7 : For u

1.1K 213 35
                                    

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

°
°
°

Biarkanlah sementara seperti ini, atau tidak selamanya. Kehidupan kelam benar-benar ada nyatanya, hanya saja tuhan menghapusnya dengan sebuah hal yang tak terduga. Apakah ini anugerah atau kutukan?

Hatinya sedikit berdegup, seperti apa reaksi yang akan diberikan istrinya, dia sudah siap menerima konsekuensinya.

"Siapa kamu sebenarnya, Rindou?" Suara rendah membuat pria disampingnya sedikit gugup.

"Apa yang membuat ayah benci padamu? Kenapa aku menyembunyikan mu dari semua orang?"

Raut datar khas Rindou selalu terpampang pada paras tampannya. "Aku bukan orang baik, kamu tau itu. Orang yang selalu melakukan pembunuhan kapanpun semauku, terlibat organisasi kriminal besar."

Pekerjaannya yang [name] tahu saat ini hanyalah sebuah formalitas, menutupi bahwa dirinya seorang kriminal. Rindou hanya berharap [name] mengingat dirinya saja, siapa dirinya yang sebenarnya. Wanodya itu tahu sosok Rindou, jauh sebelum mengalami amnesia.

Daksa anindya beranjak dari tempat ia duduk, mengabaikan suaminya dengan tatapan kosong. "Begitu ya? Kuharap aku tidak perlu mengingat hal seperti itu."

Kenyataanya inilah yang terjadi, Rindou tidak bisa terus-terusan menutupi kejadian yang sudah dialami [name]. Terserah istrinya akan membencinya seumur hidup, ia hanya ingin pujaannya selamat dan hidup tenang.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Bar yang cukup sunyi menerangkan cahaya temaramnya pada jalanan gelap. Rindou duduk pada sebuah tangga depan bar, terus menerus melihat jam yang semakin lambat tiap detiknya.

Perutnya bergejolak, mengkhawatirkan sang istri yang tidak pulang ke rumah setelah berbincang cukup panjang dengannya. Dia malu, gelisah saat memikirkan ratusan skenario dimana situasi buruk bisa terjadi.

Menjadi istri seorang eksekutif di organisasi kriminal nomor satu di Jepang, jutaan ancaman disekitar sang wanodya yang bisa terjadi kapan saja.

Ia begadang, tetap menunggu istrinya hadir dihadapannya. Rindou harus memastikannya dengan kedua matanya sendiri, dia tak perlu para bawahannya untuk memata-matai sang istri — dia ingin melihatnya sendiri.

Raganya tersentak dari pikiran ketika mendengar suara keras pintu yang dibanting. "Uhukk~" anindya berjalan sempoyongan.

Lengan kekarnya meraih raga sang puan kedalam genggamannya, membawanya pulang. Tiba di kondominium, wanodya direbahkan pada kasur empuk. "[Name]~ ayo ganti baju, ya?" Rindou membujuk.

Suara lembut manja membuatnya ingin muntah, bahkan jika sang istri sadar bahwa dirinya tidak akan pernah melakukan nada sekonyol itu. Rindou bersungguh-sungguh, tidak pernah dalam seumur hidupnya menggunakan nada manja, tapi ini adalah cara satu-satunya untuk membujuk sang istri.

"Mmm gak!...aku gak–" Dengan reflek, lengan Rindou menutup mulut [name], dia terkejut dengan tindakannya sendiri.

Menatap mata istrinya yang berkaca-kaca melawan keinginan untuk muntah. "Oke sayang, kita ke kamar mandi sekarang." Pura-pura tersenyum, menahan sang puan di lengannya.

Kakinya menendang pintu kamar mandi, menempatkan anindya duduk di kaki toilet dengan lembut. Mengelus perlahan surai sang istri, kini menempatkan wajah anindya tepat di wastafel.

"Tutup matamu." Perintah Rindou, lengannya mencengkeram tengkuk wanodya, mengarahkan pada keran. Wajah jelita tersentak merasakan cairan dingin memercik pada wajahnya.

"Rin~ aku gak mau mandi!" [Name] merengek, menggeliat dibawah genggamannya.

"Hah? Ini bukan mandi [name], aku sedang membersihkan muntahan di wajahmu." Rindou menghela nafas, ia senang merawat sang puan, meski ia tidak menunjukkannya.

Dengan cepat menggantikannya dengan pakaian tidur, Rindou tidak akan langsung melompat ke tempat tidur, mengingat banyak tumpukan baju kotor yang terkena muntah di dalam toilet.




════════════════

©Finneassea // 2021

═══════════════

✧˖*° 𝑫𝒆𝒍𝒊𝒄𝒂𝒕𝒆 ࿐ || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang