KEPUTUSAN RENJUN

8.8K 1.1K 135
                                    

bacanya pelan-pelan, baby🐊

■♤■♤■

Rain benar-benar membawa Kevin ke psikiater. Ia takut bahwa ini menjadi semakin parah jika tidak di tangani sedini mungkin. Dengan bujukannya, Kevin akhirnya mengiyakan keinginan Rain. Mereka berdua pergi bersama dengan Rain yang menyetir. Itu keinginan Kevin, Kevin ingin hanya mereka berdua yang tahu.

Mereka menunggu antrian, duduk dengan Rain yang mengelus punggung tangan Kevin. Ia benar-benar khawatir pada adiknya ini. Saat waktunya Kevin untuk masuk keruangan itu. Di ruangan tersebut terdapat sekat pemisah ruang, agar pasien dan psikiater lebih leluasa berbicara.

Rain memegang tangan kevin, masuk bersama. Lalu meminta kevin untuk duduk tepat didepan dokter, "kakak tunggu disana." lalu mengelus kepala kevin.

Dokter itu dan kevin berhadapan, saling pandang. Dokter itu mulai memberikan pertanyaan ringan hingga berat, di iringi melihat gerak gerik kevin.

Dokter ini, Mars namanya. Mars sesekali memberikan senyumannya saat Kevin dapat menjawab pertanyaannya dengan tegas, atau terkadang Mars memberikan anggukan seakan memahami ucapan Kevin yang dilontarkan pria itu.

"baiklah kevin, cukup untuk hari ini. Pastikan kamu meminum obatmu, kali ini... Kamu bisa meminumnya karena tidak ilegal." Sedikit dirinya melontarkan candaan agar Kevin tak merasa tegang.

Mars mulai meresepkan obat, sepertinya masalah ini agak serius apalagi menyangkut kakak tirinya Kevin. Mars adalah orang yang ramah. Membuat setiap pasien nyaman dengannya dalam waktu singkat. Ia tahu bahwa dirinya tak bisa menghakimi tindakan dan cara berpikir seseorang sehingga ia akan mencoba untuk tetap pada batasnya dan tidak memberikan emosi pribadi miliknya.

Kevin berdiri, menunduk singkat lalu pergi dari sana. Menghampiri Rain dan menggenggam tangannya. Mars melihatnya, bagaimana kevin terlihat berbeda saat melihat Rain daripada dengan orang lain.

Permasalahan ini, sepertinya rumit. Mars mungkin harus memberitahu kakak tiri Kevin dan memperingatinya.

👥👥👥👥

Kevin dan Rain sampai dirumah tepat jam 4 sore. Sebelum pulang, mereka makan dan belanja bersama. Rain dengan telaten merawat kevin. Benar-benar kakak yang ideal. Segala hal yang dilakukan Rain adalah hal normal, tidak tahu mengapa bisa kedua adiknya tiba-tiba menyukainya.

Rain memilih diam. Mengikuti apa yang ayahnya inginkan. Kevin tiba-tiba memeluk Rain, lalu mengangkat Rain ke meja makan. "Kevin.." Rain yang spontan memegang bahu Kevin agar tidak ia jatuh.

Dengan kening yang berkerut, menunggu Kevin menjelaskan apa yang ia lakukan. Kevin merapatkan tubuhnya, disela-sela kedua kaki Rain. Menghirup bahu Rain tidak sabaran. "aku menyukainya, saat kakak perhatian padaku. Apakah aku harus kesakitan, agar kakak bisa terus bersamaku?" layaknya orang putus asa, Kevin dengan suara sendunya berkata.

"kakak akan selalu bersamamu, jangan mengatakan hal yang tidak-tidak." Rain terus menenangkan Kevin. Mungkin ini salah satu hal yang dapat ia lakukan.

"benarkah?" Kevin melepaskan pelukannya, memegang bahu Rain, kebenaran atau bukan, jika Rain yang mengatakannya mungkin ia akan percaya.

Rain mengangguk, mengelus pipi Kevin. "kamu menggemaskan sekali." Rain mencubit pipi Kevin.

Kevin dengan cemberut mengatakan, "aku bukan anak kecil, kak Rain!"

👥👥👥👥

Rain masuk keruang kerjanya, melirik sebentar kearah ayahnya. Ruang kerja Rain dan ayahnya hanya terbatas kaca transparan otomatis yang bisa buram dengan remot kontrol. Ia duduk di kursinya dengan tenang hingga jam makan siang, benar-benar serius saat bekerja.

ADOPTION - NORENMINWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu