"Hidup adalah sebuah perjalanan yang bisa dijadikan pengalaman bukan sekedar masalah yang harus diselesaikan."
Tightrope.
Lima hari setelah kejadian itu Jane tidak kunjung keluar dari kamar. Jane mengurung diri di dalam kamar dengan keadaan kamar yang gelap gulita. Jane menangis sepanjang hari. Tentu keluarganya khawatir, terutama Papanya. Mereka berinteraksi dengan Jane sesekali dan menanyakan apa yang terjadi, tetapi Jane tidak berbicara apapun dan malah berteriak histeris.
Papa Jane yang bernama Arthur akhirnya memanggil dokter psikiater untuk menangani Jane. Hal yang tak terduga mereka ketahui saat dokter itu bilang Jane telah menjadi korban pemerkosaan. Tentu Arthur marah. Lelaki paruh baya itu menyeret Dylan kemari, namun Dylan bilang bukan dirinya yang melakukan itu.
Dylan akhirnya menjelaskan semuanya, tentang pesta itu dan tentang Jane yang menghilang dari pesta. Dylan kira Jane sudah pulang ke rumah, jadi Dylan memilih pulang lebih dulu.
Amarah Arthur tidak bisa dikontrol. Bagaimana Dylan bisa berkata seperti itu? Apa katanya? Meninggalkan Jane sendirian?
Dylan mendapatkan beberapa pukulan dari Arthur. Untung saja Fani, istri Arthur menenangkannya.
"Mas, ini sudah terjadi, gak seharusnya kamu pukul Dylan seperti itu." ujar Fani lembut.
"Bagaimana bisa?! Bagaimana bisa dia meninggalkan anak saya begitu saja?! Dia iblis bertopeng, Fani!"
"Om, saya gak tahu Jane masih ada di sana. Saya bener-bener gak tahu, Om," Dylan juga merasa sakit mengetahui Jane telah menjadi korban pemerkosaan.
"PUTUSI ANAK SAYA SEKARANG! DAN JANGAN PERNAH BERANI MENEMUI ANAK SAYA LAGI!" bentak Arthur.
Dylan tidak bisa berkata-kata. Jane sudah kotor. Jane sudah tidak perawan. Jadi untuk apa Dylan mempertahankan Jane lagi?
Dengan langkah kaki bergetar Dylan pergi dari hadapan sepasang suami istri itu.
Arthur mengeram marah. Lelaki itu menjambak rambutnya sendiri gagal menjaga putrinya. Fani berkali-kali mengelus bahu Arthur untuk menenangkannya. Fani juga merasa sedih. Dia memang bukan Ibu kandung Jane, tapi dia sangat menyayangi Jane layaknya anak sendiri.
Sedangkan dianak tangga seseorang menguping pembicaraan mereka. Hatinya hancur. Fairel berkaca-kaca mengingat adik tirinya bernama Jane sudah direnggut kesuciannya. Fairel berbalik badan kembali keatas.
Pintu kamar dia buka pelan. Yang pertama dilihatnya adalah kegelapan. Dan yang pertama di dengarnya adalah suara isak tangis seseorang. Fairel mendekat perlahan. Jane duduk di bawah kasur sembari memeluk tubuhnya sendiri.
Tangisannya sangat menyayat hati Fairel. Tangan Fairel melayang hendak menyentuh bahu bergetar Jane. Namun Jane menepisnya kasar.
"Jangan sentuh aku!" pekiknya.
Fairel terkejut. "Jane, ini Kakak, Jane,"
"PERGI! PERGI HIKS! PERGI DARI SINI! JANGAN SAKITIN AKU!"
Jane memukuli Fairel brutal. Memukul sekencang-kencangnya dengan tangisan masih terdengar. Fairel terpaku ditempatnya. Dia tidak memberikan perlawanan.
"Hiks, jahat... aku salah apa sama kamu? Aku gak tahu apapun... aku minta maaf karena salah masuk kamar, gak seharusnya kamu lecehin aku, hiks,"
"Janetta..." lirih Fairel menitihkan air matanya. Kondisi Jane tidak bisa dibilang baik-baik saja. Jane mengalami trauma disentuh. Gangguan kecemasan. Serta kondisi mental yang semakin hari semakin memburuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tightrope [Completed]
Teen Fiction"Kalau gitu biarin gue tanggung jawab." Secepat kilat Jane menatap Jack dari sini. Jack menatap Jane datar. Bukannya senang, Jane malah takut hidupnya akan lebih menderita jika bersama cowok itu. "Aku gak mau!" pekik Jane keras. "Dengerin gue. Gue g...