21. EDELWEISS

58 10 12
                                    

Semua para anggota dari sebuah organisasi sekolah yang paling populer diseluruh sekolah itu tengah berkumpul diruang khusus rapat mereka. Sangat pagi memang, namun begitulah demi menghindari keramaian.

Seperti sekarang ini Nathan tengah gelisah ketika dirinya tidak memberitahu jika ia tidak jadi menjemput Kirei pagi ini. Rapat mendadak yang dilakukan sang ketua Osis hampir selalu membuatnya kesal.

"Sebelum gue mulai rapatnya, alangkah baiknya jika kita berdo'a terlebih dahulu," ucap sang ketua osis dan mereka mengangguk paham.

Setelah beberapa menit saling pandang karna belum juga membuka rapat, tiba-tiba saja dari arah pintu muncul lah sosok gadis dengan nafas yang ngos-ngosan. Gadis itu tersenyum kearah Nathan, seolah tidak peduli jika disini banyak orang yang memandanginya tidak suka.

"Kak Nathan aku mau ikut Osis bareng kakak!" serunya dengan tersenyum.

Nathan mendadak tuli dan pura-pura tidak melihat, ia sudah lelah dengan tingkah laku Neysha kepadanya.

"Lo siapa? Dan mau apa lo masuk keruangan ini tanpa permisi, sopan santun lo dimana?" tanya sang ketua Osis tampak tidak bersahabat.

"Aku ingin daftar masuk Osis kak!" ucap Neysha mantap dengan tangan diposisi hormat.

"Ck! Gue nggak nyangka cowok sok cool seperti lo, bisa bucin juga." Ketua Osis itu menunjuk Nathan seperti meremehkan.

Saling menatap tidak suka terpancar dari Jordan dan Nathan. Jordan itu sang ketua osis yang paling populer karna gelarnya dan wajah yang ia miliki, namun karna kesombongannya tidak banyak pula yang menatap tidak suka kepadanya.

Nathan hanya diam, belum menanggapi ucapan Jordan kepadanya. Ia hanya memainkan bolpen dengan jarinya.

"Sekarang lo pergi dari sini, karna apa? Karna gue nggak bakal menerima anggota yang cuma mau bucin doang disini! Ini organisasi bukan tempat pacaran," tegas Jordan, memang ada benarnya ucapan Jordan. Sebab, Neysha ikut organisasi hanya ingin selalu dekat dengan Nathan.

Tanpa disengaja Jordan mendorong tubuh Neysha hingga kepalanya hampir saja menyentuh lantai.

"Nggak usah kasar sama cewek." Nathan berujar santai lalu membantu Neysha yang terduduk dilantai.

"Kak Nathan, aku minta maaf." Gadis itu menerima uluran tangan dari Nathan, ucapan Neysha barusan tidak dijawab oleh Nathan. Seperti biasa ia hanya membantu.

"Gue nggak sengaja. Lo bisa bedain kan, mana nggak sengaja ataupun disengaja," ujar Jordan seakan tahu kemana arah pembicaraan mereka saat ini.

Lagi dan lagi Nathan tidak peduli dengan ucapan orang-orang kepadanya, karna sekarang dirinya harus mengantarkan Neysha ke kelasnya terlebih dahulu.

Senyum mengembang diwajah gadis itu, semburat merah terpancar dari pipi hingga telinganya. Berjalan berdampingan seperti ini membuatnya baper dan salah tingkah.

***

Kirei hanya diam tidak mempedulikan dua orang yang menatapnya, ia menyibukkan diri dengan mengganggu Alvino yang tengah bermain game.

"KIKI!! Gue dikit lagi menang padahal," teriak Alvino ketika Kirei menarik ponselnya.

"Ampun! Jangan marahin aku, marahin aja Sasha. Jangan aku, Sasha yang suruh." Sasha yang mendengar itu membulatkan matanya, lalu menatap Kirei dengan tajam.

"Wehh fitnah, jangan percaya," ucap Sasha dan Kirei hanya tertawa puas seolah melupakan kejadian didepan pintu kelasnya.

Neysha sudah duduk tenang dikursinya, sembari menatap Nathan yang masih berdiri kaku didepan pintu kelas itu.

Merasa tidak dianggap, Nathan pun langsung pergi dari kelas Kirei. Sesekali curi pandang ke arah Neysha yang juga menatapnya.

Sampai punggung Nathan tidak terlihat lagi, Neysha kembali ke kursinya. Lalu terlihat banyak orang-orang yang membicarakannya, ia tidak akan pernah peduli dengan ocehan yang keluar dari mulut busuk teman sekelasnya. Yang pasti Neysha tidak akan pernah berhenti sebelum ia mendapatkan apa yang ia mau, sama seperti ia meminta mainan kepada Ayahnya.

"Ki, emang lo nggak cemburu liat Nathan jalan sama anak baru itu?" tanya Sasha setengah berbisik.

"Buat apa aku cemburu? Atan itu sayang banget sama aku, dia udah janji tidak akan pergi ninggalin aku. Jadi, aku tidak perlu takut jika Atan diambil sama orang lain." Dengan ke-pd-an yang sudah dilevel darurat, Kirei tidak malu jika ditertawakan oleh teman sekelasnya mengenai ucapannya tadi.

"Nanti di ambil orang nangiss, bilangnya semua cowok sama aja," sahut Dion yang duduk dibangku paling belakang.

Mata Kirei menatap sengit Dion yang dengan santainya menikmati susu kotak yang berasal dari dalam tas milik anak itu. Dengan amarah yang sudah sampai dipuncaknya, Kirei menghampiri Dion lalu menjewer telinganya.

"DION!! Balikin susu kotak punya aku, kalo mau. Beli sendiri tau!!" teriaknya tepat ditelinga pemuda itu.

"Anying sakit goblok!" Telinga yang sudah memerah, kaki diinjak beberapa kali ditambah lagi semua orang menertawakan nya. Kasihan sekali nasib mu Dion.

**

Menatap langit yang sama namun apakah perasaannya juga demikian? Nathan sedikit memejamkan matanya ketika sinar matahari pagi menerpa wajahnya, ia masih berpikir keras untuk siapa hatinya kelak.

Dirinya bingung sekarang setelah melihat wajah Neysha untuk yang kesekian kalinya, baru kali dua ini ia merasa ada aneh didalam hatinya. Bahkan, disaat dikelas Kirei. Nathan sama sekali tidak menatap Kirei.

"Bagaimana rasanya jatuh cinta?" tanyanya membatin.

"Apakah sehebat itu sebuah kata perasaan yang sama, sampai-sampai gue diam tak berkutik." Nathan lagi-lagi bergumam, tanpa sadar ia sudah sampai dikelasnya.

Seharusnya Nathan masih rapat Osis bersama anggota yang lain, karna kehadiran Neysha membuat moodnya hilang. Tapi, ia juga tidak tega jika seseorang menyakiti gadis itu.

Jordan bersama teman-temannya datang menghampiri Nathan yang tengah duduk dikursinya, tanpa melihat kearah Jordan. Nathan berpura-pura tidak melihat.

"Gue kesini mau cari ribut sama lo!" Jordan memukul meja Nathan.

Pemuda itu hanya diam tidak menanggapi sama sekali, ia malah menumpu dagunya dengan sebelah tangannya. Seperti tidak ada masalah saja.

"Lo tuli?!" Lagi-lagi Jordan membentak.

Nathan tidak menjawab ia hanya menatap kearah papan tulis dengan rahang yang menggeras.

"Cowok seperti dia ini, nggak pantas diperebutkan sama cewek-cewek disekolah ini." Tiada angin tiada hujan, Jordan berbicara seperti itu, padahal selama ini ia tidak mempermasalahkan itu semua. Tapi sekarang? Kenapa seperti itu.

Merasa diabaikan oleh semua orang, Jordan langsung pergi bersama teman-temannya, bicara dengan Nathan sama saja seperti bicara sendirian.

"Kiki, gue mau cerita sama lo tentang hari ini," batin Nathan bergumam tidak lupa juga senyum tipis menghiasi wajahnya.

Seisi kelas mendadak canggung ketika melihat perubahan sikap Nathan. Banyak yang tercengang dengan apa yang Nathan lakukan, ia hanya diam tidak menanggapi caci maki dari orang-orang disekitarnya. Dengan sikap Nathan seperti itu, siapa sih yang tidak terpicut.

-TBC

EDELWEISS [On Going]Where stories live. Discover now