai cowoknya. Sedangkan Kalaya?"

Oliver menjeda ucapannya, kemudian menatap Sean, Pian, dan Reka bergantian.

"Dia diperlakukan kayak sampah sama lo, lo bikin dia takut, dan lo terang-terangan nyakitin dia. Kalau suatu saat nanti Kalaya goyah dan ngelawan lo, menurut gue itu risiko yang harus lo terima."

"Gue gak akan pernah biarin dia ngelawan gue," gumam Sean dengan nada sedikit geraman.

"Gue tau, tapi saran gue, kalau lo emang gak mau kejadian itu terjadi, lo harus memperlakukan Kalaya dengan baik, bukan hanya di depan umum aja, tapi juga ketika lo lagi berdua sama Kalaya," tutur Oliver seraya melebarkan senyum.

"Lo harus bikin dia percaya kalau lo udah berubah," tutup Oliver.

Sean mengingat dengan jelas sekelebat percakapan malam tadi dengan Oliver saat ia memutuskan untuk pergi ke kelab daripada menghampiri Kalaya.

Itulah sebabnya ketika sampai di sekolah ia mencoba bersikap baik pada gadis itu, hingga dengan bodohnya Sean sampai mengajak Kalaya kembali mengunjungi rumahnya.

Namun, sayangnya, hal yang tak terduga malah terjadi dan kembali menyulut emosi Sean hingga membuat kekacauan yang seharusnya tidak pernah terjadi dan tidak boleh terlihat oleh Kalaya.

Sean bisa melihat dengan jelas ketakutan di mata gadis itu, tapi di sisi lain ia tak bisa membohongi jika Kalaya sempat berani melawannya dengan bentakan, dan sikap yang pertama kali Kalaya tunjukkan sedikit membuat Sean khawatir, jika ucapan Oliver tentang Kalaya yang akan goyah—bisa benar-benar terjadi di masa depan.

Maka dari itu, ketika Sean sudah mulai merasa emosinya tenang, ia segera masuk ke dalam kamar dari balkon, menghampiri Kalaya yang tengah duduk tegak di sofa dengan cemas.

Sean bisa melihat gadis itu meremat ujung roknya dan kepalanya tertunduk hingga rambutnya menutupi sisi wajahnya.

Cowok itu menarik napas dalam, menelan salivanya kuat-kuat sebelum akhirnya berjalan mendekat dan duduk di samping kanan Kalaya.

Gadis itu spontan mendongak dan menoleh menatap Sean dengan raut terkejut sebelum akhirnya suara lirihnya terdengar dari bibir mungil itu.

KALASEAN ✔️Where stories live. Discover now