71|Lachia (03)

119 28 4
                                    

Sesampainya di rumahnya, Ia langsung mengobatiku. Aku berbaring di ranjang yang berada di salah satu kamar. Rumahnya sederhana namun nyaman.

"Apa aku sudah boleh pergi?" Pintaku.

"Eh masih belum. Kau ini masih sakit kok keras kepala ya."

"Ah bukan begitu. Aku hanya takut menyusahkan rak- eh maksudku kamu."

"Tidak. Kau tidak menyusahkanku sama sekali."

"Nah sekarang kamu istirahat ya. Lagipula ini sudah siang. Kau harus tidur."

"Sebelumnya terima kasih."

Perempuan itu tersenyum ke arahku. "Sama-sama. Kalau begitu aku pergi dulu ya. Kalau kau butuh sesuatu panggil saja aku."

Perempuan itu lalu keluar dari kamar. Kou mengharapkan tubuhnya ke arah kanan. "Apa sebaiknya aku kembali ke istana? Atau aku lanjutkan perjalanan?"

Aku masih saja memikirkan hal itu. "Ah sudahlah tidak penting. Setidaknya Sekarang aku beristirahat saja dulu."

.
.
.

Aku merasakan di tempat yang aneh. "Hai Kou!" Sapa seseorang. "Eh kau siapa?" Tanyaku Bingung. Anak laki-laki itu lalu tersenyum ke arahku. "Namaku Taufan. Hai diriku yang kedua!"

"Diriku yang kedua? Maksudmu...Aku?" Anak laki-laki itu lalu mengangguk. "Iya, Kamu adalah diriku yang kedua."

"Tapi bagaimana bisa? Kita bahkan tidak pernah saling kenal sebelumnya." Kataku tak percaya. "Memang iya. Namun kau di takdirkan untuk menjadi diriku yang kedua di duniaku."

"Maksudmu kita beda dunia?"

"Kita ini seumuran. Ketika kau sampai di duniaku, Umurmu di sana masih akan tetap sama dengan umur dirimu yang sekarang."

"Tapi jika aku ke sana...Apa aku bisa kembali lagi kesini?" Taufan mengangguk. "Tentu saja bisa. Tapi kau harus meminta persetujuan pada orang terdekatmu. Kalau mereka tidak pernah, Terpaksa kau harus menunggu sampai tugas ini sampai selesai."

Aku masih diam mematung. Apa ini mimpi?

"Baiklah. Saat kau bangun nanti, Kau akan terbangun di duniaku. Sampai jumpa disana!" Orang misterius itu perlahan menghilang dari pandanganku.

.
.
.

"Hah..." Aku mendadak terbangun dari tidurku. "Ya ampun. Sudah ku bilang tadi, Sekarang bibi percaya kan? Rupanya dia masih hidup." Ujar seorang gadis perempuan.

Aku berusaha untuk duduk. Aku melihat di sekitar. "Ini dimana...Ini bukan di rumah perempuan itu?"

Aku merasakan kepalaku begitu sakit. Aku memegangnya namun saat aku menarik tanganku kembali, Ada darah. Aku sangat panik. Aku juga melihat bajuku berlumuran oleh darah. Kenapa ini?

"Kenapa bajuku jadi begini. Aku bahkan memakai pakaian yang berbeda. Ini bukan pakaian yang ku pakai sebelumnya."

"Nak, Bagaimana kalau kau mengganti pakaianmu dulu." Perempuan yang di panggil bibi tadi lalu menyodorkan beberapa pakaian kepadaku.

"Iya...T-Terima kasih..." Aku menjawabnya gugup. Aku merasa sedikit takut. Orang-orang di sekitarku ini ku rasa bukan manusia karena wajahnya sangatlah menyeramkan.

Aku dengan cepat berlari ke salah satu ruangan yang berada di lantai dasar. Tidak berapa lama kembali dengan pakaian yang bersih dan aku juga sedikit mengatur gaya rambutku.

"Nah sekarang kau sudah rapi." Puji gadis itu lagi. "Hurhm...Sebenarnya apa yang sudah terjadi padaku?" Tanyaku ragu.

Gadis itu terdiam.

"Kau...Waktu itu...Kau sepertinya di buang oleh sekelompok orang. Lalu mereka membiarkanmu disini."

'Apa jangan-jangan mimpi itu benar kenyataan? Jadi aku benar-benar ada di dalam tubuhnya sekarang. Berarti namaku...Taufan. Jujur aku lebih suka dengan nama asliku daripada Taufan.'

Perlahan namun pasti aku berniat pergi ke tempat itu. Ya sepertinya kau juga sudah tau kalau aku akan pergi kemana untuk memulai perjalanan baruku di dunia tak di kenal ini.

Flash Back End.

"Nah jadi begitu. Aku yakin mungkin kau sedikit tidak percaya. Tapi itu benar-benar kenyataan dan itu terjadi padaku. Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku~"

"Kou, Tolongin aku dong. Berat banget nih." Teriak Aether yang sedang membawa buku-buku.

"Siap. Sampai jumpa besok! Doakan ya semoga kebenaran segera terungkap. Jujur sebenarnya aku sudah tidak tahan begini terus."

"Kou cepatlah!"

"Ok sampai jumpa kalau begitu." Kou segera membantu Aether membawa beberapa buku.

"Akhirnya beban hidupku terkurangi."

Kou: -_-

"Kou ni-chan, Habis ini temani Celine tidur ya." Pintanya sambil menunjukkan matanya yang besar.

"Iya sebentar ya."

'Setidaknya sekarang aku punya teman-teman yang baik.'

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang