[22] Chaos

8.2K 1.1K 394
                                    

⋆·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.⋆·. ☾ .·⋆.

"Lima!"

Teriakan Blaise terdengar, menghitung setiap putaran yang mereka lakukan. Draco mencengkeram Nimbus-nya lebih erat dan berusaha terbang lebih cepat, tidak tahan ingin mengakhiri sesi pemanasan itu secepat mungkin. Dia bisa melihat tim Quidditch Ravenclaw di sisi lain lapangan yang tengah melakukan hal yang sama. 

Bangku-bangku penonton di lapangan Quidditch itu masih sepi. Masih ada satu jam lagi sebelum pertandingan dimulai. Hanya terlihat beberapa orang yang menonton. Biasanya mereka merupakan teman dari pemain Quidditch yang sedang bersiap, untuk memberi dukungan moral sebelum pertandingan. 

Draco melaju mendahului teman-teman tim-nya sampai dia melihat seseorang duduk di bangku asrama Ravenclaw. Tidak sulit untuk melihat rambut pirang mencolok seperti itu. Walaupun Nimbus-nya tengah membawanya bergerak dengan cepat, Draco sudah mengenal betul sosok itu.

Luna.

Draco tersenyum, melambatkan kecepatan sapu terbangnya, tapi tidak cukup lambat untuk membuat anggota Quidditch lainnya curiga. Walaupun Luna duduk di bangku Ravenclaw, Draco bisa melihat arah pandangannya yang tertuju ke area lapangan Slytherin. Gadis itu menggunakan sweater tebal.

Setidaknya dia terlihat hangat.

Warna hijau yang mendominasi sweater itu membuat senyuman Draco melebar. Gadis itu terlalu cerdik. Sama sekali tidak menarik perhatian tapi masih bisa menyuarakan dalam diam bahwa dia mendukung Draco.

Sepertinya gadis itu merasakan pandangan Draco terhadapnya. Luna tersenyum dan memegang kedua telinganya, menunjukkan kedua anting dirigible plums-nya pada Draco dengan bangga. Seakan mengatakan pada Draco bahwa dia menjaga benda itu dengan sangat baik kali ini.

"Draco!"

Seruan Blaise terdengar.

"Aku datang!"

###

"10 poin untuk Ravenclaw!"

Seluruh murid Ravenclaw bersorak, melayangkan bendera biru mereka. Alis Draco terangkat, tidak menyangka Ravenclaw benar-benar meningkatkan taktik permainan mereka kali ini. Laki-laki berambut pirang itu terbang ke sebelah Blaise yang terlihat sedang berpikir keras.

"Apa yang akan kita lakukan?"tanya Draco.

Laki-laki berkulit gelap itu merengut, "Aku tidak tahu. Goldstein mengeluarkan semua triknya kali ini."

Kepala Draco menoleh kepada laki-laki yang dibahas Blaise. Kapten Quidditch Ravenclaw itu sedang berkeliling ke setiap anggota tim-nya untuk memberi semangat. Draco berusaha keras mengingat namanya. 

Anthony Goldstein?

"Awasi dia. Aku akan berusaha memikirkan suatu cara,"kata Blaise.

Draco berdecak, "Cepat gunakan otakmu itu. Poin kita tertinggal jauh."

GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang