#12 ruang bk

135 67 8
                                    

Tegang, takut, itulah yang dirasakan oleh Syifa, Mita, Nadin dan teman-temannya. Sekarang mereka sudah berada diruang bk dan berhadapan dengan pak Rudi wali kelasnya sekaligus salah satu pengurus bk.

Mereka hanya menunduk ketakutan  dengan posisi berdiri, dikarenakan hanya ada 2 kursi disana, itu pun satunya dipakai oleh pak Rudi.

"Bapak sebagai wali kelas kalian sungguh malu dengan sikap kalian." tutur pak Rudi dengan nada tegas.

"Maaf, pak." balas mereka masih menunduk.

"Kalian tau, satu sekolah pada heboh gara-gara kalian. Dan kalian Nadin, sudah berapa kali kalian masuk keruangam sini? Apa kalian tidak kapok? Kalian sudah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Tapi sekarang ... rasanya Bapak malu sama kepala sekolah," ujar pak Rudi.

"Maafin kita, pak, kita khilaf. " jawab Nadin.

Sedangkan pak Rudi hanya mengeleng-geleng kecil.

"Sekarang coba kalian jelaskan, kenapa kalian bisa ribut didalam kelas. Syifa, coba kamu jelaskan dulu," titah pak Rudi.

Kini tatapannya terfokus kepada Syifa.

"Tadi pas istirahat saya sama Mita sedang makan didalam kelas, terus Nadin sama temen-temannya nyamperin kita dan bilang kalo dia mau ngomong sama saya. Dan setelah itu saya ...." ucapnya terpotong oleh, Nadin.

"Dia mulai duluan, pak. Dia deketin Damar dan saya nggak suka itu."ucap Nadin tiba-tiba.

"Boong, pak,  dia yang mulai duluan," tambah Mita.

"Kalian bisa diam." ucap pak Rudi sambil memukul meja sampai-sampai mereka semua tersentak kaget. Mereka kembali tertunduk karena merasa takut. Ya, bisa dikatakan bahwa pak Rudi adalah guru killer disekolahnya.

"Lanjutkan, Syifa," titah pak Rudi.

"Terus saya ikut Nadin dan disana dia bilang kalo saya deketin, Damar. Padahal jujur saya tidak mengenal siapa, Damar." ucap Syifa terus terang.

"Lo jangan boong gitu, ya! Jelas-jelas kemarin lo berduaan sama, Damar." sanggah Nadin.

Sedangkan Gio hanya binggung mendengarnya. Ada perasaan tidak rela dihatinya. Tapi disisi lain, ia juga tidak percaya. Karna setaunya, Syifa sangat menjaga jarak dengan seorang laki-laki.

"Tapi beneran, Saya bener-bener nggak kenal sama, Damar." ucap Syifa mencoba menjelaskan kembali.

"Yaudah, Gio, kamu panggil Damar kesini." suruh pak Rudi.

"Baik, pak! Saya permisi." ucapnya lalu keluar ruangan.

"Dan Mita,  kenapa kamu bisa kebawa-bawa dalam hal ini, kalian juga berdua?" tanya pak Rudi heran.

Pasalnya, bukannya Syifa yang dijambak malah mereka berempat. Syifa hanya sibuk melerai mereka yang saling jambakan rambut.

"Saya nggak terima aja, pak , temen saya dituduh kaya gitu, dibentak lagi, terus tiba-tiba Nadin dorong saya sampe saya jatuh. Ya, saya bales dong, pak, masa nggak dibales . Badan saya sampe remuk  dan sekarang kepala saya juga ikutan pusing, gara-gara mereka jambak rambut saya hampir putus." ucap Mita polos.

Pak Rudi menahan tawanya mendengar ucapan, Mita. Ada-ada saja pikir, pak Rudi.

"Abisnya nyeselin sih, pak." sahut Nadin dengan nada kesal.

"Terus kalian berdua? Bukannya ikut melerai malah ikut ikutan jambakan rambut. Kamu juga Clara, kamu itu anggota osis, harusnya kamu menunjukan sikap yang dapat dicontoh oleh adik kelas kamu. Bukan malah begini. Dan ini juga bukan buat Clara aja tapi buat kalian semua." ujar pak Rudi.

Skenario Allah✔[End]Where stories live. Discover now