21

888 195 13
                                    

Anton memberikan salep untuk bibir Calisya yang terluka karena tamparan Arumi. Calisya masih diam setelah puas menangis semalaman. Pagi hari ini, Anton melihat Calisya masih memiliki suasana hati yang kurang baik.
"Istirahat aja di kamar ya jangan kemana-mana" ucap Anton.

"Mas" panggil Calisya pelan.

"Kenapa?" Tanya Anton.

Sebenarnya Calisya ingin Anton menemaninya hari ini di rumah. Dia sedang tidak ingin jauh dari Anton tapi dia tahu bahwa Anton sedang banyak urusan yang harus dia selesaikan apalagi urusan dengan Darma.
"Gak apa mas, gak jadi" ucap Calisya akhirnya.

"Ya udah sayang, mas  pergi ke kantor dulu ya". Anton mengecup kening dan bibir Calisya.

"Mas hati-hati ya" ucap Calisya.

"Iya, kamu juga jangan gak makan dan dengerin apa kata bunda".

Calisya menganggukkan kepalanya kemudian Anton segera keluar dari kamar. Calisya menarik nafas dalam karena rasa sakit di hatinya. Tamparan eyang putrinya masih terasa tapi yang lebih terasa adalah rasa sakit di hatinya. Eyang putrinya bahkan tidak pernah bersikap kasar pada Jessica tapi jika dengannya eyang putrinya mudah sekali bersikap kasar. Menyakiti fisiknya dan hatinya.

Air mata kembali jatuh tapi dia segera menghapusnya. Dia memilih keluar dari kamar lagipula sekarang hanya ada dia dan bunda serta asisten rumah tangga saja di rumah karena yang lain pergi mengurus beberapa hal dan bekerja. Eyang kakungnya juga berpikir untuk menghadapi Cakra.

Calisya perlahan menuruni tangga dan dia mendengar bundanya sedang berbicara dengan seseorang. Calisya penasaran dan melihat. Ternyata Arumi datang dan sedang berbicara dengan Malika.

"Bunda, eyang kakung marah kalau bunda bawa masuk orang ini" ucap Calisya. Calisya terlihat sangat kesal saat melihat Arumi.

"Nak jangan seperti itu dengan eyang putri. Beri salam dulu nak" ucap Malika.

"Calisya, maafkan eyang ya. Eyang salah sayang, kamu baik-baik aja kan? Eyang bawakan makanan kesukaan kamu" ucap Arumi berusaha untuk membujuk Calisya.

"Pergi dari sini, anda bukan eyang putri saya. Anda itu iblis yang sudah merusak kebahagian keluarga ini terutama kebahagian eyang kakung" ucap Calisya marah.

"Calisya hentikan nak" ucap Malika.

"Pergi" bentak Calisya psda Arumi.

Arumi segera pergi karena tidak ingin semakin membuat Calisya marah. Dia mengerti mengapa Calisya bisa semarah itu padanya.

"Bawa ini, kami gak butuh". Calisya meletakkan rantang berisi makanan yang di bawa oleh Arumi.
"Jangan kembali ke sini karena aku sudah cukup muak melihat wajahku di cermin jadi jangan buat aku melihat wajah anda lagi" ucap Calisya kesal.

Calisya mengajak bundanya masuk ke dalam dam Arumi hanya bisa terdiam. Kesalahannya sudah tidak bisa di perbaiki lagi. Benar kata Calisya, dia memang jahat.

***
Arga hanya duduk diam saat Cakra berbicara dengan mengebu mengenai harta warisan yang dia tuntut.
"Sudah selesai kau bicara?" Tanya Arga.

"Sudah" ucap Cakra.

"Bagus" ucap Arga.
"Kau menuntut harta warisan yang tidak ada. Kau tahu, selama ini aku sudah memberi banyak padamu jadi kau tidak memiliki lagi. Saat aku memberi kau mobil dan rumah, kau sudah tidak memiliki lagi hakmu. Karena apa yang sudah aku berikan padamu itu semua sudah tercatat secara hukum sebagai hak warismu dan kau tidak memiliki lagi" ucap Arga

"Ayah tidak boleh seperti itu, rumah sakit dan perkebunan keluarga, aku juga memiliki hak" ucap Cakra.

"Kau tidak berhak Cakra, kau lupa dulu saat kau masih remaja kau sering menjual perhiasan ibumu untuk kau bersenang-senang. Kau pikir ayah tidak tahu. Ibumu bisa menutupi kesalahan tapi tidak denganku. Ada beberapa emas batangan yang kau curi dari brankas" ucap Arga sambil menatap Cakra tajam.

Cakra terdiam, dia tidak menyangka hal itu akan di ketahui oleh ayahnya. Padahal kata ibunya bahwa semua sudah tertutupi dan ayahnya percaya.

"Bagaimana ayah...".

"Jangan kau pikir aku tidak tahu kejahatanmu Cakra. Sekarang kau mau pergi dengan terhormat dan lupakan hak warismu atau masalah ini aku laporkan ke polisi agar kau di penjara. Aku memiliki bukti yang kuat" ucap Arga.

Cakra hanya terdiam, dia tidak mau di penjara karena itu dia akhirnya memilih untuk pergi. Dia tidak bisa mengambil resiko untuk terus menekan ayahnya.

Arga hanya menarik nafas dalam dan sekarang setidaknya Cakra tidak menganggu walaupun Arga tahu bisa saja Cakra kembali berulah. Sekarang dia hanya harus menjaga keluarganya.

***
Anton melihat Darma menandatangani surat perjanjian yang sah secara hukum bahwa Darma sudah tidak memiliki hak waris lagi. Semua miliknya sudah Anton berikan dan Darma tidak boleh menuntut lagi.

Anton bukannya serakah atau apapun tapi ini adalah bentuk ketegasan dia pada Darma. Jika seperti ini terus, Darma bisa hancur.

"Setelah ini urus dirimu sendiri Darma, aku tidak akan menolongmu lagi. Kai sudah lebih dari dewasa untuk bisa mengurus dirimu sendiri. Ajari istrimu dan kau harus membimbingnya agar dia tidak menghancurkanmu" ucap Anton.

"Aku tahu jangan ajari aku" ucap Darma dan dia meninggalkan kantor Anton.

Anton hanya bisa menggelengka  kepalanya melihat sikap Darma yang terlalu keras dan bodoh.

Anton memilih pulang, dia ingin bersama Calisya karena hanya Calisya yang bisa membuat dia merasa tenang.

Sebelum pulang, Anton membelikan Calisya buah. Calisya harus makan buah yang segar. Anton membeli buah kesukaan Calisya.

Anton tersenyum saat dia tiba di rumah dan melihat Calisya sedang berdiri di depan menunggunya. Padahal dia tidak bilang akan pulang awal.

"Dek" panggilnya saat keluar dari mobil.
"Kok kamu udah nungguin mas, mas kan gak beritahu mas akan pulang awal" ucap Anton.

"Aku gak tahu, tiba-tiba aja ingin duduk di teras dan melihat mas datang. Aku rindu dengan mas"ucap Calisya.

"Mas juga rindu sayang, ini mas belikan buah kesukaan kamu" ucap Anton.

"Asyik, makasih ya masku sayang" ucap Calisya sambil mencium pipi Anton dan dia harus menginjitkan kakinya agar bisa mencapai pipi Anton.

"Ehmm, istri mas yang manja, yang mas sayangi. Ayo masuk, mas bersihkan diri dulu nanti mas akan kupasin kamu buahnya" ucap Anton

"Iya, aku nunggu di ruang makan ya" ucap Calisya.

Calisya segera menuju ke ruang makan. Dia duduk di sana sambil memainkan handphonenya. Saat dia membuka media sosial miliknya, dia terkejut karena melihat sebuah berita. Emosi Calisya langsung memuncak. Dia melempar gelas yang ada di dekatnya.

"Nona" ucap Iyah sambil melihat pecahan gelas yang berserakkan di lantai.

Calisya sudah menangis, hatinya sakit dan hanya air mata yang keluar.

---&---

Cinta Tanpa Batas 2 ( Anton&Calisya)Where stories live. Discover now