•) Cafuné : Cwtch

367 45 0
                                    

Ayahnya menyuruh Eren untuk pulang lebih dulu. Eren menurut setengah hati, meninggalkan rumah Ackerman dengan sorot nanar tak terkira. Ia berjalan seperti mayat hidup di tengah hujan, seraya memikirkan nasib gadis yang harusnya ia temui hari ini.

Di mana dia? Masih hidup atau tidak? Apa dia lari atau para pembunuh orang tuanya juga membawanya?

Grisha bilang akan memanggil Polisi Militer. Eren kecewa. Tidakkah ayahnya sadar bahwa kinerja mereka lebih lambat dari siput melata. Seperti kasus orang tua Armin yang tidak pernah selesai. Terlalu banyak pernyataan diperlukan, mungkin para pembunuh itu keburu membawa Mikasa pergi setelah hujan usai.

Tunggu.

Hujan. Sekarang sedang hujan.

Eren segera sadar dari pikirannya dan mengedarkan pandangan ke sekitar seperti mencari mangsa. Dan itu dia, sekitar tiga puluh meter jauhnya. Sebuah pondok kayu yang sudah tua dan reyot.

Di sana. Mikasa mungkin ada di sana, mungkin juga bersama para pembunuh itu.

Pembunuh... Terdengar mengerikan, tetapi tidak seberapa buruk... mungkin. Tangan Eren menjelajah pinggangnya sendiri, menemukan sebilah pisau. Pasti cukup, 'kan? Anak itu mengeratkan pegangannya dan berjalan mendekati pondok itu. Dengan langkah yang tentatif, nyaris tidak bersuara seperti kucing dapur hendak mencuri.

Sebuah percakapan di depannya sayup-sayup terdengar.

"Ini salahmu!" sungut seorang pria. "Ibunya lebih berharga dan lebih langka, tapi kau malah membunuhnya."

"I—itu karena di memberontak!" elak pria yang lain.

Ada dua... Dugaan Eren setidaknya benar tentang posisi mereka, tapi dua. Yang ia harus hadapi dua orang pria dewasa.

Tidak, mereka bertiga!

Kejadian itu menjadi terlalu cepat saat detak jantung Eren juga meningkat. Dua orang mati ia tusuk, dan pria ketiga...

Eren bangun sambil terbatuk, mencari-cari gadis Mikasa.

"Mika—" Kalimat Eren tertelan lagi, napasnya belum pulih sempurna karena dicekik tadi. Ia hanya bisa merangkak, menghampiri Mikasa yang masih menduduki jasad pembunuh ketiga. Tertikam. Dia pantas menerimanya. Mikasa sudah benar dengan melakukannya.

Pluk!

Satu tangan Eren jatuh di atas kepala Mikasa, sedangkan yang lain menopang di lantai. "Jangan takut," katanya menenangkan Mikasa yang masih gemetaran. "Kau aman sekarang."

Eren tetap memeluk Mikasa sampai ayahnya datang, bersama beberapa Polisi Militer. Dugaan. Jika Eren tidak bertindak lebih dulu, Mikasa sudah pasti tidak tertolong.

"Kau tahu 'kan tindakanmu itu ceroboh sekali? Bagaimana jika kau mati?" Grisha tentu tidak diam saja setelah melihat keadaan mereka berdua. Anaknya nekat, ia tahu. Hanya saja tidak ia kira akan bisa sejauh ini.

"Aku hanya ingin menolongnya," jawab Eren membuat Grisha terdiam.

Dokter itu menghela napas dan kemudian melihat ke arah gadis yang sedari tadi diam. "Mikasa, kau ingat aku? Kita pernah bertemu sebelumnya."

"Dokter Yeager," kata Mikasa pelan. "Ke mana aku harus pergi sekarang? Ini dingin..."

Tidak ada yang bersuara. Hanya kayu retak yang terbakar, sampai Eren mendekat sambil melepas syal merah di lehernya untuk kemudian ia gunakan membungkus leher Mikasa.

"Hangat 'kan?" Gadis itu menyentuh kain lembut yang mengitarinya. "Tunggu apa lagi," Eren mengambil tangan Mikasa, "ayo kita pulang ke rumah."

Dengan itu air mata Mikasa langsung berderai. "Pulang..."

»◇◆◇«

Cwtch (n.): a hug or a cuddle; a safe place; the place under the stairs

Judul yang ngadi-ngadi dan alur berantakan seperti biasanya :) Kelihatan seperti tidak bersungguh-sungguh :(

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Judul yang ngadi-ngadi dan alur berantakan seperti biasanya :) Kelihatan seperti tidak bersungguh-sungguh :(

Saat sedikit berimajinasi tentang hubungan Mikasa dan Eren, kadang saya juga diingatkan bahwa saya seakan hanya menyiksa diri dengan tetap terikat dengan mereka :"< mengingat betapa sedih keduanya berakhir.

Seindah apapun angan-angan ini, kenyataan selalu cepat sekali menampar.

(Sudah lewat pukul 1 dini hari di sini, malah bikin beginian)

CafunéWhere stories live. Discover now