Part 16. Terjebak Dengan Sepasang Gay

41.8K 6K 198
                                    

Vomenttt

Cuaca sangat mendung

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Cuaca sangat mendung. Awan kelabu menghiasi langit. Pun dengan petir yang menyambar-nyambar seolah sedang murka. Angin berhembus dengan sangat kencang sehingga membuat sebagian pepohonan tumbang.

Di cuaca yang buruk itu, Mayleen masih terjebak di luar kediaman bersama makhluk kecilnya.

Tak terhitung berapa banyak umpatan yang keluar dari mulut manisnya sedari tadi karena cuaca tidak bersahabat itu. Namun sebanyak apapun umpatan yang keluar dari mulutnya, tentu tidak akan membuat cuaca menjadi lebih baik dari sekarang.

Gadis cantik itu benar-benar merutuki nasib sialnya hari ini. Mulai dari awal keluar kediaman sampai sekarang. Semuanya di sebut, tanpa terkecuali. Sampai-sampai Rose merasa bosan sendiri mendengar setiap perkataan yang keluar dari mulut Mayleen.

"Arghhhh!!"

Jeritan kesakitan keluar dari mulut Mayleen kala ia tergelincir. Tubuh sexy nya menghantam tanah dengan kuat sehingga ia semakin mengaduh kesakitan. Pinggulnya terasa nyut-nyutan saking kuatnya menghantam tanah.

Rose menghampirinya dengan cemas. "Astaga, Mayleen. Kau ini tidak menggunakan matamu dengan baik ya? Masa di jalan datar saja kau bisa terjatuh." Omel makhluk kecil itu sembari berkacak pinggang.

Mayleen tidak menyahut sama sekali lantaran seluruh tubuhnya terasa sakit. Bahkan untuk bangun pun rasanya ia tidak sanggup lagi.

"Sampai kapan kau akan tiduran di sana? Cepat lah bangun! Sebentar lagi hujan akan turun!!" Seru Rose.

Gadis cantik itu mendesis kesal dan menatap Rose tajam. "Kau pikir ini tidak sakit, bitch?! Ini sangat sakit!!!" Bentaknya kesal. "Aku tidak sanggup untuk berdiri! Daripada berbicara saja, lebih baik bantu aku untuk berdiri!!"

Rose menyengir mendengar ucapan penuh amarah Mayleen. "Santai, buk. Jangan marah-marah. Nanti cepat tua." Candanya.

"Kau tidak merasakan apa yang ku rasakan! Makanya mudah saja mengatakan untuk tidak marah-marah!!"

Mayleen benar-benar kesal dengan kesialan yang menimpanya hari ini. Lain kali dia tidak akan keluar dari kediaman lagi. Dia akan menikmati hidup di dalam kediaman sambil membuat senjata. Ya, sesekali keluar juga lah untuk membeli bahan pembuatan senjatanya tersebut.

Di dalam kediaman nanti, dia akan membuat berbagai senjata supaya mudah mengalahkan musuh. Kalau bisa nanti merakit bom, supaya makin mudah untuk membunuh musuhnya. Aih, memikirkan itu saja, Mayleen menjadi sudah tidak sabar untuk mewujudkan rencananya.

"Hei, sampai kapan kau akan tiduran di sana?! Hujan sudah turun!"

Gadis cantik itu tersentak dari pemikirannya mengenai senjata yang akan di buatnya. Matanya terpejam kala merasakan air hujan membasahi wajahnya. Lantas segera duduk tapi tertahan karena tubuhnya masih terasa sakit. "Astaga, tubuhku masih terasa sakit." Kesalnya seraya mengusap wajahnya gusar.

"Makanya hati-hati, jangan ceroboh. Gini kan jadinya." Omel Rose lagi.

"Iya, iya." Sementara Mayleen yang malas mendengar Omelan Rose mengiyakan saja supaya makhluk kecilnya itu diam.

Mayleen mendengkus kesal ketika merasakan hujan turun semakin deras. Memaksakan tubuhnya untuk berdiri meski sering mengaduh kesakitan. Yang paling terpenting sekarang adalah mencari tempat berteduh.

Mayleen terus berjalan dengan langkah tertatih-tatih seperti nenek-nenek. Belum lagi wajahnya memancarkan aura suram.

Rose yang mengikuti langkah Mayleen hanya bisa geleng-geleng kepala dan turut berduka cita dengan nasib sial Mayleen hari ini.

Hujan turun semakin deras. Membasahi tubuh Mayleen. Rasa dingin yang begitu menusuk ke tulang membuat Mayleen memeluk dirinya sendiri. Tidak begitu memberikan kehangatan tapi lumayan lah dia menjadi tidak begitu kedinginan. "Sial sekali nasib ku hari ini, Rose. Kenapa ya bisa sesial ini?" Celetuknya.

"Karena dosa mu sangat banyak, makanya bisa sial." Kekeh Rose tanpa dosa.

"Memangnya kenapa dosaku banyak sekali? Padahal kan aku cuma membunuh orang."

Pertanyaan Mayleen berhasil membuat Rose tersenyum gemas. "Membunuh orang itu suatu dosa besar, Mayleen pintar!!"

"Padahal membunuh orang itu menyenangkan."

"Menyenangkan kau bilang?! Dimana hati nurani mu hah?!" Rose terus mencerocos kesal. "Kau membunuh orang, apa kau tidak memikirkan bagaimana nasib orang yang ditinggalkannya? Bagaimana kalau dia punya anak, istri, suami, dan saudara yang sangat membutuhkannya?! Bagaimana nasib mereka Mayleen?! Apa kau pernah memikirkan hal itu?!"

"Itu bukan urusanku." Cetusnya tak peduli.

Rose berdecak kesal. "Kau tidak punya simpati sama sekali."

Mayleen semakin mempercepat langkahnya ketika melihat sebuah gua. Bahkan ia tidak mempedulikan Rose yang meneriakinya kesal. Ia menghela nafas lega ketika tubuhnya tidak lagi dibasahi hujan. Melangkah masuk ke dalam gua, ingin beristirahat untuk sejenak. Akan tetapi, langkahnya refleks berhenti ketika melihat adegan menjijikkan terpampang jelas di hadapannya. Dua orang pria sedang berhubungan intim dan saling mendesah serta memanggil-manggil nama lawan main mereka. Tubuh Mayleen benar-benar membeku melihat aktivitas mereka.

"Ahh.. Pangeran..."

Terduduk syok kala melihat wajah keduanya dengan begitu jelas. Ia pikir tadi orang yang berbeda dari yang ditemuinya tadi, tapi ternyata oh ternyata, orang yang sama!!

"ARGHHHH!! MENYEBALKAN!! KENAPA HARUS BERTEMU KALIAN BERDUA TERUS SIH?!!!"

Bersambung...

25/4/21

Mayleen And Gay PrinceOnde histórias criam vida. Descubra agora