35. EDELWEISS

29 6 0
                                    

Neysha duduk seorang diri di kursi panjang tepat di depan ruangan Kirei, dia menunduk gelisah disertai tangan yang saling bartautan. Hingga tanpa Neysha sadari, seseorang tengah menatapnya dalam. Akan tetapi, orang itu tampak biasa saja ketika melewati dirinya. Tanpa menoleh pun Neysha sudah tahu siapa orang itu. Orang yang berbohong mengenai perasaannya sendiri. Nathan. 

Langkah Nathan terhenti ketika dia menyadari jika Neysha tidak terusik oleh kedatangannya, cukup lama tangannya mengambang di knop pintu tapi Neysha tidak bergeming. Lirikan ekor mata Nathan kepada Neysha mengisyaratkan jika dia harus menuntaskan sesuatu yang dirasa masih kurang. 

Disertai keberanian yang cukup Nathan mulai menyapa Neysha hingga gadis itu menoleh ke arahnya. "Ayo, masuk!"

Neysha menggeleng, tujuannya datang ke sini bukan untuk meminta maaf kepada Kirei tetapi hanya formalitas saja sebagai teman sekelas. 

"Nggak perlu, aku juga udah mau pulang," tolaknya pelan tanpa melihat wajah Nathan, dia pun berdiri dari duduknya. Baru saja hendak menggendong tas ranselnya, tangan Nathan menghentikan aksinya seperti menginstruksi jika ia ingin Neysha tetap di sini.

Tanpa banyak protes, Neysha pasrah di bawah kendali Nathan. Dari tatapan pria itu, terlihat jika dia tidak suka dibantah. Apalagi Neysha tahu, Nathan akan melakukan apa saja untuk Kirei bahkan harus mengorbankan perasaannya sendiri. Seperti sekarang ini, Nathan berusaha keras agar Neysha mau meminta maaf kepada Kirei. 

Pintu ruangan terbuka setengah kemudian munculnya Nathan dan Neysha dari balik pintu. Di saat keduanya masuk, gelak tawa tiba-tiba saja terhenti. Semua orang kompak menoleh ke arah keduanya, Nathan tampak biasa-biasa saja. Tetapi Neysha mulai risih dengan tatapan itu kepadanya. 

"Vin, siapin aer dingin gih, nanti ada yang kepanasan bisa langsung disirem," sindir Dion si mulut mercon. 

Mendengar perkataan Dion yang sangat frontal, Girald menimpuk kepala Dion menggunakan bantal sofa. "Heh bocil telat puber, mending lo diem dari pada gue ngeluarin semua hujatan buat lo," ancam Girald. Pria itu menghampiri ranjang Kirei membuat beberapa cewek mundur 'guna memberi akses kepada Girald, dia masih was-was jika Neysha berada di dekat Kirei. 

"Gini amat dah hidup, di mana-mana disuruh diem mulu. Coba aja ada lomba diem, mungkin gue yang juara satu."

"Dih, halu lo. Diem dari mana coba," cibir Alvino. Dion memutar bola mata malas, dia capek karena disuruh diam. Padahal dia anaknya hyper aktif. 

Tanpa menanggapi ocehan demi ocehan dari teman sekelas Kirei. Nathan berdiri di samping ranjang Kirei, tepat di sebelah Girald yang tengah duduk bersandar di dekat ujung ranjang Kirei. 

Tangan Nathan terulur mengusap pelan kepala Kirei seraya menampilkan senyuman tipis. "Lo udah makan?" tanya Nathan tanpa menghiraukan kecanggungan yang terlihat jelas di wajah adik kelasnya.

"Udah, tadi kak Girald yang kasih aku makan." 

"Lo pikir ayam dikasih makan," celetuk Girald ketika dia mencuri dengar obrolan adiknya bersama sahabat berkedok calon pacar. 

Kirei melirik sinis ke arah Girald. "Kakakku yang durhaka pada adiknya sendiri, mending diem daripada Kiki bongkar aib Kakak di depan semua orang."

"Ngancem mulu bisanya," cibir Girald mendapatkan tertawaan keras dari Dion. 

Melihat fokus Kirei yang langsung teralihkan karena Girlad mengganggunya, Nathan sedikit menunduk lalu berbisik ke telinga Kirei. "Neysha mau ngomong sesuatu sama lo."

"Ngomong apa?" tanya Kirei tak kalah pelan. 

"Nanti juga lo tahu sendiri." 

Di tempatnya berdiri canggung, Neysha dapat melihat dengan jelas perlakuan manis Nathan terhadap Kirei. Dia merasa terkhianati. Ketika matanya jatuh kepada netra Nathan, dia langsung tahu apa yang diinginkan Nathan saat ini. 

Bibir Neysha bergetar, jari tangannya dingin ia gunakan untuk meremat kuat rok sekolahnya sebelum mengucapkan kata-kata yang membuat Neysha muak dan ingin lari dari kenyataan. 

