RaKan || Part 14

664 36 3
                                    

"Kau memang dengan mudah menyembunyikan apinya, namun kau tidak bisa menyembunyikan asapnya."

-----

Malam ini sepertinya langit sedang bahagia, lihat saja coba, cahaya bulan yang terang, ditambah lagi dengan munculnya banyak bintang di langit yang siap menemani bulan. Tapi berbeda dengan gadis yang satu ini, Ara. Yap! Ara kini tengah dilanda kesal, pasalnya novel yang ia baca berakhir tragis. Bagaimana tidak coba? Tokoh utama cewek meninggal karena kecelakaan, namun sang kekasih malah balikan dengan sang mantan. Ditambah lagi keluarga sang cewek tidak ada yang tahu kalau dia meninggal. Hiks ... kasihan sekali kamu nak.

"Huaa ... hiks ... dasar yah cowok brengsek, bukannya nemenin si cewek di detik-detik terakhir, tapi malah balikan sama mantan!"

"Hiks ... kasihan banget si, lo Neng."

Hiks .... hiks ... huaa ...

Srott ... hiks ...
Kruyukkk ...

"Anjir, laper banget. Bakso enak kali yah," gumannya sembari membayangkan bakso buatan Mang Supri yang menggoda iman.

"Aish! Gara-gara lo sih gue jadi laper." Ara melempar novelnya di kasur, kemudian dirinya langsung bersiap untuk ke kedai Mang Supri.

Diambilnya cardingan dan juga silng bag miliknya. "Oke, mari kita memanjakan perut!"

Saat sudah sampai di lantai bawah, terlihat keluarganya sedang berkumpul di ruang tamu. Bisa dia lihat ada Gilang yang sedang fokus menonton acara kesukaannya di televisi, dan juga orang tuanya yang sedang bermesraan tak kenal tempat.

"Ekhem!"

"Eh, ayam anak monyet!" latah Gilang, bahkan dirinya sampai melempar cemilan yang ada di pangkuannya.

"Lah, emang bisa yah ayam anaknya monyet? Kawinnya gimana emang," celetuk Ara polos. Sedangkan Gilang sudah melotot kesal mendengar ucapan sang Kakak.

"Bodo amat Kak, bodo amat."

"Dih, amat aja kagak bodo."

"Udahlah, males gue ngomong sama lo."

"Yaudah jang-"

"Eh?! Ara mau kemana, kok pake bawa tas segala." Ara menepuk keningnya pelan.

"Ouh iya! Ara lupa. Gara-gara Gilang sih!"

"Lah, kok gue?!" jawab Gilang tak terima.

"Diem lo!"

Gilang hanya mengelus dadanya sabar. "Tadi gue diem aja disalahin, giliran ngomong lebih-lebih," lirihnya.

"Jadi? Anak gadis Papah mau kemana malem-malem begini?"

"Cuman mau beli baksonya Mang Supri yang di komplek sebelah Pah. Boleh yah?" ijin Ara sembari mengeluarkan jurus andalannya.

"Boleh, tapi ditemenin Gilang."

"Ihh! Apa-apaan Pah, nggak ... nggak, Gilang nggak mau. Gilang lagi PW Pah, PW. Aishh!"

"Dih, siapa juga yang mau ditemenin sama lo! Gue juga ogah kali," jawab Ara sembari menatap Gibran sengit. "Ayo lah Pah, sendiri aja yah ... Ara cuman sebentar kok, nggak bakal lama. Yah ... yah ... ayo lah Pah!" rengeknya.

RaKan[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang