MABUK

10.9K 1.1K 156
                                    

alon-alon😡

■♤■♤■

Kevin masuk ke kamar Jonathan. Melihat Jonathan yang sedari tadi memegang ponsel dan melihat jam tangannya terus menerus. Ia berhenti tepat didepan Jonathan, melihatnya sebentar. Jonathan tentu tidak akan berbicara apapun. Kevin menyerahkan sesuatu yang ada di tangannya tanpa mengatakan niatnya. Sebuah map berwarna coklat.

Jonathan menaikkan alisnya, menatap Kevin menunggu jawaban. Benar-benar tidak sopan. Jonathan tidak dalam suasana hati yang baik, dirinya tak ingin menanggapi Kevin, jika saudara kembarnya ini hanya ingin menunda-nunda seakan ingin membuat Jonathan menunggu lebih lama atas maksud Kevin yang tiba-tiba menyerahkan benda itu didepannya.

"bukalah, itu jawaban yang kamu inginkan." setelahnya Kevin pergi, menutup pintu dengan pelan.

Setelah memperhatikan Kevin hingga pintu itu tertutup, Jonathan mulai membukanya, mengeluarkan isi map. Beberapa foto dan alamat. Rain, serta tunangannya. Sejak jam satu siang, pergi ke kediaman Shenzy dan belum pulang sampai sekarang. Itu yang Jonathan simpulkan.

Jonathan merematnya foto itu, bergandengan tangan layaknya seorang kekasih, membuat Jonathan kesal. Rain bahkan bilang padanya bahwa ia akan membatalkan pertunangan ini. Jadi, seharusnya hal ini tidak terjadi, "selalu membohongiku, apakah itu kesenanganmu?"

Jonathan mulai hilang kesabaran sekarang. Dirinya merasa kecewa saat kepercayaannya kembali dipermainkan oleh Rain.

👥👥👥👥

Tepat pukul 9 malam, ayah mereka pulang dengan wajah kelelahan. Jonathan melirik sedikit ke arah lantai, menunggu ayahnya tepat berada di dekatnya. Jonathan menunggu dengan baik sejak matahari tenggelam, pikirannya sibuk berputar-putar, memberikan rangkaian alasan terbaik seperti apa yang membuat Rain melakukan hal yang tak ia sukai.

"Jonathan?" ayahnya menghampiri, duduk disamping Jonathan. Sejak sejam yang lalu, Jonathan duduk di sofa dengan kaki yang diangkat ke meja. Gelas berisi cairan merah memabukkan ada di tangan kanannya. Umurnya sudah legal, tidak ada salahnya sebenarnya. Hanya saja, ini sudah botol kedua yang dia konsumsi. Benar-benar toleransi alkohol yang tinggi.

Matanya tidak menunjukan layaknya orang yang mabuk, napasnya bahkan tidak memburu karena marah, wajahnya seperti seseorang yang tidak minum setetespun. Apa ini termasuk anugerah agar tetap terlihat tampan di segala situasi?

"ayah, apa kak Rain sudah menjadi milikku?" pertanyaan asal dan tidak jelas ini keluar dari mulut Jonathan. Menggoyangkan cangkirnya dengan tatapan tepat mengarah ke cangkir itu yang sudah tinggal sedikit.

"milikmu? Tentu... Jangan khawatir, Jonathan." sangat terlihat berbohong. Suara yang tidak seperti biasanya, dengan pandangan mata yang tidak beraturan, benar-benar pembohong.

Jonathan berpikir, kenapa semua orang senang sekali membodohinya? Padahal jika dipikirkan, dirinya termasuk golongan anak pintar. Apa ia masih di anggap anak kecil yang gampang sekali ditipu? Lucu sekali.

Jonathan mengangguk, cemberut, "ayah tahu... Mengapa aku tidak membunuh ayah saat aku tahu bahwa kak Rain bertunangan dengan orang lain?" Jonathan menatap ayahnya kali ini, datar dengan hawa panas di sekeliling. Dirinya sudah tak ada ketakutan lagi, mungkin dipengaruhi cairan alkohol yang sedang ia minum.

"maksudmu?" rasa tidak percaya membuat ayahnya mengulangi lagi. Bagaimana bisa Jonathan ingin membunuh ayahnya sendiri? Apa kurang kasih sayang yang ia berikan? Berani-beraninya!

Jonathan menggerakkan kakinya, mengetuk meja. "saat aku sma, aku jujur pada ayah jika aku menyukai kak Rain. Anak polos berumur 17 tahun, sedang mengadu pada ayahnya tentang perasaannya. Dengan pandangan berbinar, saat ayah bilang bahwa aku harus memantaskan diri. Jadi, saat itu, tidak ada kesedihan yang aku berikan saat aku akan pergi keluar negeri meninggalkan kak Rain, hanya ada sebuah tekad agar aku bisa pantas bersama kak Rain. Seharusnya, aku tidak sepolos itu, kan... Ayah? Ayah, Apa yang aku dapatkan setelah kembali kerumah? Berita buruk apa yang ayah Rencanakan? Sebuah pertunangan? Gila saja." suara berat diakhir kata membuat suasana mencekam.

"kalian bersaudara. Perasaan anak kecil seperti itu tidak akan bertahan lama. Kamu hanya penasaran." jelas ayahnya.

"rasanya, semua orang seperti dewa yang lebih tahu perasaanku dibandingkan diriku sendiri." Jonathan menghabiskan sisa wine itu dengan sekali minum. Berdesis pelan, wine benar-benar membantunya.

"aku tahu, saat aku dan Kevin berada di amerika, ayah meminta beberapa orang untuk menggoda kami. Apa itu pantas? Bukankah lebih baik aku bersama kak Rain daripada menebar benih kesana kemari seperti ayah?!" Jonathan melempar gelasnya, mengenai televisi.

Dengan terkejut, ayahnya menatap Jonathan dengan mata yang melebar, "Jonathan!"

"hm~" layaknya tidak terjadi apapun, Jonathan duduk seperti semula dengan mata terpejam.

"ayah, duduk. Akan aku ceritakan sesuatu--"

Ayahnya duduk, dengan kedua tangan berada tepat dipahanya, menahan amarah, "waktu itu, kak Rain menolakku. Salah satunya karena kami bersaudara. Selain itu? Aku yakin karena dia takut pada ayah. Ayah tau apa yang aku lakukan? Mengancamnya, tentu saja. Seperti yang ayah lakukan padanya, membuatnya takut..." Jonathan menghela napas, membuka kelopak matanya perlahan.

"ayah ingin tahu, apa ancamanku? Aku mengancam akan membunuh ayah, dan ayah tahu reaksinya?" Jonathan tertawa seakan-akan itu lucu. Memegang perutnya seperti tidak tahan dengan lawakan yang dia ucapkan, "dia menurut. Lihat! Seberapa takutnya dia pada ayah! Selamat!" Jonathan bertepuk tangan.

"dia takut pada ayah, tapi aku tidak. Jadi tolong beda-kan, aku... Tidak masalah membunuh orang. Batalkan pertunangan itu, ayah. Aku tidak ingin membuat kak Rain sedih jika ayah mati, jadi aku akan memintanya pada ayah."

"kamu mabuk, istirahatlah." lalu ayahnya bangkit, menuju kamarnya. Jonathan hanya meliriknya sebentar dan menggosok telinganya kasar.

Jonathan menghela napas berat, "kenapa, sih. Menyusahkan sekali." lalu memegang botol kosong itu. Melemparkannya tepat kebagian belakang kepala ayahnya, yang tidak menunggu waktu lama, ayahnya jatuh dengan darah yang keluar amat banyak.

Jonathan menghela napas sebentar, dadanya sakit kala semua orang memberikan harapan palsu padanya. Jonathan hanya menatap ayahnya yang tidak berdaya, lalu mengambil gambar. Kita semua tahu, kepada siapa ia mengirimkan gambarnya.













































🦊🦊🦊

ini waktu ngebagi sifat jeno sm jaemin biar ada perbedaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini waktu ngebagi sifat jeno sm jaemin biar ada perbedaan. (tapi ko pictnya muter ya, gatau deh.)
seperti ceker ayam😖

ADOPTION - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang