[37] Echo

3.9K 670 56
                                    

⋆·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.⋆·. ☾ .·⋆.

"Ayo, Luna, biar aku mengobati lukamu."

Suara lembut Fleur bergema di telinga Luna. Pandangan matanya masih samar tertutup oleh air mata, tapi ia bisa merasakan tangan hangat Fleur di bahunya. Luna mengangguk pelan dan Bill pun melepaskan pelukannya, membiarkan Luna ditopang oleh Fleur sementara ia membantu Mr. Ollivander.

Mereka baru berjalan beberapa langkah ketika terdengar suara ledakan kecil.

"Ron?! Hermione?!"

Suara teriakan Harry terdengar sembari laki-laki itu berlari ke arah kedua sahabatnya. Luna menghela nafasnya lega begitu mendengar suara teman-temannya yang telah kembali dengan selamat. 

Senyumannya runtuh ketika ia menolehkan kepalanya.

"Mr. Dobby..."

"Luna?"panggil Fleur melihat Luna yang malah berjalan menjauh dari Shell Cottage.

Gadis itu mengabaikan Fleur dan terus berjalan ke arah elf yang baru dikenalnya itu. Sepertinya Harry melihat apa yang ia lihat, karena laki-laki itu langsung berlari ke arah Dobby. Kaki Luna terasa membeku begitu Harry menarik sebuah pedang kecil berdarah dari dada elf itu.

Nafas Harry terdengar gusar, "H-Hey... Kau baik-baik saja. Kita akan perbaiki ini... Hermione? D-di tas-mu..."

Hermione hanya bisa memberikan pandangan sedih pada Harry. Mata laki-laki itu bergerak liar, seakan berusaha mencari apapun yang bisa membantunya.

Harry menoleh pada Luna, "K-Kumohon tolong aku!"serunya dengan putus asa.

Luna menggeleng pelan. Ia bisa merasakan matanya kembali memanas. Elf itu hanya berusaha melakukan sesuatu yang baik, tapi ia malah mendapatkan akhir yang seperti ini. 

Tidak adil.

"Tempat yang indah... untuk bersama dengan teman-teman."

Suara Dobby terdengar sangat lemah. Harry meremas tangan Dobby lebih erat.

"Dobby senang... bisa bersama temannya, Harry Potter."

Luna memperhatikan wajah Dobby. Ia menyaksikan detik-detik sinar kehidupan padam dari mata elf itu. Ia menggigit bibirnya keras-keras, tidak menyangka bahwa ia akan melihat kematian seseorang yang sangat baik di akhir harinya. 

Gadis itu akhirnya berjalan untuk berlutut di sebelah Harry. Ia tidak berani melihat wajah Harry, tidak bisa membayangkan perasaan sahabatnya itu karena telah kehilangan seseorang lagi. Walaupun begitu, Luna tetap bisa mendengar sesak tangis dari laki-laki itu.

"Kita sebaiknya menutup matanya, bukan begitu?"ucap Luna pelan.

Melihat anggukan samar Harry, tangan Luna pun terulur dan menutup kedua mata Dobby dengan lembut.

GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang