6 : Gloom

1.1K 226 26
                                    

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

°
°
°

Dengan perasaan bahagia, gadis jelita kini berdampingan dengan cinta sejatinya. Nayanika bercahaya menatap cincin berlian oval tersemat di jari manisnya, saling bercumbu dengan penuh cinta di harinya yang paling bahagia.

Tepukan tangan dan sorak menggema venue altar, pernikahan yang hanya mengundang beberapa teman mempelai pria saja membuat acara sudah cukup meriah.

Beberapa hari setelahnya, wanodya tengah berjalan di persimpangan jalan, lampu lalu lintas menandakan warna merahnya. Hingga pada jalanan sepi, sebuah lengan menyekap hidung dan mulut jelita hingga ia bisa merasakan bau alkohol yang menyengat, perlahan kesadarannya hilang.

Kelopaknya dibuka perlahan, temaram cahaya memperlihatkan sebuah ruangan yang tak lain dan tak bukan adalah kamar miliknya sendiri ketika di rumah orang tuanya.

"Oh, kamu sudah bangun? Aku mencari mu selama ini." Suara bariton terdengar sangat familiar.

Daksa kini mengerjap, tak percaya dengan sosok pria yang sudah menyekapnya. Tak peduli dengan eksistensinya, anindya memaksa raganya untuk bergerak keluar dari kamar.

"Ayah! Kenapa dia ada di sana?! Kamu paling benci bukan kalau ada lelaki masuk ke kamarku?!"

Mendecak kesal, sang ayah seperti tidak peduli dengan ketakutan yang tertanam di wajah putrinya. "Kamu kabur, kan? Jangan seperti itu lagi, jadilah putri ayah yang baik. Besok kamu menikah dengannya."

Jari manisnya ditunjukkan pada pria berumur itu, menunjukkan bahwa dirinya sudah menjadi istri seseorang.

Kemarahannya memuncak, diraihnya kursi kemudian menghantamkan pada tubuh anindya hingga terkapar. Memukul kepalanya keras, hingga noda merah pekat mengalir mengotori wajah jelitanya.

"Kalian tidak membunuhnya, kan?"

"Dia harus tau rasanya kecewa seorang ayah."

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Lengan dingin diraih sang pria, mengecup dengan penuh penyesalan. "Iblis seperti apa yang harus kubunuh, [name]?"

Menyesal karena tidak ada disisi sang istri, menyesal karena tidak bisa menjaganya, dan banyak lagi. Rindou bersumpah akan mengutuk siapa saja yang sudah melukai istrinya hingga nyawa sang istri yang hampir tidak bisa diselamatkan.

"Jadi bajingan ini yang membuat putriku tergila-gila olehmu?!"

Pintu dibuka paksa, pria lain memasuki ruang tunggu rumah sakit. "Rin, mana yang harus diselesaikan?"

Rindou hanya menatap malas pria yang dinyatakan ayah [name]. Sesungguhnya, ia tak mau menganggap iblis yang melukai pujaan hatinya sebagai ayah atau mertuanya.

"Kenapa kau melukai [name]-ku, memangnya pria seperti apa yang akan menjadi suaminya? Hingga kau berani melenyapkan nyawa istriku."

"[Name]-mu?! Jangan berkhayal, dia putriku bukan milikmu."

"Sejujurnya aku tak ingin berbasa-basi, aniki."

Senyum malas Ran terpatri pada wajahnya, menyeret pasangan suami istri itu, membawanya ke suatu tempat.

Parkiran sepi, tak ada yang berani melewati tempat seperti itu. Pistol digenggam kedua saudara Haitani, jari telunjuk menekan pelatuk tepat pada sasaran.

"Nyawa dibayar nyawa~" Aura dari salah satu saudara Haitani begitu mencekam.

Dorr Dorr

Genangan darah mengotori lantai parkiran, membereskan segala kekacauannya seakan tak terjadi apa-apa.

"Aku harus tau pria yang menjadi calon suami [name] saat itu. Akan ku cari dia." Nadanya kejam.

Flashback end


════════════════

©Finneassea // 2021

════════════════

✧˖*° 𝑫𝒆𝒍𝒊𝒄𝒂𝒕𝒆 ࿐ || ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن