9 : Project

902 180 26
                                    

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

°

°
°

[Name] tidak dapat membayangkan bahwa ia menikah dengan seorang eksekutif bonten, kriminal, saudara Haitani yang paling ditakuti, seorang penjahat , baik dalam sifat maupun hatinya.

Tentu saja, hal yang selalu dilakukan suaminya cukup asing kini bagi sang puan, walaupun dalam kehidupannya sebelum amnesia, dia telah terbiasa dengan segala tindakan Rindou. Mendengar rumor saja, membuatnya merinding dan ingin kabur.

Tetapi ketika Rindou sudah seperti ini, jatuh cinta, menyayanginya. [Name] mulai percaya, mungkin setiap penjahat dalam cerita selalu menjadi pangeran yang setia dan menawan pada satu titik dalam hidup mereka sebelum dunia mendorongnya untuk tidak menjadi seperti itu.

Kamera mengelilingi ruang studio, beberapa karyawan sibuk dengan pekerjaannya. Terlihat cantik anindya dengan balutan gaun putih yang dipakainya, tak kalah juga dengan pria dengan setelan tuxedo yang senada.

"Aku kurang baik dalam berpose, kak."

"Taruh lenganmu di dadaku, cukup berekspresi santai saja." Ran memberikan arahan pada sang puan.

Pose yang amat romantis bagi semua pasangan, dengan tema wedding untuk projek majalah busana itu cukup menarik, begitupula dengan designer busana terkenal yang bekerja sama dengan perusahaan Haitani's.

"Gaunnya cantik sepertimu, [name]." Ucap seorang pria sembari menata busana keduanya.

"Tentu saja kau yang membuatnya, Mitsuya." Balas [name] dengan ramah.

Kini Ran memegang pinggul [name], sembari menempatkan bibirnya pada kening jelita. Bungsu Haitani sedari tadi hanya menonton projek yang dibuat kakaknya, hatinya bergejolak melihat aksi sang kakak.

"Heh kak! Gausah ekstra gitu ya! Ini kan bukan menjadi pengantin betulan!" Rindou mendengus kesal.

Bahkan ia malu sudah memperlihatkan sisi cemburunya pada semua orang yang ada di studio.

Projek telah usai, [name] kini menghampiri suaminya yang terduduk cemberut. "Rin, kamu mau makan apa hari ini?" Bujuk anindya.

"Apa saja." Jawabnya singkat.

Sambil tersenyum, [name] mengelus surai mullet Rindou. "Aku akan masak makanan kesukaanmu, tapi kak Ran katanya mau mampir, apa aku harus buat makanan banyak-banyak?"

"Ck, gak usah. Cukup aku saja."

"Hahah...iya..iya~"

Rasanya senang ketika melihat Rindou tengah cemburu kecil, ia akhirnya sedikit demi sedikit mengenal sifat suaminya.

Dua sorot mata menatap masakan yang sudah tersedia di meja, [name] hanya tidak tahu bagaimana mencairkan suasana.

"Kau baik, [name]?" Akhirnya Ran membuka suara.

"Hmm~ iya..."

"Rindou sudah menceritakannya padamu... Nah, sekarang bagaimana perasaanmu?"

Rindou menginjak kaki kakaknya dari bawah meja, bermaksud tidak ingin membahasnya lagi. "Aku terkejut, tapi aku mau berterimakasih pada kalian...orang tuaku sangat buruk, mungkin kalau mereka masih ada di sini, akulah yang sudah berada di neraka sekarang."

"Waw [name], aku tak menyangka kamu akan se-tenang itu setelah mengetahui semuanya. Bahkan yang melakukan pembunuhan itu adalah suami dan kakak iparmu sendiri."

"Bisa tidak, enggak usah membahas itu didepan makanan....hei kak, habiskan makanannya...[name] sudah susah payah memasak untuk kita." Rindou menggerutu dengan mulutnya yang mengunyah makanan.

"Sepertinya sifat Rindou sekarang tertanam dalam dirimu ya, [name]? Mengetahui sekarang kamu sangat santai soal tindakan pembunuhan... apakah Rindou mengajarkannya padamu?"

"Kak!"

"Entahlah, kalau tujuannya untuk melindungi diri bukannya bagus?"

"Kalian ini banyak bicara, apa kalian tidak lapar?"

Mendengar Rindou yang sedari tadi kesal karena terabaikan membuat keduanya tertawa pelan.




════════════════

©Finneassea // 2021

════════════════

✧˖*° 𝑫𝒆𝒍𝒊𝒄𝒂𝒕𝒆 ࿐ || ✓Where stories live. Discover now