"Kirei … aku mau minta maaf atas perlakuanku kemarin sama kamu," ucapnya lolos begitu saja. Meski dalam hatinya masih belum ikhlas. 

Kirei tersenyum, tentu dia tahu Neysha tidak salah dalam masalah ini. Justru dia sadar diri jika kehadirannya tidak baik di sini, bahkan setelah sedikit demi sedikit ia tahu Nathan dan Neysha sedang mengalami permasalahan dalam hubungan mereka. Kirei sudah menyadari itu setelah Neysha mendorongnya. 

"Neysha, aku mau minta maaf sama Neysha kalau selama ini aku ada salah. Sampai detik ini, Neysha tidak salah apa pun kok. Di sini hanya ada kesalahpahaman yang terus terjadi tanpa henti, Neysha nggak boleh menyalahkan diri sendiri atas permasalahan yang tengah dihadapi. Aku tahu kok, Neysha itu orang baik dan aku sangat mengharapkan jika Neysha masih mau mendampingi Nathan sepenuh hati." Kirei berusaha turun dari tempat tidurnya. Dibantu oleh Nathan, Kirei berjalan pelan menghampiri Neysha lalu memeluknya dengan erat. Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya. 

Mendapatkan perlakuan yang tidak terduga, Neysha terkejut. Ia tidak menyadari jika hal ini akan terjadi, dia pikir Kirei akan jauh lebih membuatnya muak.

"Tisu paseo di Indoapril masih ready stok, nggak? Ingus gue meler gara-gara liat bidadari kita lagi nunjukin sifat aslinya," heboh Dion seperti biasa.

"Lebay lo, paling mau minta dikasihani, 'kan sama Kirei," cibir Sasha. Jarak mereka cukup jauh, jadi sangat menguntungkan bagi Sasha yang ingin ikut-ikutan menghujat Dion. 

"Lo kalo deket di mari, udah gue sikat lo. Gue bawa ke kamar mayat terus kita mantap-mantap."

"Mulut lo dijaga, ya!" peringat Girald pada bocah yang baru puber. Merasa dibela oleh Girald. Sasha menjulurkan lidahnya, tentunya mengejek Dion.

"Maaf, Kak. Mulut akutuh sering typo."

Tidak menghiraukan percakapan unfaedah, Kirei melepas pelukannya pada Neysha. Lalu mendekati Nathan, membawa pria itu mendekat pada Neysha. 

"Karena tadi Neysha datangnya bareng teman-teman yang lain. Jadi, Atan aku tugasin buat nganterin salah satu pengikutku agar bisa pulang dengan selamat ke rumahya," pinta Kirei. Mau tidak mau Nathan mengangguk lalu mengabulkan permintaan sederhana Kirei karena Kirei adalah salah satu orang yang sangat dia sayang. Apa pun kemauannya harus bisa ia lakukan yang penting Kirei merasa senang itu saja sudah cukup. 

Sejujurnya bukan Kirei yang tidak nyaman dengan keberadaan Neysha. Tetapi, perlakuan manis Nathan kepadanya harus dihentikan. Karena itu tidak baik untuk kelangsungan hubungan Nathan dan Neysha dan juga jantungnya tidak mau berhenti berdetak kencang. 

***

Lagi-lagi kecanggungan menguasai keduanya. Saat Nathan dan Neysha saling bersebelahan. Namun, dengan posisi jarak sangat dekat. Tidak ada percakapan antara keduanya, mereka sibuk berperang dengan pikiran masing-masing. 

Lorong demi lorong rumah sakit mereka tempuh agar bisa mencapai pintu utama. Hingga keduanya sampai di parkiran.

"Aku pulang dulu, makasih udah nganterin sampai depan," pamit Neysha. 

"Biar gue anterin sampai rumah, tadi Kirei nyuruh buat nganterin lo dulu," balas Nathan. Hal itu menghentikan langkah Neysha. 

Sembari memejamkan matanya, Neysha mencoba sabar ketika Nathan lagi-lagi sangat bergantung pada ucapan Kirei. Neysha berbalik badan lalu melangkah tepat di depan Nathan.

"Nggak usah, Kak. Terimakasih, aku bisa pulang sendiri. Saat ini, Kirei lebih butuh kak Nathan dari pada aku," tolak Neysha halus. Senyum tipis mengembang di wajahnya. 

"Iya." 

"Aku pergi dulu," ucap Neysha berlalu meninggalkan Nathan seorang diri. 

Meski mendapatkan balasan yang sangat membuat hatinya merasa tercampakkan begitu dalam di dasar bumi. Neysha mencoba untuk bersabar sekali lagi. Meski pernyataannya tadi sangat bertolak belakang dengan keinginannya.

Dari tempatnya berdiri, Nathan dapat melihat punggung Neysha yang perlahan menghilang dari pandangannya. Rasa bersalah lagi-lagi menghantui dirinya. Tetapi, Nathan berusaha egois dan ingin lebih memprioritaskan Kirei ketimbang perasaannya sendiri. 

- T B C -

EDELWEISS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang