20. EDELWEISS

65 11 3
                                    

Nathan tidak bisa fokus belajar, pikirannya selalu kepada Kirei yang saat ini entah bagaimana keadaannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bolos sekolah dan untungnya kelas Nathan tengah jam kosong saat ini.

Sebelum ia beranjak dari kelasnya menuju rumah Kirei, ia juga harus memastikan jika gadis gila itu tidak mengikutinya.

"Kiki udah makan belum ya?" tanyanya membatin seraya menatap langit-langit gedung sekolahnya.

Sesampainya diparkiran motor, Nathan tampak mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh penjaga sekolah. Untungnya saat ini penjaga sekolah sedang tidak ada diposnya, sepertinya nasib baik berada ditangan Nathan saat ini.

Dengan kecepatan yang sedang Nathan mengendarai motornya dengan sedikit makanan yang ia beli diwarung makan dekat sekolah. Ia berdo'a dalam hati semoga saja Kirei baik-baik saja. Mengingat raut wajah Kirei yang tampak pucat, membuat hati kecilnya tidak tega.

Nathan memarkirkan motornya tepat didepan rumah Kirei, perlahan ia mendekat kearah pintu gerbang itu dan lagi-lagi nasib baik berpihak kepadanya. Pintu gerbang itu tidak dikunci.

Pemuda itu sangat tahu dimana letak kamar Kirei, jadi dirinya memutuskan untuk masuk melewati jendela kamar Kirei. Masih tampak mengendap-endap seperti maling, Nathan yang sudah banjir keringat disekitar wajahnya sudah tampak kelelahan, mengetuk dan memanggil Kirei yang berada didalam kamar itu.

"Kiki~ hoi ... Kiki." Nathan kembali mengetuk jendela itu dengan pelan hingga sang pemilik kamar menyadari akan kehadiran dirinya.

Tampak Kirei berjalan mendekati Nathan seraya tersenyum lebar, namun senyum itu berubah menjadi pilu sesaat.

"Kiki kenapa?" tanya Nathan setelah Kirei membukakan jendela itu untuknya.

"Aku nggak papa Atan, kamu sendiri ngapain bolos heh?" tanya Kirei mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Demi Kiki gue tersayang, gue rela bakal ngelakuin apa aja." Nathan tersenyum dengan tangan ia tumpu dipembatas jendela.

"Atan janji,'kan nggak bakal ninggalin aku? Nggak bakal pergi? Selalu nemenin aku dikala aku sedih?" tanya Kirei dengan cepat seraya menatap mata Nathan dalam-dalam.

"Haha ... lo kayak nggak tau gue aja Ki, tenang aja Nathan-nya Kiki selalu ada disini." Tangan Nathan dengan gemas mengacak rambut Kirei.

Gadis itu tersenyum lalu berkata dengan gembira. "Seorang titisan Bidadari seperti aku memang cocoknya sama Pangeran es seperti Nathan."

Mereka banyak bercerita tentang hari ini, makan dengan lahap bersama hingga sampai pada akhirnya suara ketukan pintu dari luar mengacaukan acara makan mereka.

Nathan yang tanpa sengaja melihat kepanikan yang terpancar dari wajah Kirei membuatnya ingin tahu, kenapa Kirei sampai sepanik itu?

"Kiki? Lo nggak papa kan?" tanya Nathan memastikan dengan tangan berada dibahu anak itu.

"A-aku nggak papa kok." Kirei bangkit dari duduknya setelah mengatakan itu, berjalan mendekati pintu dengan perlahan dengan mata yang ia pejamkan. Takut nanti ada hal yang membuat dirinya tak kuasa menahan tangis lagi.

Pintu dibuka hingga menampilkan Yura yang memandangi dirinya dengan tatapan tajam, perlahan anak itu membuka matanya hingga tidak sengaja bertemu dengan mata Yura.

Yura belum berkata apa pun, ia sedikit mendorong tubuh Kirei agar menjauh darinya supaya ia bisa masuk kedalam kamar itu.

"Ohh ... jadi sekarang kamu sudah jadi jalang? Iya!" Yura menatap Nathan dan Kirei bergantian lalu mencengkeram lengan Nathan, membawanya keluar dari kamar anak itu.

Nathan hanya diam tidak mengerti sama sekali dengan kondisi ini, ia juga tidak mengerti kenapa Yura sampai tega menuduh anaknya seorang jalang, dan kenapa Yura sampai tega membawanya keluar dari kamar Kirei. Padahal selama ini Nathan tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.

Di mata Nathan, Yura adalah sosok ibu yang sempurna, yang selalu tersenyum ramah kepadanya layaknya anaknya sendiri. Berbeda seperti ibunya yang hampir tidak pernah pulang kerumah.

"Mending sekarang kamu pulang, Kirei butuh istirahat." Nathan menghela nafas setelah mendengar ucapan dari Yura.

Tanpa berpikir panjang Nathan langsung pergi dari rumah itu, sebelumnya ia berpamitan dengan Yura dan mencium tangannya. Tanpa disadari, dari kejauhan tampak Kirei yang geleng-geleng kepala dengan air mata yang mengalir dipipinya.

Meremat bajunya sendiri dengan menunduk takut ketika Yura datang menghampirinya.

"Jangan sekali-sekali kamu mengadu kepada semua orang jika saya ini sering berbuat kasar kepada anak tidak tau diri seperti kamu." Yura mencengkeram pipi anak itu lalu menghempaskan tubuh itu kekasur.

Anak itu sedikit beruntung ada Kakaknya dirumah ini, jika tidak mungkin tadi Yura sudah berbuat yang lebih kasar kepadanya. Ia tersenyum dengan air mata yang senantiasa menemaninya.

**

Sebelum berangkat ke sekolah, anak itu terlebih dahulu membersihkan seluruh ruangan dirumahnya. Ia sangat tahu jika tidak mengerjakan itu semua Yura akan marah besar.

Anak itu menunggu Nathan yang tidak muncul-muncul juga padahal sekarang sekolahnya sebentar lagi tutup. Tanpa berpikir panjang, Kirei berangkat sekolah sendiri.

Ketika hampir sampai didepan kelasnya Kirei tampak mengatur nafas nya dengan perlahan lalu memasuki kelas itu dengan gembira.

"Woi kalian yang disana, titisan bidadari seperti aku kembali. Pasti kalian kangen, 'kan? Ngaku aja kalian, ya iyalah secara aku ini cantik dan imut. Siapa sih yang nggak kangen." Anak itu dengan kepedeannya yang sudah dilevel darurat mengoceh tidak jelas membuat Sasha yang ada didekatnya menutup telinga.

"Huekk, mau muntah gue dengernya," ucap Sasha dengan ekspresi ingin muntah.

"Heh Sasha! Aku itu cantik tau, Dion aja terpesona melihat kecantikan yang aku punya." Anak itu tidak mau kalah dengan ucapan Sasha barusan, hingga akhirnya Alvino cs datang menghampiri dirinya.

"Badan lo kecil banget Ki, jadi pengen nendang sampe ke Neraka, haha." Alvino terbahak-bahak mendengar ucapan Dion yang makin membuat Kirei marah.

Anak itu menginjak satu-satu kaki temannya, termasuk Sasha yang mengaduh kesakitan saat ini. Kirei dengan mudahnya tertawa atas apa yang ia perbuat tadi, melihat ekspresi dari teman-temannya bagai lelucon dipagi hari.

"Eh Ki, lo kemaren kenapa gak masuk?" tanya Sasha ketika mereka sudah duduk dikursi masing-masing.

"Ohh itu? Aku kan titisannya bidadari yang turun dari syurga jadi alangkah baiknya aku tidak sekolah dan menjadi putri tidur sehari." Sasha yang mendengar itu hanya bisa terpelongo dan tidak mengerti dengan apa yang diucapkan sahabatnya barusan.

"Apa hubungannya bidadari sama putri tidur woi! Dah stress nih anak, udah nggak bisa ketolong lagi," ujar Sasha ngegas.

Anak itu menghiraukan ucapan Sasha yang makin membuatnya tertawa keras, sebelum tawanya terhenti ketika Nathan berjalan memasuki kelas bersama dengan Neysha disampingnya.

Matanya sampai tidak berkedip ketika melihat pemandangan seperti sekarang ini, bukannya Nathan pernah bilang jika dirinya tidak menyukai Neysha?

-TBC.

Wah Si kue ketan mau cari penyakit :v

Btw cuma mau bilang kalo cerita ini ngga bisa aku ketik ampe 1K lebih per-partnya ehehe, segitu aja ya. Sampai bertemu dipart selanjutnya, ily all ❤.

EDELWEISS [On Going]Where stories live. Discover now