11: Gotcha!!

908 164 47
                                    

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

°
°
°

Ada rasa bersalah pada benaknya setelah mengambil ponsel milik sang puan dan memeriksanya. Itu bukan hal yang seharusnya dia lakukan, Rindou mempercayai [name] sepenuhnya dan sekarang ia merasa bersalah karena sudah membuka privasinya.

Saat anindya tertidur lelap, Rindou memeriksa pesan itu, orang yang sama dan nomor yang sama, yang sudah mengganggu istrinya. Rindou berdecak kesal sembari mengetik balasan untuk pesan tersebut.

Rindou tahu, istrinya tidak akan sebodoh itu untuk bertemu dengan seseorang. Jadi sebaiknya dia menyamar sebagai sang istri, melihat balasan orang tersebut yang senang ketika menerima tanggapannya.

//[Name]: mari kita bertemu di sana.

Ia berpikir itu menyedihkan, orang ini tidak tahu seperti apa tampangnya. Ketika sampai dan bertemu orang tersebut, Rindou meluncurkan pukulan tepat diwajahnya hingga hidung pria itu bengkok.

"Ada apa denganmu?" Pria itu kebingungan melihat aksi Rindou, sebisa mungkin ia menghindar serangan bertubi-tubi Rindou namun tulang-tulang kakinya sudah patah sempurna.

"Aku?" Rindou terus memutar lengan pria itu. "Tanyakan pada dirimu sendiri."

Pria di bawahnya berteriak kesakitan, "Sialan! Apa-apaan kau ini?!"

"Ya, aku hanya ingin memberi pelajaran kepada bajingan....mau bertemu dengan istriku yang cantik hah? Tapi kau malah bertemu dengan suaminya yang berkharisma ini." Suara patahan tulang yang terdengar membuat Rindou senang, hobinya mematahkan persendian membuat pria itu terus berteriak kesakitan, merasakan otot yang meregang keluar dari tempatnya.

"O-ohh...jadi kau si Haitani, penguasa Roppongi, rupanya kau suami [name], huh?" Ucapnya gelagapan.

"Aku tidak butuh dipuji oleh orang sepertimu...jadi sekarang aku ini beneran tidak salah orang bahwa kau ini adalah mantan calon suami [name]. Kisaki Tetta."

Rindou terus mengunci persendian pria berkacamata itu, "jangan main-main. Mungkin kau akan berakhir di neraka jika terus melakukannya lagi...karena aku pernah membunuh orang-orang sebelumnya."

"Aku tidak peduli..."

"Itu hal yang biasa bagiku. Aku dan kakakku mendapat rasa hormat, jadi aku tak segan untuk membunuhmu secara langsung dengan kakakku, mengingat kau adalah pengganggu...dan sudah mengacaukan [name], dasar sialan!"

Seringai terpatri pada paras tampan pria bersurai mullet, "sejujurnya aku benci membuang-buang waktu. Mari lakukan saja~"

Tubuh pria itu diseret, memasuki sebuah gedung yang menjadi salah satu tempat berkumpulnya para anggota bonten. Rindou menelpon sang kakak, memintanya segera menemuinya di gedung tersebut.

Butuh beberapa menit saja hingga pria dengan setelah jas rapih menghampiri Rindou, jemarinya sibuk melepaskan kancing jas. "Apa aku melewatkan pertunjukan menarik?"

"Hai aniki, pertunjukannya baru saja mau dimulai. Aku tidak mau merasakan kesenangan ini seorang diri....aku tidak akan pernah melupakan mu, kak."

Ran menyeringai dengan wajah malasnya, melirik pada pria yang terduduk lemas dengan beberapa tulang yang patah.

"Kau ini yang sudah mengganggu kehidupan adik iparku? Kau tidak tahu kan apa yang sudah terjadi padanya? Untuk apa kau terus mengejarnya, dia sudah tidak mengingatmu lagi."

Sebuah pistol digenggam Rindou, mengarahkan pada kaki pria itu, menarik pelatuk hingga darah mengalir pada lubang peluru.

"[Name] salah memilih suami sepertimu, Rindou." Kisaki meringis menahan sakitnya.

"Jangan panggil nama adikku dengan mulut kotormu~" Ran bersiul.

Sebuah tongkat besi kini diayunkan, memukul kepala pria itu dengan sekuat tenaga, Ran menyukai momen seperti ini.

"Kisaki Tetta~ kau bajingan yang sudah menghancurkan [name], istriku seperti ini karena ulahmu....matilah sialan!"

Hingga tubuhnya berubah kaku dan memucat, kedua Haitani kini membuang jasadnya dengan santai dan yang pastinya polisi tidak akan menemukannya.

"Dasar lemah." Cakap Ran.

✧˖*° 𝑫𝒆𝒍𝒊𝒄𝒂𝒕𝒆 ࿐ || ✓Where stories live. Discover now