•) Cafuné : Necromancy

666 91 12
                                    

Tahun 5 Pasca Perang

Louise bukan anak yang mudah bosan dan gigih. Tahun-tahun kesendirian Mikasa sebenarnya diisi oleh surat-surat darinya yang rutin datang. Kadangkala juga berasal dari Historia dan Hitch atau teman-temannya yang lain di luar pulau. Mikasa mengumpulkan semuanya dalam sebuah kotak kayu, terpisah dari surat dan kertas-kertas lain.

Satu kali ini, surat yang datang dengan mengatasnamakan Historia dilatarbelakangi undangan. Mereka mengundang Mikasa untuk datang pada... semacam reuni atau pesta? Bahasanya memang kasual, ucapan salam biasa pada teman dan di akhir surat sebuah undangan untuk ulang tahun putrinya yang kelima. Historia juga menyebutkan nama Braus juga keluarganya Jean dan Connie.

Haruskah Mikasa datang?

Tahun-tahun sebelumnya dia tidak datang tepat waktu karena ulang tahunnya bersamaan dengan hari kematian Eren. Ia selalu datang ketika yang lain sudah selesai. Mungkin tahun sekarang ia harus datang. Untuk tahun kelima ini.

***
Mikasa menjadi anggota pasif di pesta itu, dengan terkadang menyahut yang Hitch katakan. Ada keluarga Braus dan anak-anaknya seperti yang dijanjikan, bermain dengan anak Historia—tuan putri mereka. Dia sungguh salinan Historia dengan suaminya. Rambut mereka sama-sama pirang, memberi nada dan kesan yang sewarna.

"Hei, Mikasa." Hitch memanggilnya. "Tidakkah kau ingin menikah? Kau favorit di angkatan kita, tapi bahkan orang biasa pun sadar kau secantik apa."

"Dan dirimu sendiri?" Mikasa menyeringai, mengembalikannya.

Hitch mendengus. "Aku belum berminat."

"Alasan kita sama kalau begitu." Dia tersenyum. Mereka tertawa kecil bersama.

Alasan yang sama. Ataukah dirinya secara tidak sadar mencari seseorang seperti Eren?

Tidak tahu, Mikasa tidak merasa begitu.

Orang-orang di Shiganshina umumnya tahu sejarah Mikasa dengan Eren, mengingat betapa nakalnya geng mereka dulu. Tapi apa itu mencegah pria lain mendekatinya? Tidak.

Anak tukang jagal yang dikenalnya terkadang memancing percakapan dengan malu-malu. Beberapa petugas militer di Shiganshina melakukannya dengan lebih jelas. Tetapi belum satupun yang berhasil mengajak Mikasa pergi kencan. Gadis itu tidak pernah ditanyai secara gamblang, jadi entahlah.

Mikasa pulang tiga hari kemudian, sedangkan Hitch kembali pada tugasnya di kepolisian.

***
Itu sore di hari yang sama ketika ia tiba di rumah. Dia berjalan menuju makam Eren membawa sebuket bunga iris di tangannya. Kakinya pegal, tapi tidak menghentikan langkahnya. Dia hanya ingin melihat Eren.

Namun, yang dilihatnya di sana adalah orang lain.

Sosok belakang seorang wanita. Baju hitam dan rok merah berenda, aneh. Di membungkuk menutupi makam Eren, sama sekali tidak menyadari kehadiran lain di dekatnya.

Siapa dia? Mikasa bertanya-tanya curiga.

"Hei." Panggilan itu menyentaknya. Wanita itu berdiri dan menoleh. Giliran Mikasa yang sekarang terkaget.

Tidak mungkin.

Wanita itu tersenyum lebar. "Aku sudah menunggumu, Mikasa."

"K--bagaimana kau—siapa kau? Bagaimana... bagaimana kau tahu namaku?" Mikasa tergagap. "Dan wajahmu—"

"Kau tidak perlu tahu."

"Apa?"

Wanita itu kembali mengalihkan perhatian ke makam Eren. "Aku hanya di sini sebentar. Dan untuk ini." Dia mendekati Mikasa yang terpaku di tempatnya dan memberikan sebuah amplop. "Jika kau peduli pada kebahagiaanmu, lakukan ini," wanita itu meremas tangan Mikasa yang ia paksa menerima amplopnya, "sekali saja. Aku hanya ingin kau melakukannya. Lakukan demi dirimu, aku... dan Erenmu." Dia mundur teratur. "Waktuku tidak banyak di sini. Aku harap kau sungguh melakukannya. Selamat tinggal, semoga berhasil, Mikasa!" Wanita serba hitam itu berbalik dan berlari ke belakang pohon. Mikasa mengejarnya.

CafunéWhere stories live. Discover now