🌹Tiga Puluh Tiga🌹

14.4K 1.3K 90
                                    

Selamat siang..

Kakci comeback agaiinn. Hihihi

Sarah mengejar Sakti. Sarah menggedor pintu ruang kerja Sakti sambil berteriak.

"MAS...,BUKA MAS. MAAFKAN AKU!!!"

" MAS AKU SALAH. AKU AKAN PERBAIKI SEMUANYA, MAS!!"

suara Sarah menggema. Bahkan Bibi sampai terbangun karena suara Sarah teriak-teriak malam hari.

Bibi tidak berani mendekat. Ia memperhatikan Sarah yang sudah seperti orang gila. Rambut acak-acakan. Baju tidur yang tidak beres. Wajahnya juga bersimbah air mata. Satu sisi Bibi kasihan melihat Nyonya-nya. Di lain Sisi, entah kenapa Bibi senang melihat penderitaan Sarah.

Bibi mengintip di balik dinding. Sarah masih berteriak menggedor pintu.

" Mas kamu nggak bisa kayak gini,Mas. Kamu nggak boleh giniin aku, Mas."

Sarah tidak beranjak dari depan pintu . Sarah kembali menggedor pintu dengan kuat seraya memanggil Sakti. Ia tidak peduli kalau suaranya akan membangunkan penduduk rumah ini. Peduli setan. Di pikiran Sarah sekarang ia harus bicara dengan Sakti. Sakti harus mencabut kata-katanya barusan. Sarah tidak mau dan tidak akan pernah mengizinkan Sakti menceraikannya.

" MASSS.....,"

Sedangkan Eca mulai terusik tidurnya. Tenggorokannya kering. Sepertinya karena habis menangis tadi. Eca mengucek matanya. Eca haus. Ia melihat meja nakas  dan mengambil gelas. Biasanya setiap malam gelas itu akan berisi air minum. Sekarang gelas itu kosong. Eca haus sekali. Tetapi, Eca juga tidak berani mengambil air ke bawah.

Ah Eca harus bagaimana ini. Eca meraba tenggorokan-nya. Eca kesakitan menelan ludah sendiri. Eca memberanikan diri ke bawah.

" Eca bangunkan Bibi aja kali, ya." Eca bermonolog sendiri.

Eca bangkit dari tempat tidur dengan pelan. Eca melangkah pelan sambil mengucek mata nya kembali. Eca membuka pintu kamar. Eca bingung, kenapa suasana ruang tamu masih hidup lampunya. Apakah Ayah belum tidur. Biasanya lampunya sudah mati.

Eca berdiri miring lalu melihat jam yang menggantung di dinding. Jam satu. Sudah malam sekali.

" MASSSS....,!

Eca tersentak ketika mendengar suara  di bawah. Eca penasaran siapa yang berteriak di tengah malam seperti ini.

Eca berdiri di pembatas besi. Eca membelalakkan matanya melihat Sarah yang membanting guci dan vas bunga dengan brutal. Eca menggigil takut. Namun, ia juga tidak mau beranjak. Ia penasaran, kenapa Mamanya seperti itu.

" Mama kenapa?" Lirih Eca tidak terdengar.

"Mas buka, Mas. Aku akan tetap di sini sampai kamu keluar!!! Mas buka pintunya!!"

Sarah berteriak sembari melayangkan vas bunga ke pintu.

Prang prang

Suara pecahan kaca berbunyi nyaring. Kaca-kaca berserakan. Sarah mengamuk.

Eca menggenggam erat gelasnya. Matanya fokus menatap pemandangan dari lantai dua.

Pintu ruang kerja Sakti terbuka. Sarah yang akan melempar hiasan dinding yang dicabutnya tertahan di udara.

" Mas,"

Sakti mengedarkan matanya. Wajah Sakti kembali menggelap. Sakti menatap Sarah marah. Namun, Sarah tidak peduli.

Sarah membanting benda di tangannya lalu menghampiri Sakti.

" Hiks..., Mas. Jangan seperti ini aku mohon, Mas. Hiks.., aku mohon!" Pinta Sarah iba. Sarah memegang lengan Sakti dengan erat. Sakti memejamkan mata lalu menghempas tubuh Sarah.

Eca membola melihat sikap kasar Sakti. Ia tidak menyangka kalau Ayahnya bisa sekasar itu. Eca ingin membantu Mamanya, namun keberanian nya menciut. Eca tidak berani turun.

" Mas. Hiks, aku mohon Mas. Maafkan aku. Aku janji akan berubah, Mas." Sarah mendongak meminta ampun kepada Sakti.

" Mas tolong. Aku tidak mau kamu cerai kan, Mas. Aku tidak mau, Mas. Tolong jangan ceraikan aku!" Sarah kembali bersuara.

Bibi membulatkan mata sembari menutup mulutnya kaget. Ia tidak salah dengarkan. Tuan-nya ingin menceraikan sang istri.

Ya Tuhan, apa yang terjadi?

Bibi menggelengkan kepalanya tak percaya dengan penglihatan dan pendengaran nya. Namun, ia juga tidak tuli untuk mendengar perkataan Sarah barusan.

" Aku tetap akan menceraikanmu. Jadi kamu siap-siap saja. Aku tidak ingin punya istri se-buruk kamu,"

Pedas.

Kata-kata yang keluar dari mulut Sakti menyakiti hati Sarah. Sarah menggeleng dengan bersimbah air mata. Tak lama Sarah tertawa di antara tangisnya. Sarah tersedak.

" Aku tidak mengizinkan kamu menceraikanku, Mas. Kamu pasti di pengaruhi sama jalang itu. Ayo Mas. Ngaku. Iya kan, Mas?"

" JAWAB, MAS!" Sarah mengguncang lengan Sakti.

Sakti kembali melepas tangan Sarah. Sakti memejamkan mata dan menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan. Sakti memijit keningnya.

" Sebaik nya kamu tidur. Sudah malam."

Sakti hendak kembali masuk ke dalam ruang kerja nya. Sarah melesat cepat merentangkan tangannya di depan pintu.

" Hahahahh..., Aku yakin ini pasti gara-gara jalang itu. Dia pasti sudah mempengaruhi kamu, Mas."

" Jangan bicara sembarangan, Sarah!" bentak Sakti yang marah mendengar tuduhan Sarah dan sebutan untuk Alea.

" Mas, AKU MOHON MAS. AKU JANJI AKAN BERUBAH. AKU JANJI AKAN MENJADI ISTRI YANG BAIK UNTUK KAMU. AKU JANJI AKAN JADI IBU YANG BAIK UNTUK ECA. AKU AKAN BERUBAH, MAS. AKU AKAN MENERIMA ECA SEBAGAI ANAK KU SENDIRI. AKU AKAN MENYAYANGINYA WALAUPUN ECA BUKAN ANAK KANDUNGKU,MAS. AKU JANJI---"

pranggg

Sakti dan Sarah terdiam dan melihat asal dari suara barusan. Bibi terkesiap. Tubuh tua-nya hampir roboh jika tidak berpegangan ke dinding. Air mata nya menggenang.

Non Eca bukan anak kandung Nyonya. Lalu Non Eca anak siapa??

Apakah Tuannya punya selingkuhan??

Sakti mendongak dan mematung melihat tubuh Eca yang sudah menangis dekat tangga.

Apakah Eca barusan mendengar perkataan Sarah??

Apakah barusan Eca---

Ya Tuhan, Sakti tidak sanggup lagi berkata.

Sakti berlari menaiki anak tangga. Eca sudah berlari ke dalam kamar dan mengunci tubuhnya. Sedangkan Sarah terduduk di lantai merutuki kebodohan-nya. Sarah menangis histeris. Tidak ada yang mempedulikannya. Sarah sendiri.

Tbc!

01/06/21

Oh my god...., Eca sudah tahuu gaes...

Gimana nihh???

Kasiann Ecaa... Hikss😭😭.

Gaess bagusnya kita apakan nih si Sarah ni??

Ayo vote dan komentarnya gaess


Istri KeduaWhere stories live. Discover now