74|Mengubah takdir

152 20 1
                                    

"Ah begitu ya..." Taufan tersenyum lembut. "Kalau begitu, aku akan mengucapkan terima kasih kepadamu. Tapi jika kau kembali, apa kau tidak kasihan kepada teman-temanmu?"

"Kasihan sih, tapi apa boleh buat. Aku terkadang juga memikirkan rumahku." Kou menundukkan kepalanya, air matanya mulai mengalir.

"Tapi aku tidak tau bagaimana caranya aku bisa kembali ke sana. Aku dengar dari beberapa orang, bahwa planet yang aku tinggalkan sejak lama...sudah hancur. Aku tak punya harapan lagi."

Taufan sontak kaget, "Maksudnya? Lalu kamu mau pulang kemana?"

Kou mengusap air matanya dan tersenyum tipis, "Sepertinya kamu tidak mengerti ya."

Laki-laki bermanik safir itu menghela nafas lelah, "Maaf, tapi jujur aku lama-kelamaan tidak paham apa yang kamu katakan."

Kou terkekeh pelan. Tangannya terulur dan mengelus kepala Taufan dengan lembut. "Aku jadi ingat adikku."

Kou lalu menidurkan dirinya di atas rumput dan menarik nafasnya dalam-dalam. Mulai memejamkan matanya, "Andaikan, kita dapat bertukar posisi. Apakah kita akan bahagia?"

"Maksudnya?"

"Ya seperti aku di posisimu dan Taufan di posisiku."

"Kamu ingin mati?"

Hening.

"...Sepertinya itu ide yang bodoh untuk menjadi kenyataan, ya. Sudahlah jangan dipikirkan lagi. Lagipula umurmu kurang cocok untuk membahas hal itu." Kou menepis. Ia tidak ingin Taufan terlalu memikirkan dirinya.

Tidak ada satupun yang membuka mulut setelah itu. Suara riak air membuat suasana alam lebih terasa. "Tiba-tiba aku kangen Thorn." Ucap Taufan memecah keheningan. "Bagaimana ya keadaannya?"

Cukup lama Kou memandang anak disebelahnya. "Aku yakin dia pasti bahagia sekarang." Sahut Kou berusaha membuat Taufan tegar.

"Jika aku kembali ke sana, apa reaksi mereka akan sama seperti dulu? Terkadang aku juga ingin kembali. Melakukan ulang kesan-kesan yang menyenangkan. Tidak salah kan?"

Taufan lalu ikut menidurkan dirinya di sebelah Kou, "Sepertinya masih ada harapan untuk memberikan penjelasan. Karena ini adalah ceritamu bukan ceritaku. Ceritaku sudah berakhir dengan ending yang mengenaskan. Jika aku masih hidup, belum tentu aku bertemu dengan orang-orang yang kau kenal."

"Kau benar. Jalan hidup yang begini, bagaikan sebuah cerita yang terkadang alurnya tidak menentu. Jika dapat mengulang waktu, bisakah kita mengubah endingnya menjadi lebih baik?"

"Tapi sayangnya itu tidak bisa. Aku sudah berbentuk roh dan aku sudah bisa menerima kenyataan bahwa aku telah tiada."

....

"Taufan aku punya sebuah rencana bagus. Kau mau dengar tidak?" Kou mulai membisikkan sesuatu.

"Kau yakin? tapi efeknya hanya sementara."

Kou kembali berpikir, "Kita minta saja supaya lebih lama."

Itu bukan lelucon, ini serius. Seperti halnya sebuah cerita yang dapat mengubah jalan hidupnya. Taufan tidak yakin dengan keputusan Kou, tapi anak itu sudah memiliki keputusan yang tinggi.

"Baiklah, kita akan mencobanya."

"Terima kasih, Taufan."

Perlahan cahaya putih menerangi seisinya.

"Kou...Kou...bangunlah..." Seorang laki-laki muda sedang berusaha menggoyang tubuh Kou supaya pemuda itu bangun dari tidurnya.

Cahaya mulai merambat masuk ke matanya. Perlahan dirinya dapat melihat laki-laki tadi berhenti menggoyangkan tubuhnya.

𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang