21 - Sagra Mahatma

7.4K 662 100
                                    



"Lebih baik terlarut dalam luka daripada harus terpaksa kehilangan."

***

Kalaya meringis saat Sean mencengkram pergelangan tangannya erat, menyeretnya masuk ke dalam rumah dan membawanya masuk ke kamar sebelum menguncinya dari dalam.

Tubuh Kalaya terhempas ketika Sean mendorongnya hingga gadis itu terduduk di sofa. Melihat reaksi Sean yang mulai terpancing kembali amarahnya, Kalaya beringsut mundur dan mulai merasakan tubuhnya bergetar, ia menahan napas ketika Sean tampak menatapnya dengan sorot yang begitu dingin dan tajam, tetapi yang lebih mengerikan karena Sean tidak mengatakan apa pun dan hanya menatap Kalaya dengan rahang yang mengeras.

"Scarletta, kamu nggak mau bikin aku marah, 'kan?"

Kalaya langsung menggelengkan kepalanya cepat-cepat sambil menggigit bibir bawahnya kuat.

"Jawab aku," ujar Sean dengan nada rendahnya.

"N-nggak, Sean. Kala nggak mau bikin Sean marah."

"Kalau gitu jangan pernah ketemu Rion lagi, aku bener-bener peringatin kamu, Scarletta. Kita udah sepakat buat memulai semuanya dari awal, aku nggak mau ada orang lain di antara kita."

"Tapi—,"

"Raya pengecualian," sela Sean tegas.

"K-kenapa?" lirih Kalaya yang sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Gadis itu kembali menangis dengan rasa sesak yang menyelimuti hatinya.

"Aku gak bisa lepasin Raya, jadi aku mau kamu ngertiin aku. Lagipula status kamu lebih jelas di depan semua orang, 'kan? Itu udah lebih dari cukup."

Kalaya menunduk, kembali meremat ujung kaosnya seraya mengangguk lemah.

"Iya, Kala ngerti, Sean."

Sean hanya memandangi gadis itu dalam diam, ia ikut menunduk menatap tangannya yang masih bergetar karena tidak bisa melampiaskan kemarahan. Namun, Sean mencoba tenang dengan menarik napas dalam.

"Aku pulang."

Kalaya mendongak sambil mengusap air matanya kasar. "Tapi tadi Sean bilang mau sarapan bareng sama Kala di rumah, Bi Surti juga udah masak."

"Nggak perlu, aku lupa ada janji sama Raya, ini 'kan weekend."

Kalaya langsung terdiam membisu mendengarnya.

"Oh, o-oke. Hati-hati," lirihnya kembali menunduk.

Sean tidak berucap apapun lagi, cowok itu berbalik hendak pergi, namun ketika sampai di depan pintu, ia kembali menoleh menatap Kalaya yang masih tertunduk di tempatnya duduk.

"Scarletta, soal foto itu, sori, aku bakal tetep gunain itu sebagai ancaman kalau suatu saat nanti kamu ngingkarin janji kamu."

Setelah mengatakan itu Sean segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar Kalaya meninggalkan gadis itu yang kembali terisak sambil memukul dadanya kuat.

***

Satu minggu terasa cepat berlalu secepat Sean merasa muak ketika mendengar suara mobil masuk ke pekarangan rumahnya dan membuat Sean segera menutup gorden di jendela kamarnya.

Cowok yang sudah lengkap mengenakan seragam sekolahnya itu kini segera meraih ransel hitamnya, lalu berjalan keluar kamar serta segera menuruni tangga untuk menghampiri ruang meja makan sebelum langkahnya memelan ketika mendengar suara menggelegar tak jauh dari tempatnya berdiri.

KALASEAN ✔️Where stories live. Discover now