[34] Serenity

4.8K 769 122
                                    

⋆·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.⋆·. ☾ .·⋆.

Ia tidak bisa tertidur.

Luna terus bergerak dalam tidurnya. Ia terus tersentak setiap mendengar suara sekecil apapun sejak sejam terakhir ini. Entah itu suara apparate dari house-elf, suara langkah kaki dari luar pintu, bahkan suara burung hantu di luar jendela kamar yang ditempatinya. 

Matanya melirik ke sebuah tumpukan pakaian bersih yang terlipat pada sofa besar di kamar itu. Seorang house-elf mengantarkan itu pada kamarnya, tetapi segera lenyap sebelum Luna sempat mengucapkan terima kasih. 

Gadis itu memutuskan untuk bangkit dari posisi tidurnya. Seharusnya dengan kenyamanan kasur yang sudah lama tidak ia rasakan, Luna bisa terlelap dalam sekejap. Tetapi bukan itu yang terjadi. Luna mulai berdiri dan seketika merasakan nyeri yang ada di sekujur tubuhnya. Dengan langkah hati-hati, Luna mengambil pakaian tersebut dan membawanya ke kamar mandi.

Hal pertama yang Luna lihat dari kamar mandi tersebut adalah lantai marmer berwarna hijau gelap. Kulit pucat Luna terlihat sangat kontras dengan ruangan itu. Kamar mandi ini jauh lebih mewah dibandingkan kamar mandi di ruang bawah tanah yang digunakannya selama beberapa minggu ini. Bahkan kalaupun Luna tidak pernah dikurung disana sekalipun, ia belum pernah melihat kamar mandi se-elegan ini.

Gadis itu menghela nafasnya begitu air panas menyentuh kulitnya. Pikirannya kosong tetapi  tubuhnya terus bergerak. Begitu selesai, Luna memerhatikan pakaian yang disediakan house-elf tadi. House-elf itu membawa beberapa pilihan dan dari tampak luarnya, baju-baju itu sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil. Entah darimana mereka mendapatkan baju tersebut dalam waktu yang sangat singkat. 

Luna memutuskan untuk memakai sebuah piyama hitam berbentuk gaun yang panjangnya melewati lututnya. Kain tersebut terasa sangat lembut pada kulit Luna dan...

Mahal.

Semua yang berada di kamar ini terlihat mahal. Terlalu mewah untuknya. Luna merasa seakan dirinya sangat janggal untuk berada disana. Ia seperti berada bukan pada tempatnya. Gadis itu melipat dengan rapi pakaian lamanya, tidak ingin mengotori kamar mandi tersebut.

Dengan tubuhnya yang sudah bersih sekarang, Luna bisa melihat jelas berbagai memar kebiruan yang menghiasi tubuhnya. Tangan gadis itu terangkat ke bagian bawah matanya. Ia meringis ketika ia menyentuh memar yang paling terlihat disana. Gadis itu menghela nafas dan memutuskan untuk keluar dari kamar mandi tersebut.

Ia melirik kasur yang tadi ditempatinya. Luna merasa ia masih belum bisa tidur. Kakinya membawanya pada jendela besar disana. Pinggiran jendela itu cukup lebar untuk diduduki. Luna dengan perlahan menaikinya dan duduk disana. Pelipisnya menempel merasakan dinginnya kaca jendela itu.

Entah berapa lama waktu yang terlewat, tiba-tiba terdengar suara decitan gagang pintu. Luna terlompat mendengar suara itu dan membeku menghadap pintu.

"Luna?"

GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang