PENGAKUAN

11.2K 1.5K 381
                                    

■♤■♤■

Rain tepat berusia 29 tahun. Dengan jas formal yang ia pakai, tatanan rambut yang rapih, ia bekerja dengan menjadi sekertaris dari direktur utama, ayahnya.Sudah sekitar 4 tahun yang lalu ia menjabat sebagai sekertaris di perusahaan ayahnya setelah lulus dari perkuliahannya. Rain itu pintar, gesit dan tegas. Semua karyawan mengaguminya. Penuh dengan kesabaran serta senyuman, tidak tergesa-gesa dan berwibawa.

"Direktur, jam 1 siang nanti ada rapat, apa ingin saya pesankan makanan agar tidak terlambat?" Rain, memisahkan antara kehidupan keluarga dan pekerjaan. Semua orang tahu bahwa Rain adalah anak angkat keluarga adalvino. Tapi, pada saat di kantor, Rain bersikap sangat profesional.

Ayahnya mengangguk, menghela napas sebentar, "Rain, besok adik-adikmu kembali, tolong jemput mereka. Suruh orang untuk menggantikan pekerjaanmu." Rain tercekat, adik-adiknya akan pulang dari Amerika. Ayahnya mengirim mereka untuk belajar disana setelah lulus sekolah menengah atas dan sekalian menangani perusahaan yang ada disana. Sekitar 6 tahun lalu.

Seharusnya ia senang dengan kehadiran mereka, bisa bertemu kembali dengan adik-adik kesayangannya.

"Ayah meminta mereka untuk pulang, dan memperkenalkan mereka dengan calon kakak iparnya." ayahnya tersenyum senang. Rain tentu tahu maksud dari ayahnya. Rain bertunangan dengan perempuan itu.

Rain dan perempuan itu, sudah mengenal selama 5 tahun, berawal dari candaan kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan, menjadi hal yang lebih serius. Umur Rain yang hampir memasuki kepala tiga tentu saja memerlukan seorang pendamping, Rain sangat berdedikasi pada perusahaan, bisa saja lupa dengan kehidupan pribadi.

Maka dari itu, ayahnya meminta Rain untuk segera menikah. Mempunyai seorang istri serta anak. Dengan seorang perempuan yang baik dan berpendidikan. Kerja sama bisnis tentu saja akan terjalin, membentuk bisnis dengan hubungan keluarga, tentu lebih bisa dipercaya.

Rain tentu saja mengiyakan, segala hal yang diputuskan ayahnya adalah mutlak baginya. Rain pikir, tak ada salahnya menjalin suatu hubungan, perjodohan ini memudahkannya untuk tidak perlu susah mencari pasangan dahulu. Segalanya berjalan lancar, seharusnya. Jika mereka yang Rain hindari tidak datang besok.

Kevin berjalan dengan senang kearah Rain yang sedang memasak, menyampirkan dagunya pada bahu sempit Rain, "sedang masak apa, kak?"

"kesukaanmu." Kevin terkekeh, ia memeluk Rain dari belakang, menggoyangkan badan mereka. Kevin sangat suka bermanja pada Rain. Apalagi, Rain juga dengan senang hati menerimanya.

Kevin mulai menghirup leher Rain, "sabun apa yang kakak pakai sampai bisa seharum ini?" Kevin terus melancarkan aksinya, layaknya seorang yang kecanduan, ia sangat suka wangi ini. Menenangkan, harum, menyatu dengan kulit.

Kevin memejamkan matanya, menghirup leher Rain lebih dalam, dengan mulut yang terbuka, kulit halus menyentuh bibirnya, menggodanya. Kevin mungkin seperti hilang akal, ia menikmatinya.
Tidak melihat Rain yang mulai gelisah dengan apa yang ia lakukan, Kevin mengeratkan pelukannya.

"nghh..." suara itu keluar saat Kevin dengan tidak sadarnya menghisap leher Rain, ia langsung membuka matanya terkejut.

Apa itu tadi? Desahan kakaknya? Kevin melepaskan pelukannya, dengan cepat ia mematikan kompor. Membalik tubuh Rain dan merapatkannya di depan kulkas, "apa itu desahanmu?" Kevin bertanya penasaran, desahan itu tidak pernah Rain keluarkan. Rain menunduk dengan pandangan yang tidak beraturan.

Tubuh Kevin melingkupinya, Kevin tumbuh menjadi seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya, dengan bahu yang lebar dan senyum yang memikat. Kevin tidak tahu mengapa, ia ingin mendengarnya lagi. Kevin awalnya hanya menyukai wangi yang keluar dari tubuh Rain, ia suka menghirupnya, bahkan sampai sekarang ia masih saja meminta Rain untuk tidur dengannya diumurnya yang sudah 16 tahun, hanya untuk memeluknya, mencium aroma menenangkan yang keluar dari tubuh kecil itu.

ADOPTION - NORENMINWhere stories live. Discover now