16. EDELWEISS

75 17 16
                                    

Kirei terdiam sejenak lalu menggeleng kepalanya pelan sambil menunduk takut dengan pandangan mata yang kabur, sebab air mata sudah menggenang dipelupuk matanya.

Tanpa menjawab ucapan sang Mama, Kirei langsung masuk kedalam rumahnya sedikit berlari agar sampai kekamarnya, sesampainya dikamar. Kirei langsung mengunci pintu kamar itu.

Gadis itu bersandar dibalik pintu lalu mentenggelamkan kepalanya dilipatan tangannya.

Kepalanya sedikit pusing, hawa panas sangat terasa dihidung gadis itu padahal ac dikamarnya sudah menyala.

"Papa ... maafin Kirei," lirih gadis itu dengan air mata yang masih mengalir.

"Kiki udah jadi anak yang nggak berguna, prestasi nggak ada, cuma bisa nyusahin aja, dan sekarang Kiki nggak tau harus berbuat apa." Air mata gadis itu masih mengalir membanjiri pipinya.

Perkataan yang sangat menyakitkan baru saja keluar dari Mamanya sendiri, yang gadis itu ketahui adalah Mama kandungnya.

Sejahat itukah Mama-nya sampai-sampai tega ingin menghancurkan hidup anaknya sendiri?

"Kiki sayang Mama, apakah Mama juga sebaliknya? Apa yang membuat Mama sampai-sampai membenci Kiki? Kiki salah apa, Ma? Apakah selama ini Kiki bandel sama Mama?" tanya Kirei beruntun pada dirinya sendiri.

Beberapa detik kemudian gadis itu tertawa kencang sambil meremas baju didepan dadanya, menahan sesak didadanya dengan tertawa kencang.

Merasa ada yang aneh dengan adik satu-satunya itu, Girald memutuskan untuk mengecek keadaan Kirei, apakah gadis itu sedang baik-baik saja?

"Kiki? Kamu nggak papa?" tanya Girald dari balik pintu itu.

Tidak ada jawaban, Kirei masih tertawa kencang tanpa mempedulikan Girald yang asik mengetuk pintu kamarnya.

Girald semakin dibuat penasaran, dirinya mencari kunci serep dan akhirnya ketemu.

Ceklek

"Kiki, kamu ken─." Pemuda dibuat tercengang oleh adiknya sendiri, ia pikir kenapa Kirei sampai tertawa keras seperti itu.

Gadis itu masuk kedalam selimut dengan tengkurap tak lupa juga layar laptop yang menyala.

"Kiki, nggak ngapa-ngapain kok, Kiki lagi nonton film anime genre romcom, makanya Kiki ketawa terus." Gadis itu berbohong dengan lincah, dirinya tidak ingin masalah itu terdengar oleh kakaknya.

"Lo nggak lagi nonton yang g-gay, 'kan?" tanya Girald sedikit melangkah mundur ketika Kirei menatapnya lekat.

"Nggak kok, Kiki lagi nggak mood nonton yang itu, kalo Kiki lagi nggak waras. Bisa-bisa kakak aku jodohin sama Alvino." Kirei cengengesan membuat Girald menatapnya tajam.

"Kenapa nggak jodohin sama Nathan aja?" tanya Girald menaik turunkan sebelah alisnya.

"Nggak boleh! Pokoknya nggak boleh," tegas Kirei melototkan mata andalannya yang bisa membuat Girald begidik ngeri.

"Kenapa gak boleh?"

"Nathan punya Kirei, nggak boleh diambil," seru gadis itu langsung menutup mulutnya, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia katakan.

"Pfftt ... ngaku juga kan lo akhirnya, kalo suka mah bilang aja jangan ditahan, diambil orang baru tau rasa lo." Girald menahan tawanya melihat ekspresi cemberut dari adiknya, ia pun perlahan pergi meninggalkan Kirei sendirian dikamar.

Gadis itu tak berniat menjawab ucapan kakaknya, ia langsung menutup pintu lalu menguncinya. Rasa kantuk belum menyerang gadis itu. Sepertinya insomnia nya kambuh lagi.

EDELWEISS [On Going]Where stories live. Discover now