#42 move on

57 25 4
                                    

Nadin dan temannya sedang berada di kafe Dara. Mereka bertiga memang sering kesana. Apalagi libur sekolah, hampir setiap hari mungkin.

"Kalian pesen aja duluan. Biar gue nanti yang bayar." ujar Nadin.

Mata Jeni langsung berbinar,

"Wah, beneran?" tanya Jeni.

"Bener, mumpung gue lagi seneng."

"Okay, biar gue yang pesenin. Kalian mau pesen apa?" tanya Jenni.

"Gue yang biasa aja." jawab Nadin.

"Kalo lo, clar? Apa mau yang kaya biasanya, juga?"

"Terserah, deh. Apa aja gue mau, kok." jawab Clara seperti terpaksa menjawab. Entah kenapa, sedari tadi ia terlihat lesu.

"Okay."

Jeni lalu pergi menuju kasir,

"Clar, lo kenapa? Sedih gitu mukanya? Mikirin Gio, ya?" goda Nadin.

Clara menarik napas pelan, "Nggak, gue udah move on dari, Gio. Gue capek makan hati terus." kesalnya.

"Terus kenapa sedih gitu mukanya?"

"Nggak tau! Emang muka gue kali yang mau sedih."

Nadin sedikit mengeleng, jawabannya sungguh aneh.

"Yaudah, habis ini kita kemall deh, jalan-jalan. bentar lagi kitakan masuk sekolah nih, supaya pikiran kita lebih plong, gitu. Mau nggak? Siapa tau mood lo bisa berubah bagusan dikit nanti."

Clara melirik Nadin sinis, maksudnya apa? Apa dia pikir mood Clara sedang buruk? Memang benar sih tapi.

"Iya, gue ngikut aja. Nih Jeni lama banget sih pesen makanannya."

"Sabar, lo nggak liat kafe lagi rame gini.

Clara hanya diam,

"Damar ada nggak, ya? Apa udah pulang?" batin Nadin sambil melihat keselilingnya.

Tidak lama Jeni pun datang dan langsung duduk ditempatnya kembali.

"Lo bantuin pelayannya, ya? Kok, lama banget pesen makanannya."

"Gue tadi ketoilet bentar. Lagian ngapain juga bantuin pelayan... nanti keenakan pelayannya. Udah digaji, juga!"

"Kirain." ujar Clara.

"Habis ini kita kemall ya, jen. Lo mau ikut nggak?" tanya Nadin.

"Kita bertiga?"

"Ya, kalo lo mau ikut kita bertiga. Kalo nggak mau ya gue sama, Clara. Berdua aja"

"Udah, ikut aja. Sambil jalan-jalan, refreshing." timpal Clara.

"Lagian siapa juga yang bilang nggak mau ikut. Gue mah okok aja, kemana pun gue bakalan ikut. Lagian gue dirumah juga bosen banget, cuman makan tidur doang."

"Samalah kita." sahut Nadin.

"Monyet kali sama!" timpal Clara memutar bola matanya jengah.

"Ha, kita dong monyetnya. Trio monyet." timpal Jeni

"Iw, lo aja berdua. Ikhlas kok gue kalo lo berdua jadi monyet." jawab Clara. Bisa-bisanya Jeni bertutur seperti itu. Apa dia mau jadi monyet?

"Enak aja, bukan kita yang jadi monyet." sahut Nadin.

"Tau, gimana sih!"

Tak lama seorang pelayan pun mengantarkan pesanan mereka.

"Silahkan,"

"Makasih, mbak."

Pelayan tersebut hanya tersenyum lalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Selamat makan semua, habisin ya. Awas aja kalo ada yang sisa." ingat Nadin penuh penekanan.

"Iya, kalo ditraktir gini mah, pasti abis. malahan nambah lagi." sahut Jeni.

"Itumah lo nya aja biasa yang sok gengsian mau abisin makanan, lo." timpal Clara disela-sela makannya.

"Lo tau? Kalo bayar sendiri makanan gue tuh rasanya kurang pas aja dilidah, mungkin terlalu memikirkan dompet yang menipis. Tapi kalo ditraktir, nggak enak aja bisa jadi enak menurut, gue."

"Perhitungan banget sama duit."

"Ye...gue anaknya baik. Mikirin orang tua gue yang bating tulang buat cari duit. Emang elo?"

"Nanti dulu debatnya. Makan dulu nih, abisin. Nanti keburu nggak enak karena kena air liur lo pada yang udah kaya gerimis gitu."

"Iya-iya. Lagian nanti makannya juga pake air liur kali." ucap Jenni lirih.

"Jangan ngomong gitu, dong. Kitakan lagi makan. Jorok banget, sih." timpal Clara kesal.

"Makanya abisin cepet. Abis ini kita kemall. Udah jam setengah 6 sore, loh." suruh Nadin lagi.

"Iya, ini juga udah makan."

***

Hari minggu, berarti besok adalah hari senin dimana semua sekolah akan masuk seperti biasanya. Anggota Osis sedang berada disekolah, mereka mempersiapkan segala sesuatu untuk besok.

Anggota- anggota osis sedang berbaris dilapangan dengan mengunakan baju kaus osis.

"Assallamuallaikum, wr wb. Selamat sore semua." salam Gio yang berada didepan.

"Waallaikumussallam, wr. wb. Dan selamat sore."

"Okay, seperti biasa dari tahun ketahun untuk anggota-anggota osis akan dikumpulkan sehari sebelum masuk sekolah. Disini, kita ditugaskan oleh kepala sekolah untuk mempersiapkan kegiatan untuk besok. Jadi, hari ini kita akan berbagi kelompok untuk kegiatan Mos untuk siswa-siswa baru. Untuk persiapan, kita cuman berbagi kelompok saja, dan sedikit mendekor aula sekolah. Karena disana akan diadakan pensi dari sekolah untuk penyambutan siswa dan siswi baru. Dan untuk yang terakhir, sekarang saya sudah kelas 12 jadi sebentar lagi akan ada pemilihan osis baru. Jadi, siapa saja nanti disini yang berminat ingin menjadi ketua osis, silahkan persiapkan diri dari sekarang. Untuk kelas 11, ya. Kelas 12 kalo ikut langsung didisk." ucap Gio terkekeh.

"Gue boleh dong Daftar," ucap salah satu siswa.

"Mana ada yang mau pilih, lo." jawab anggota lainnya.

"Kenapa? Kalo mau jadi osis modal ganteng doang juga bisa menang." balasnya lagi.

"Ganteng tapi oon buat apa? Hancur nanti sekolah kalo lo yang jadi osisnya." timpal Bagus. Siswa itu hana terkekeh.

"Udah-udah, pokoknya siapa saja boleh daftar." terang Gio.

"Ada yang ingin bertanya lagi?"

"Nggak ada..." jawab yang lainnya

"Yaudah, kalo gitu kita langsung keaula. Saya tutup, Assallamuallaikum wr. wb."

"Waallaikumussallam wr. wb."

"Al, apa kabar?" tanya Gio melihat Al yang hendak menuju aula. Mereka langsung melangkahkan kaki menuju aula.

"Alhamdullillah, baik. Kemana aja, kok nggak pernah keliatan selama libur?"

"Nggak kemana-mana, kok. Oya, lo mau daftar ikut calon osis, nggak? Lo kan juga udah berpengalaman. Kenapa lo nggak daftar aja?" tanya Gio.

Al sedikit tersenyum,

"Berpengalaman dari mana, sih? Lagian gue nggak mau ikut-ikut anggota osis lagi. Gue mau keluar. Gue mau kaya temen-temen gue aja."

"Loh, kenapa?" tanya Gio heran.

"Nggak kenapa-kenapa! Pengen keluar aja! Soalnya kalo ikut osis kaya gini, gue jadi terkenal banget. Lo'kan tau gue ganteng. Jadi, nanti kalo gue masih bertahan ya, yang ada pada rebutan cewek-cewek mau jadi anggota osis. Ya, nggak? Yaiyalah!" terang Al dengan pedenya.

"Pede banget, lo."

"Biarin."

Happy Reading
Vote and coment seikhlasnya ya!

Skenario Allah✔[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang