62|Rencana

238 42 2
                                    

Marrie kembali ke markas dengan tangan kosong. Ia tidak tahu, ia harus berkata apa jika ada yang bertanya 'Dimana Kou?'. Itu yang sedang ia fikirkan.

"Apa aku sebaiknya, Bilang ke Naga Rei dulu. Eh tidak-tidak. Dia sedang sakit, kalau nanti aku bercerita...bisa-bisa Naga Rei terus kepikiran."

"Nggak usah sampai bertele-tele gitu kali ngomongnya." Erwin sedikit malas menanggapi ocehan saudaranya yang ia merasa itu tidaklah penting untuk dibicarakan. Ditambah lagi pusing dan rasa lelah yang tak terkira.

"Dasar Erwin Sialan. Aku tuh belum selesai ngomong. Makanya jangan di potong-potong dulu." Jawabnya tidak terima.

"Minta sendiri saja sama Rayya jangan sama aku. Aku tuh nggak enak kalau ngomong langsung ke dia."

"Kenapa?"

"Ehem...nggak apa-apa gitu. Pokoknya nggak enak aja. Soalnya dia itu keponakannya pemimpin."

"Ya udah kalau gitu kita mintanya berdua. Temenin gitu."

Marrie yang dari kejauhan melihatnya nampak merasa gugup. "Aku takut banget rasanya."

"Marrie!" Sapa Erwin seraya melambaikan tangan. "Sendirian aja nih. Mana Kou? Biasanya kamu sama dia."

Jlebbb!

'Tuh kan. Duh gimana jawabnya ya.'

"Eh Anu, Kak apa bisa kita bicara di dalam. Aku merasa langit sudah mau gelap dan sebentar lagi malam. Disini juga terasa dingin...huhhh..."

"Oh ya udah kalau gitu."

Skip pas nyampe dalam.

"Memangnya kamu mau ngomong apa?" Sambung Erwin. "Begini...hum...gimana ya..."

Marrie menggigit bawah bibirnya karena saking gugupnya. "Kou...Dia di tangkap."

Uhuk! Uhuk!

"Aduh...Makanya kalau minum tuh duduk. Udah tadi beli minum aku nggak sekalian dibelikan."

"Uhuk...bukan, Aku...tuh...uhuk...kaget banget." Ludwirg lalu meneguk banyak minumannya sampai ia tidak tersedak lagi.

"Seriusan Kou di tangkap? Ditangkap sama siapa? Dimana?"

"Aku nggak kenal siapa yang menangkapnya. Padahal kami cuman pergi ke negeri atas awan."

"Eh itu kan ada penjaganya. Harusnya kalian tuh boleh masuk dan Kou nggak ditangkap."

"Disana nggak ada penjaganya. Tiba-tiba ada perempuan nggak jelas asal-usulnya muncul di depan kami lalu dia melakukan penyerangan."

"Terus...terus?" Erwin nampak penasaran. "Kok jadi kek cerita dongeng ya." Ujar Ludwirg yang dari tadi nyimak aja.

"Ya terus aku terlempar dan Kou ditangkap sekaligus dibawa pergi entah kemana olehnya."

"Hm...rumit juga ya." Ucap Erwin menyimpulkan. "Pertanyaanku, Kapan perempuan itu balik lagi ke sana?" Tanya Ludwirg.

"Aku nggak tau. Aku udah bingung. Aku takut perempuan itu nggak balik lagi ke sana."

"Nggak mungkin. Dia pasti bakalan balik buat mengancam kita untuk meminta tebusan." Jawab Erwin dengan pasti.

"Hm...ada yang salah nggak sih menurut kalian."

"Maksudmu Saudara? Salah dimana ya?"

"Bagaimana perempuan itu bisa tau kalau Kou dan Marrie bakalan datang ke sana?"

"Eh benar juga? Bagaimana perempuan itu bisa tau kalau aku dan Kou akan datang ke sana."

Mereka bertiga mulai memutar otak. "Eh bentar..." Erwin tiba-tiba berseru. "Jangan-jangan dia..."

𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang