RaKan || Part 7

1K 55 12
                                    

"Bisakah aku dan kamu menjadi kita?"

-----

Langit malam kini berganti, sang surya mulai menampakkan wujudnya malu-malu. Burung-burung berkicauan menyambut hari baru, begitupun ayam jantan yang sedang berkokok merdu. Namun hal tersebut tampak tidak menganggu acara tidur gadis yang satu ini. Terbukti kini gadis tersebut masih betah untuk menutup matanya. Hingga tiba-tiba teriakan yang membuat siapa saja terbangun mulai terdengar di indra pendengarannya.

"ARA BANGUN! SUDAH PAGI INI, ANAK GADIS KOK BANGUN TIDUR HARUS DIBANGUNIN HEH!"

Hening. Tidak ada sautan dari dalam kamar anaknya itu.

Hani menghela napas, mencoba untuk sabar menghadapi anak perempuannya yang satu ini. "ARA CEPAT BANGUN! SUDAH JAM TUJUH INI!"

Tetap hening. Seketika ide brilian muncul di kepala cantik sang Mamah. "ARA BANGUN! ATAU FASILITAS KAMU MAMAH CABUT!"

Gubrak!

"Aduh! Sakit ...."

Brafo. Jurus andalannya berhasil, terbukti kini dia mendengar suara bising dari dalam kamar anaknya itu.

Ceklek!

"MAH, JANGAN DONG! Ini lihat, Ara udah bangun 'kan? Jadi jangan dicabut dong, fasilitasnya."

Hani menggelengkan kepalanya heran. Punya anak gadis kok begini amat. "Cepet mandi! Nggak lihat udah jam berapa hah?!"

Seketika mata Ara menoleh untuk melihat jam yang ada di dinding kamar. Matanya melotot sempurna. Bagaimana tidak? Jam sudah menunjukkan pukul 06:45 itu artinya hanya tersisa lima belas menit agar dirinya tidak terlambat ke sekolah.

"Kenapa Mamah nggak bilang dari tadi?!" Buru-buru Ara berbalik ke arah kamar untuk mandi. Sedangkan Hani langsung menuju kamar sebelah—kamar Gilang—untuk membangunkan anak terakhirnya.

"GILANG BANGUN! ATAU SEMUA FASILITAS KAMU, MAMAH CABUT!"

Yah, sepertinya itu memang jurus andalan seorang Ibu-Ibu untuk membangunkan anaknya.

Gubrak!

"JANGAN MAMAH! INI GILANG UDAH BANGUN. LAGI MANDIIN BEBEK!" Hani memutar bola matanya malas. Kenapa tingkah anak terakhirnya ini begitu absurd.

-----

Akhirnya sampai juga Ara di sekolah tepat waktu, tak sia-sia usahanya mandi hanya 3 menit dan berkendara kebut-kebutan. Sampai-sampai dia mendapat berbagai sumpah serapah dari pengendara lain.

Ara menghembuskan napasnya lelah, kini dia masih ada di tempat parkir. Dengan langkah gontai, Ara berjalan malas. Hingga tiba-tiba dia melihat motor yang begitu familiar. Matanya memincing untuk memastikan apakah benar itu motor yang semalam hampir menabraknya.

Berjalan mendekat untuk memastikan. Seketika matanya berbinar. Benar. Ini motor yang semalam hampir menabraknya. Seketika ide brilian muncul di kepala cantiknya, tak lupa seringai jahatnya iya munculkan.

Mengamati sekitar dengan seksama. Sepi. Ini adalah waktu yang tepat untuk membalaskan dendamnya semalam.

Mampus lo gue bales. Siapa suruh kemaren malah ninggalin gue. Batin Ara memekik senang.

RaKan[On Going]On viuen les histories. Descobreix ara