27. EDELWEISS

43 9 3
                                    

"Ma, Mama masak apa hari ini?"

"Mama masak tempe bacem, sayur asem, dan ayam goreng kesukaan kamu, kamu makan, ya? Terus pulang, kasihan Adik kamu sendirian di rumah," ucap sang Mama seraya menyodorkan lauk dan nasi kedalam piring anaknya.

"Mama ngusir Girald?"

Bibir bergincu pink itu tersenyum menanggapi ucapan anak manjanya ini, ia tidak menyangka jika anak kecil yang dulu sekarang sudah besar serta sifat gampang cemberutnya tidak hilang sama sekali.

Ia menggeleng lalu tersenyum simpul, matanya kini menatap dengan sayu. "Mama cuma merasa nggak enak aja, rasanya ada sesuatu yang terjadi selama kamu nggak ada di rumah ayahmu. Mama mohon, ya? Kamu pulang dan cek keadaan anak perempuan Mama."

Girald tersenyum dan dengan semangat menyantap makanannya.

***

Pukul satu lewat beberapa menit, Girald mendatangi sekolah adiknya. Ia turun dari motor, melihat sekelilingnya sudah ramai dengan para murid yang berlalu lalang untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

Hampir lima belas menit ia menunggu. Namun, Kirei belum kunjung datang menghampirinya. Hingga dari kejauhan ada sosok gadis yang menundukkan kepalanya dengan lesu, senyum yang tadinya terbit di bibir Girald seketika lenyap begitu saja ketika melihat kepala Kirei berbalut perban.

"Siapa yang ngelakuin ini sama kamu?"

"Tadi aku kepeleset di kamar mandi, makanya gini, kak Girald sendiri dari mana aja? Kiki kangen tahu," ujarnya langsung masuk ke dalam pelukan sang Kakak.

"Sejak kapan lo berani bohong sama gue?"

Kirei melepaskan pelukannya lalu mendongak, menatap Girald dengan senyum manisnya. "Aku nggak bohong, mana mungkin aku bohong, lagian seorang titisan bidadari seperti aku nggak mungkin bohong."

Setelah mengatakan itu, Girald hanya menghela nafas. Ketika hendak beranjak pergi dari sana, sekilas ia melihat Nathan bergandengan tangan bersama perempuan yang bukan adiknya. Ia hanya menggeleng, kemudian langsung menyimpulkan jika Kirei pasti ada masalah dengan perempuan yang ada di sebelah Nathan.

"Ki, kamu udah makan?"

"Belum."

"Ya sudah, kita mampir ke warung makan bentar, ya?" ucapnya sedikit menaikkan suaranya sebab jika tidak suaranya akan teredam oleh banyaknya pengendara motor lain.

"Okeiii."

***

Kirei berjalan lebih dulu sedang Girald berada di belakangnya, di mata Girald sosok Kirei perlahan hilang dari benaknya. Ia merasa jika Kirei yang berada di depannya bukanlah Kirei yang selama ini ia kenal, ia bisa merasakan perubahan itu. Bahkan, setelah ia melihat sedikit betis adiknya terdapat bekas pukulan, semacam memar.

"Aku udah lama banget nggak makan sama kak Girald, biasanya aku makan sama Mama. Tapi, akhir-akhir ini Mama sibuk banget jadinya nggak sempat makan bareng lagi." Kirei melahap makanannya dengan tertawa riang seperti biasa. Sesekali ia memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

"Kiki beneran nggak apa-apa?"

Kirei menggeleng keras lalu berkata. "Kak Girald selama ini ke mana aja? Aku kesepian, biasanya ada kak Girald yang selalu aku jahilin. Tapi, akhir-akhir ini Kakak sering nggak ada di rumah, Papa juga nggak pulang-pulang, aku kangen banget sama Pangeran Kiki yang ada di rumah. Kiki kepingin kita kayak dulu lagi, disaat kalian nggak sibuk sama urusan orang dewasa. Kiki juga butuh waktu untuk mengerti ini semua."

"Kak Girald nggak akan ninggalin kamu sendirian lagi, kok. Maafin Kakak, ya?" pintanya lalu mengusap dengan lembut rambut adiknya.

Setelah percakapan panjang itu, keduanya sama-sama diam seraya menyantap makanannya masing-masing. Meski sesekali Kirei menjahili kakaknya.

EDELWEISS [On Going]Where stories live. Discover now