🕊EPILOG

18K 985 185
                                    



"Inilah akhir yang membawa Kala pada Sean."

***

Sean tidak pernah meminta diselamatkan kala satu tahun yang lalu ia berhasil mendekam dipenjara dengan tuduhan dan pasal berlapis yang mengakibatkannya divonis kurungan sepuluh tahun penjara.

Tidak ada yang ia harapkan ada orang yang bisa menyelamatkannya termasuk Om Billy, adik dari ayahnya yang datang membawa empat pengacara yang siap melawan kuasa hukum dari keluarga korban.

Sean menolaknya, dan mengatakan ia akan menjalani hukuman sesuai dengan apa yang diinginkan keluarga korban.

Billy hampir memohon bahkan hingga membawa Oma Sean untuk meminta cucunya itu agar mau dibantu keluar dari penjara, tetapi Sean masih menolaknya.

Sampai akhirnya, hari itu datang, satu tahun kemudian Siska menjenguknya dengan wajah yang masih sama keibuannya walau kini binar di wajah Siska tak secerah dulu lagi, tubuh langsing sehatnya mengurus hingga tulang selangkanya terlihat menonjol, dan Sean tahu, hal tersebut memperlihatkan bahwa selama satu tahun terakhir ini Siska telah melewati hal yang berat.

Dan Sean tidak mau menduga-duga bahwa alasannya adalah Kalaya.

Setahun terakhir pula Sean tidak pernah mendengar kabarnya, Roby dan Romy yang sering mengunjunginya satu minggu sekali tidak pernah tahu kabar dari Kalaya karena mereka sudah tidak bisa lagi menjangkau akses keluarga gadis itu yang semakin dijaga ketat.

Sean tidak pernah baik-baik saja sampai akhirnya Siska datang, menawarkan bantuan dan mengatakan akan mencabut tuntutan yang dilayangkan terhadap Sean asal Sean mau keluar dari penjara.

Sean berkeinginan menolaknya, namun saat Siska mengatakan semua itu demi Kalaya, Sean tidak dapat mengeluarkan protesannya.

Setiap Sean bertanya kabar tentang Kalaya, Siska hanya akan menjawabnya dengan senyuman, lalu berkata, "Pasti akan lebih baik setelah bertemu dengan kamu."

Dan Sean seakan memiliki harapan akan hal itu.

"Bagaimana dengan Om Kemal, Ma?"

Siska yang saat ini sudah berada di dalam mobil, duduk di kursi penumpang dengan Sean yang berada di sisinya tampak terdiam sejenak sebelum akhirnya terdengar helaan napas yang begitu panjang.

"Kamu nggak perlu mikirin Papa Scarletta, itu akan jadi urusan Mama."

"Tapi, Ma ..."

"Sean ... kamu masih mencintai putri Mama, 'kan?" tanya Siska dengan mata yang terlihat berkaca-kaca, tangannya mencengkram lengan kanan Sean sedikit erat.

"Sean selalu mencintai Scarletta, Ma. Nggak pernah berubah." Ucapan pasti dan tegas Sean malah membuat Siska menangis, Sean kebingungan dan pikirannya terasa semakin tidak tertolong saat mendapati respons Siska yang malah terisak sesegukan.

"S—seharusnya, kamu yang terus berada di sisinya," lirih Siska yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Sean.

Karena kini Sean hanya bisa termenung, menatap kosong jalanan dengan kedua tangan yang saling bertautan erat.

Menyadari hampir dua jam mobil melaju dan keluar jalur dari seharusnya menjadi tujuan mereka, Sean semakin merasa ada yang tidak beres, ia menoleh ke arah Siska hendak bertanya, tetapi Siska terlihat tengah melamun menatap jalanan di sisi kanan jendela mobil, dan Sean tidak berujar apa-apa hingga mobil yang ditumpanginya berhenti di tempat tujuan.

Sean, tertegun.

"Ma?" Sean menahan lengan Siska yang hendak keluar dari mobil, ia mengeratkan pegangannya dengan wajah yang tiba-tiba pucat pasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALASEAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang