73|Kembali

156 20 4
                                    

"Sudah pernah dengar belum kisah tentang sebuah portal dimensi ruang dan waktu di galaksi kita?" Tanya seorang anak laki-laki bernama May.

"Menurut buku yang aku baca, Bilangnya sih ada. Tapi aku kurang begitu yakin." Timpal Raka sambil menandakan bukunya dengan pembatas.

"Dengar-dengar dulu ada sekelompok pengembara yang penasaran akan rumor tersebut. Mereka memutuskan untuk masuk ke dalam portal itu. Sesampainya disana mungkin mereka pikir portal itu adalah portal antar galaksi tapi rupanya portal antar dunia."

"Hah?! Portal antar dunia?" Sahut Jenny panik. "Setelah itu mereka mulai menjelajah di dunia tersebut. Mereka lalu memasuki sebuah planet di salah satu galaksi di dunia itu."

"Sebelum mereka sampai di planet yang menjadi tujuan saat ini, Mereka melewati sebuah planet yang sangat panas, terdapat beberapa puing-puing dan asap yang sangat tebal."

Setelah sampai di planet tujuan mereka untuk beristirahat, Sang pemilik rumah segera mengatakan hal seperti ini, "Sebaiknya kalian jangan sesekali ada niatan untuk mendatangi planet itu. Planet yang sudah hancur beberapa tahun yang lalu dan sekarang nasib planet tersebut sudah tidak lagi berpenghuni bahkan tidak ada satupun makhluk hidup ataupun bangunan yang dapat berdiri disana." Dari kata-kata tersebut sudah jelas itu larangan."

Salah satu dari mereka lalu bertanya, "Memangnya kenapa planet itu bisa menjadi planet mati? Memangnya sebelumnya bagaimana planet tersebut?"

Sang pemilik rumah menjawab, "Planet itu dulunya adalah planet yang indah. Planet tersebut di pimpin oleh seorang raja. Raja tersebut memiliki 2 orang anak yaitu seorang putri dan seorang pangeran. Namun sang pangeran entah kenapa menghilang dari istana. Entah itu kabur atau menghilangkan secara mendadak. 2 tahun ke depannya, Planet itu di hantam oleh batu besar yang sangat panas sehingga membuat banyak korban jiwa, Termasuk raja dan istrinya yang ikut menjadi korban. Putrinya dan beberapa rakyatnya yang masih selamat memutuskan untuk pergi dan meninggalkan tempat tersebut."

'Kok ceritanya mirip dengan kisahku ya? Apa jangan-jangan memang kisahku!' Kou yang saat itu tidak menguping cerita May.

"Kalian masih ingat tidak tentang perempuan yang pernah berhasil membawa perubahan besar untuk planet ini? Bagaimana kabarnya sekarang ya? Semenjak ia pergi mengembara, Rasanya kota ini benar-benar berubah..."

"Maaf dari tadi aku menguping. Kalau boleh tau siapa perempuan itu?"

"Kou rupanya kau mendengarnya juga. Perempuan itu awalnya adalah pendatang. Setelah 5 bulan berada disini, Ia sudah cukup membawa perubahan besar disini. Perempuan itu pikir planet ini sudah cukup stabil. Lalu ia memutuskan untuk pergi mengembara dengan tujuan untuk mencari saudaranya yang hilang. Mungkin saja saudaranya dapat di temukan jika ia pergi mengembara. Setelah ia pergi kami tidak pernah lagi mendengar kabar ataupun cerita tentangnya."

Kou lalu manggut-manggut mengiyakan. "Jadi kalian benar-benar merasa kehilangan dia ya?"

Semuanya terdiam.

"Eh...Maaf. Aku tidak bermaksud untuk mengungkit masa lalu kota ini." Lanjut Kou dengan wajah agak kecewa serta merasa bersalah.

"Sudahlah tidak apa-apa, Kou. Lagipula sudah waktunya kota ini mulai membangun hal yang baru." Ucap Raka kembali.

Pintu kelas lalu terbuka pelan. "Kami sudah kembali!" May langsung menyahut kedua saudaranya yang bernama Ray dan Nay. "Bagaimana hasilnya?"

Nay langsung menunjukkan sebuah kertas yang sedikit terlipat. "Aku sangat bersyukur nilai aku bagus kali ini~"

"Maaf kali ini aku tidak bisa berbasa-basi. Nilai aku juga bagus dalam tes percobaan kali ini." Jawab Ray seadanya.

Sebuah pertanyaan baru muncul di benak Kou. Setelah menguping cerita dari May, Ia cukup yakin apa portal tersebut memang ada dan mungkin saja portal tersebut adalah perbatasan antar dunia lain. "Aku akan pergi ke sana kalau begitu."

***

Sepulang sekolah Kou langsung pergi ke ruangan pemimpin Gilbert tanpa memikirkan teman-temannya yang mungkin sudah bertanya-tanya 'Apa ada jadwal lain setelah pulang sekolah?'

"Aku sangat yakin, Pasti portal tersebut memang benar-benar ada. Aku mohon, Izinkan salah satu panglima perangmu ini untuk mencari tau."

Tuan Gilbert tidak tau lagi harus menjawab apa. Sebenarnya dia sendiri sudah tentu tidak akan memperbolehkan Kou untuk pergi. Namun melihat Kou yang sangat bersungguh-sungguh, Ia pun merasa iba.

"Baiklah, Kou boleh pergi. Namun saya akan menyuruh Erwin, Ludwirg, serta beberapa pasukan untuk pergi bersamamu."

"Sungguh? T-Terima kasih pemimpin..."

Pemimpin lalu segera menghubungi Erwin. "Panggilan masuk: Erwin apa kau sedang ada urusan?"

"Panggilan dijawab: Saat ini saya tidak ada urusan. Ada apa, Pemimpin?"

"Tolong ajak saudaramu serta beberapa pasukan untuk menemani Kou. Saat ini misi kalian adalah menyelidiki portal misterius yang apa benar itu ada atau hanya sekedar cerita hoax."

"Baik pak. Saya akan menyiapkan pasukan sekarang."

"Saya tunggu di depan gedung A bersama Kou." Panggilan di tutup. "Kou, Saya sudah menghubungi Erwin."

"Iya pak, terima kasih atas bantuannya." Sementara Kou menunggu bala bantuan, ia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi.

Namun sesuatu hal telah terjadi begitu saja. Kou merasa ada yang aneh dengannya. 'Kenapa tubuhku terasa seperti terbakar? S-Sepertinya ada yang salah disini. Uhh...kenapa hanya aku?'

Kou memeluk dirinya dengan erat. Rasa sakit itu terus membuatnya sakit kepala. 'Cukup! Hentikan!'

Dunia ini menjadi gelap. Memori-memori kecil mulai bermunculan dari benaknya. Rasa sakit itu perlahan menghilang. Masih terasa pusing, namun setidaknya sudah mereda. Kou mengangkat kepalanya sambil mengatur nafasnya yang sedikit tak karuan.

"Tunggu! Aku dimana? Kenapa disini begitu...damai..."

Suara riak air terdengar cukup keras. Burung-burung berterbangan di langit biru. Angin lembut berhembus, membuat pohon-pohon disekitarnya ikut bergoyang.

"Ini..."

Dilihatnya seorang pemuda biru sedang duduk termenung di dekat sungai. Matanya nampak tak percaya. Tanpa berpikir panjang, Kou segera bangkit dan berlari mendekati pemuda tersebut.

"Taufan...? A-Apakah kamu yang membawaku kesini?"

Pemuda biru itu tertawa. "Iya, memangnya kenapa. Aku ingin berbicara denganmu saat ini."

Kou lalu duduk disebelahnya dan menatap pemuda itu cukup lama. "Aku tidak mengerti. Tapi sudah berapa lama aku tidak bertemu denganmu."

"Aku ini hanyalah ingatan Taufan, sedangkan Kou adalah penggantinya. Bisakah Kou tetap berada di Bumi sebagai pengganti diriku?"

Bisu seribu bahasa, Kou terdiam untuk pertanyaan ini. Dirinya ingin mengatakan sesuatu, tapi rasanya seperti sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Ia menggigit bibir bawahnya.

Satu, dua, tiga...tidak ada percakapan lagi setelahnya. Hening. Kou masih berada di titik berat.

"Hmm...aku butuh jawabanmu yang sesungguhnya." Taufan penasaran dengan ekspresi yang akan Kou tunjukkan kepadanya.

"Aku..."

"Iya, katakanlah."

"...."

"Aku ingin pulang!"



𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang