23 - Mati Rasa

10.2K 716 93
                                    



"Bukan hanya hati yang ikut membeku dan mati rasa, tapi rasa sakit fisik pun sudah lagi tak terasa."

***

"Jangan deket-deket sama Oliver," ujar Sean ketika keduanya sudah berada di dalam mobil.

Sean tidak berucap apapun saat menariknya keluar dari basecamp hingga masuk ke dalam mobil. Cengkraman tangan Sean di tangan Kalaya cukup kuat hingga membuat tangan putih Kalaya memerah.

"Scarletta, kamu denger aku nggak?"

Kalaya langsung tersentak saat mendengar nada suara Sean yang berubah naik. Gadis itu mengangguk pelan sambil menunduk.

"I-iya, Sean."

Sean terdengar menghembuskan napas panjang, Kalaya melirik melalui ekor matanya, cowok itu sudah terlihat melemaskan bahunya tapi rahangnya masih terlihat mengetat.

"Maaf aku bentak kamu," ujar Sean sambil mengusap puncak kepala Kalaya, ada segaris senyum tipis di bibir Sean yang membuat Kalaya ikut menarik kedua sudut bibirnya.

"Aku bikin kamu takut, ya?"

Kalaya ingin menjawab iya, tetapi gadis yang sudah semakin pandai menguasai ekspresinya itu kontan menggeleng pelan.

"Kala udah biasa, Sean," ucapnya yang membuat kedua mata Sean melebar, tetapi setelahnya cowok itu terkekeh pelan mendengar ucapan dan raut polos gadis itu.

"Memang harus dibiasain, jangan pernah bosen, ya?" Sean tersenyum penuh makna pada Kalaya yang mengerjap polos.

Kalaya mengangguk lugu, ada perasaan menghangat saat Sean menatapnya intens, kedua pipi Kalaya bahkan terasa panas tanpa ia duga. Namun, momen tersebut mendadak harus buyar saat kaca mobil Sean diketuk dari luar.

"Raya?" Sean langsung menurunkan kaca jendela kursi kemudi saat melihat Raya datang.

"Kenapa, Sayang?" Tanya Sean lembut.

Kalaya yang mendengar itu langsung menggigit bibir bawahnya seraya menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Kamu kok pergi gitu aja sih?! Kenapa aku ditinggalin?!" Raya terlihat kesal pada Sean.

"Iya maaf, ya. Lagian 'kan aku masih di sini." Sean mengusap pipi Raya lembut.

"Ya udah anterin aku pulang! Aku udah males di sini!" Gerutunya dengan wajah yang merajuk.

Sean tersenyum tipis kemudian menoleh ke arah samping dimana Kalaya duduk.

"Letta, kamu pindah duduk ke belakang," titah Sean. Raya yang mendengar itu tersenyum penuh kemenangan, perempuan itu langsung berjalan menuju pintu penumpang dan membukanya.

"Minggir lo, gue mau duduk di depan," ujar Raya ketus.

"S-Sean, Kala pulang sendiri aja, biar Sean anterin Raya."

"Nggak usah drama, lo duduk aja di kursi belakang! Buruan! Gue udah pengen pulang!"

Raya mendorong keras punggung Kalaya hingga Kalaya hampir kehilangan keseimbangan, Sean yang melihat itu hanya diam saja, ia segera menarik lengan Raya untuk masuk ke dalam mobil.

KALASEAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang