[32] Vow

5K 931 205
                                    

⋆·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.⋆·. ☾ .·⋆.

Yang terdengar hanyalah detak jantung mereka.

Tangisan Luna sudah mereda. Kini, gadis itu hanya menyandarkan kepalanya pada dada Draco, mendengarkan detak jantung pemuda itu. Draco sesekali mengusap rambut Luna dengan pelan, masih merengkuhnya erat pada pangkuannya. 

Mereka tidak mengucapkan sepatah katapun.

Setiap beberapa menit sekali, tangan Luna akan meremas kain lengan kemeja Draco. Seakan ia butuh untuk mengingatkan dirinya berkali-kali bahwa ini bukanlah halusinasi. Draco menyadari hal itu dan ia berusaha memeluk Luna lebih erat.

"Luna."

Draco tidak peduli lagi dengan rencana Snape.

"Aku akan mengeluarkanmu dari sini sekarang juga,"bisiknya.

Hati Luna teremas mendengar itu. Dia telah menunggu kalimat itu sejak lama dan kini dia mendapatkannya. Luna meremas kemeja Draco lebih erat. Pulang. Dia akhirnya akan pulang. Dia akan terbebas dari semua penderitaan ini.

Tapi itu rasanya terlalu indah untuk menjadi kenyataan.

Luna berbisik, "K-Kau... tidak b-bisa melakukan itu, Draco..."

Sesuatu tersentak di diri Draco.

"Aku bisa dan aku akan melakukannya,"jawab pemuda itu dengan tegas.

Dada Luna terasa sesak dan ia sangat ingin menangis lagi. Tapi gadis itu menggeleng lemah.

"Kenapa kau mengatakan itu?"desis Draco.

Luna menghindari pandangan Draco, "M-Mereka akan... tahu. Mereka akan m-menghukummu. Dan juga ibumu."

Rahang Draco mengeras, "Apa ibuku tahu siapa kau?"

"Draco..."

"Jawab, Luna."

"Dia membantuku... sebisanya,"jawab Luna pelan.

Draco merapatkan bibirnya. Ibunya tahu siapa Luna bagi Draco dan dia bahkan tidak memberitahu Draco sama sekali. Berapa lama waktu yang terbuang sia-sia karena itu?

Kepala Luna terangkat dan ia menatap mata abu-abu Draco. Pandangannya kosong dan Luna tahu bahwa laki-laki itu sedang berpikir dengan keras, berusaha melihat situasinya dari setiap sisi. Luna menghela nafasnya pelan. 

"Kau tidak b-boleh menyelamatkanku, Draco."

Kesabaran Draco semakin tipis dan perkataan Luna sama sekali tidak membantu hal itu. Draco memegang kedua bahu Luna dan memberi jarak antara mereka, supaya gadis itu bisa menghadap langsung padanya.

"Ini bukan saatnya untuk bertindak sebagai pahlawan dan mengorbankan dirimu! Apa kau tidak mengerti?! Kau bisa mati! Kau bisa mati disini!"gertak Draco berusaha menahan nada suaranya.

GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang