Lima Belas

27 5 1
                                    

~~~
"Kau benar-benar datang!!!"

Wooyoung berteriak keras, ia mempersilahkan ku memasuki apartment hongjoong. Aku masuk sambil melihat-lihat sekelilingku, sementara wooyoung terus memberitahuku hal-hal random yang tak terlalu kudengarkan. Aku menghentikan langkahku dan berhenti memperhatikan sekeliling saat tiba-tiba wooyoung berhenti di depanku sambil merentangkan tangannya. Aku menatapnya kesal, tapi aku tetap harus mendengarkan apapun yang akan ia katakan.

"Seonghwa juga ada disini."

Wooyoung berujar dengan suara pelan. Aku lalu menatapnya dengan sedikit bingung. Dan tepat saat itu juga pandangan ku mengarah ke dapur, dimana seonghwa juga berdiri mematung disana sembari menatapku.

Tubuhku terasa berat, tapi aku lebih merasa heran daripada terluka. Sebab ekspresi wajah seonghwa tidak mengatakan jika ia membenciku. Sebaliknya, ia justru terlihat sedikit terkejut namun juga lega dan sendu saat menatapku. Seolah-olah tengah berkata 'ohh, hyerin disini'. Apa mungkin itu hanya perasaanku saja?

"Menyingkirlah."

Aku mendorong wooyoung untuk menyingkir dari jalanku. Suaraku yang dingin membuatnya cukup terkejut, namun aku tak peduli. Aku hanya melakukan itu agar teman-temanku yang lain juga bisa masuk. Sebab tzuyu dan mina sudah datang, sedangkan yang lain memiliki acara keluarga sendiri.

"Duduklah."

Begitu sampai di ruang tamu, hongjoong menyambut kami dengan ramah. Saat itulah aku baru menyadari jika seonghwa tak ada disini. Mungkin ia tengah bersembunyi, mencoba sebisa mungkin untuk menghindariku. Tapi, seharusnya aku tak peduli, bukan?

Sebab tak ada yang kami lakukan dan mina adalah orang yang banyak bicara, semua orang mulai mengobrol tentang banyak hal. Sementara aku disini merasa terasingkan seorang diri, menunggu mingi datang yang rasanya seperti bertahun-tahun lamanya. Aku ingat jika aku harus berterima kasih padanya untuk hadiah yang ia berikan kemarin. Aku terlalu pengecut dan tidak mengiriminya pesan apapun setelah malam itu. Beberapa menit kemudian bel pintu berbunyi, jongho segera berlari untuk membukanya.

"Heyyo."

Mingi yang pertama menyapa jongho.  Ia lalu berjalan dengan santai ke ruang tengah, lalu menganggukkan kepala pada teman-temannya. Saat ia menatap kearahku dan teman-temanku, ia terdiam sejenak. Aku tersenyum padanya, dan kali ini hal itu terjadi di luar kendaliku. Aku hanya merasa senang karena mingi akhirnya datang juga.

Mingi membalas senyumanku, dan saat itu juga aku merasa jantungku berpacu dengan cepat. Kuharap senyuman itu memiliki arti spesial. Tapi kurasa tidak, sepertinya mingi hanya masih sedih sebab kyunghee belum kembali dari liburan bersama keluarganya. Mereka bahkan juga tidak bisa bertemu saat natal. Memikirkan itu rasanya seperti bumerang bagiku, seketika perasaanku menjadi sedikit buruk.

.

Aku mencuri pandang ke arah seonghwa saat yang lainnya tengah sibuk menatapi kembang api di langit. Ini sudah tengah malam, dan tahun baru akhirnya tiba. Seonghwa juga sibuk memandangi kembang api sambil tersenyum, sementara aku terus bertanya-tanya 'mengapa ia mengabaikan ku?'

Aku sangat ingin tahu jawabannya. Seonghwa sepertinya tahu jika aku menatapnya, sebab kini ia juga menatapku. Dan seketika senyumannya mulai pudar, hal itu membuat hatiku sakit. Tapi tiba-tiba ia kembali tersenyum, dan itu mengejutkanku. Sekarang ia berdiri dari tempatnya dan berjalan kearahku?

T-tunggu!! Ia benar-benar berjalan. . .ke arahku?!!?

Aku lantas berdiri dari tempatku dan menjauh dari yang lain. Entah kenapa kurasa seonghwa ingin berbicara empat mata saja denganku. Jadi, disinilah kami berdua berdiri berhadapan dengan canggung. Rasanya aneh, aura seonghwa tak sama seperti hari itu.

Cupid || ATEEZ MingiOnde histórias criam vida. Descubra agora